[#9 – I Love You And I Don't Lie]
"What the hell, its crazy" komentar Emily sambil menyimpan kedua tangannya di pinggang setelah ia selesai membaca e-mail yang dikirimkan Yoochun kemarin malam.
Yunho tertawa.
"Thats real. Dia bahkan meneleponku dan menceritakan semua rencananya dengan panjang lebar"
Jonathan pun ikut tertawa.
"Yea its cool. Tapi agak menyebalkan karena dia mendahului kita" ujarnya.
Emily menggelengkan kepala sambil kembali ke meja kerjanya.
"Aku tak pernah menduga kalau dia se-serius itu"
"Kau tidak begitu mengenal boss kita walau kau sudah bekerja dengannya selama ini, Em?" sahut Jonathan yang mengikuti kekasihnya itu ke meja kerjanya. "Park Yoochun itu penuh kejutan!"
Emily masih menggelengkan kepalanya.
"Yea, dia memang luar biasa" Yunho membenarkan. Ia masih terbawa suasana tak percaya bercampur senang oleh berita yang disampaikan Yoochun semalam tentang pernikahannya dengan Changmin bulan depan nanti di New York.
"Kau akan selamanya menjadi boss kami mulai sekarang, Yunho" kata Jonathan pula sambil menjentikkan jarinya dan menunjuknya pada pria tampan itu.
"Itu bagian yang gilanya. Aku tak pernah berpikir akan bertanggung jawab untuk sebuah perusahaan dengan semudah ini. Aku hanya ingin memotret, itu saja" kata Yunho, mengungkapkan ketidakpercayaannya juga tentang keputusan Yoochun yang memintanya untuk menggantikan sahabatnya itu menjadi CEO disana, bukan berstatus sementara lagi.
"He's unbelievable! Setelah dia mendapatkan ingatannya kembali, dengan mudahnya dia meminta Shim Changmin untuk menikahinya..." kata Jonathan pula dilanjutkan lagi tawanya, yang terus terang membuat Emily semakin iritasi. "Thats okay, Em. Kita akan segera menyusul mereka... secepatnya. Atau kalau perlu, kita harus lebih dulu daripada mereka, bagaimana?" lanjut Jonathan, yang menyadari kalau Emily agak terganggu dengan antusiasme nya tentang pernikahan Yoochun dan Changmin. Ia segera merangkul kekasihnya itu, tapi Emily memberinya tatapan datar yang agak membunuh.
"Kau mengatakannya seolah itu perkara yang super-mudah" ujar Emily, dingin.
"Why should we make it hard? Aku dan keluargaku hanya tinggal mendatangi keluargamu dan memintamu untuk menikahiku, se-simple itu. Em"
Emily memutarkan bola matanya. Sementara Yunho tertawa, menikmati perdebatan kecil sepasang kekasih itu. Semuanya masih saja tidak berubah. Mereka masih senang berdebat walaupun sekarang status hubungan mereka sudah berbeda.
"Nath, kau harus menyiapkan suasana romantis untuk melamar Emily" kata Yunho akhirnya ikut angkat bicara.
"Huh?" dengan polosnya Jonathan melihat pada Yunho. "Harus?"
Emily menghela nafas panjang.
"Kau lihat, dia memang bodoh" kata perempuan itu pada Yunho, sambil dengan sengaja menunjuk Jonathan.
"Hey babe, siapa yang kau sebut bodoh?!" protes Jonathan.
Emily tak mempedulikannya. Ia beranjak lagi dari meja kerjanya dan menjauhi Jonathan untuk mendekati Yunho. Ia memeluk Yunho dari belakang yang masih duduk di kursi rodanya.
"Bagaimana kalau kau saja yang melamarku, Yunho?" ujarnya dengan senyuman lebar yang manis.
Yunho balas tersenyum.
"Kalau kau bisa menjamin aku akan hidup sampai beberapa jam ke depan, kenapa tidak?" katanya, konyol.
Jonathan mengernyitkan kening dan agak menekuk wajahnya memperhatikan Emily tertawa-tawa bersama Yunho sambil sesekali meliriknya. Ia tahu mereka sedang menggodanya. Mungkin benar, ia harus segera memikirkan cara untuk melamar Emily dengan romantis. Sekedar kata-kata saja ternyata memang belum cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKEN (YunJae Fanfiction - 2012 )
FanfictionJung Yunho yang sudah sekian lama mencoba mengubur perasaannya untuk Kim Jaejoong dihadapkan pada kenyataan dimana mereka kembali dipertemukan. Akankah Yunho membiarkan lagi hati nya diambil oleh Jaejoong atau dia akan membiarkan orang lain untuk me...