When Meeting You

83 41 19
                                    

"Dalam hidup,kalau dapat apa yang tidak kita sukai,maka sukailah apa yang kita dapat.Karena hidup itu anugrah dari tuhan.

~dinda^WMy~




HAPPY READING

🌻🌼🌱⚘🌸💐🍂🍀🍁

Hari minggu yang cerah ini, Dinda sangat senang, karena mamahnya berada di rumah, Dinda ingin waktu weekendnya ia habiskan bersama orangtuanya, karena hari biasa mamahnya akan bekerja di sebuah toko kue dan akan pulang malam hari,ketika Dinda sudah tertidur.Sedangkan dirinya harus sekolah.

"Selamat pagi Mamah"
senyum Dinda merekah saat melihat mamahnya.

"Pagi sayang,sini sarapan dulu"
mela menghampiri anaknya dan langsung mencubit kedua pipinya.

"Ih cantik banget sih anak pungut,apa lagi matanya beuhhh pengen nyolok"mela melakukanya dengan gemas

"Sembarangan anak pungut,mamah lupa Dinda ini bikinan mamah sama Papah."
Dinda berdecak kesal,mengingatkan mamahnya bahwa dirinya adalah anak kandung satu-satunya.

"Kamu ini masih kecil, ngerti apa." Tanpa sadar Dinda berhasil membuat mamahnya malu dengan perkataanya.

"Iya Dinda masih kecil jempolnya."

"Cie..Cie..pipi Mamah merah, hidungnya mulai panjang, telinga melebar, mata melotot. Mamah blushing yahhh? udah tua juga."
Ledeknya, tapi ia malah merasa bersalah dengan Mela, karena menyadari perubahan raut wajah sang ibu.

"Andai papah kaya dulu nak, pasti kita lebih seru, lebih komplit lagi." ucap Mela lirih.

"Mahh, lupakan semuanya,
Kita anggap kaya dulu aja gak ada masalah. Ikuti alurnya pasti kita menemukan jalanya." Dinda berusaha menenangkan mamahnya.

"Maafkan Mamah nak."

"Mamah gak malu di liatin ama tu nasi goreng?"
Dinda menunjuk nasi goreng yang sudah di siapkan di meja makan oleh Mela dari tadi.

"kasian juga perut Dinda udah berkoar." Dinda mengelus perutnya dengan bibir mengerucut.

"Hehehe udah ayok makan."

Mereka menyantap makanan berdua saja, dengan hati yang ntah bagaimana, mereka menutupi dengan cara masing-masing, memikirkan masalah-masalah yang kini di hadapinya. Mahendra pun ntah dimana sekarang, setelah kejadian semalam mereka belum melihatnya sampai sekarang.
Dinda anak yang periang, ia bisa menutupi hatinya yang terluka dengan selalu menampilkan senyum yang di baluri tawanya yang ia sebarkan. Menunjukan seakan-akan tidak terjadi apa-apa, bahkan kejadian semalam pun lenyap begitu saja.
Mela bukan wanita yang mudah terpuruk dengan keadaan, ia seseorang yang pantang menyerah dan bertanggung jawab. Ia selalu berusaha agar rumah tangganya tetap utuh dan harmonis, beliau juga berusaha agar putrinya selalu bahagia ia tidak menuntut cerai pada suaminya itu yang telah memperlakukanya dengan tidak baik.
   

________^^^________^^^_____^^^😇😇

"Mamah nyiramnya sebelah sana aja, jangan ngikutin Dinda terus." Sewot Dinda.

"Siapa juga yang ngikutin kamu, ge'er banget jadi anak." Mela tak terima dengan tuduhan putrinya.

"Tadi Dinda nyiram di sudut kanan Mamah ngikutin, Dinda ke sebelah kiri juga ngikutin."

"Kamunya aja yang kepedean, orang Mamah mau kesitu, jangan-jangan kamu yang ngikutin Mamah ya?"
Mela menujuk jari telunjuknya kedepan muka sang putri.

"Ngaku aja kamu"

"Dih najong, ngapain ngikutin Mamah. Kurang pekerjaan aja."

"Tinggal ngaku aja sih Mah, malah balikin fakta." Lanjutnnya sewot karena dari pagi mamahnya sudah bikin emosi karena ucapanya, Dinda jadi ragu. Apakah bener dirinya anak pungut?

"Siapa juga yang balikin fakta." Elaknya, Mela melipat tangan di depan dada, memunggungi putrinya itu.

"Ya udah Dinda mau nyiram tanaman di belakang rumah aja, kayanya pohon belimbing buahnya udah pada mateng deh, jambu air juga, enak tuh sore-sore gini apa lagi di bikin rujak buah." Dinda melangkahkan kakinya menuju belakang rumah.

"Hmmm gak sabar nih perut." Ia mengelus perutnya, menggoda sang ibu yang terus menerus meliriknya.

"Pepaya juga kayanya udah mateng, Mamah pengen pepaya." Ucap Mela tiba-tiba yang sudah berlari mendahului Dinda.

"Heh Markonah, pohon pepaya nya kan masih kecil, mana ada berbuah." Teriak Dinda menepuk jidatnya. Ia pun tersenyum mengingat bagaimana kelakuan ibunya itu, ia tahu bagaimana cara beliau membuat anaknya agar merasakan k3hangatan keluarga. Bagi Dinda sikap beliau seperti itulah yang berhasil membuat dirinya bahagia dan sangat beruntung.

Setelah makan tadi, mereka melanjutkan untuk membereskan rumah dan setelah itu menonton tv bersama. Sore harinya mereka menyiram tanaman di halaman rumah.
Rumah mereka memang sederhana dan minimalis tapi halaman rumahnya bisa di bilang cukup luas, terdapat taman yang di tumbuhi berbagai tanaman hias, bunga-bunga yang indah, di belakang rumah mereka pun terdapat gazebo sederhana yang biasa Dinda tempati. Ada juga pohon jambu, belimbing, sawo dll yang rindang dan asri di tambah angin sepoy-sepoy, betah dah kalian di situ.😁

Gambar hanya contoh aja ya guys😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gambar hanya contoh aja ya guys😂

👇
🌟👀

When Meeting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang