Flanella
“Lo inget gak waktu pertama kali kita makan di sini?"
Gue mengangguk, karena gue emang masih bener-bener inget sama semua kenangan yang ingin gue hapus itu. Entah kenapa, semakin kita berusaha untuk melupakan semakin kuat ingatan itu untuk bersarang di otak kita.
“Dulu tempatnya masih kecil tapi emang udah rame sih, karena rasa satenya gak ada duanya sama restoran bintang lima sekalipun.” Lano melihat ke sekeliling sambil tersenyum.
“Gue gak nyangka bisa makan di sini lagi sama lo.”
“Gue juga gak nyangka.”
“Gue terlalu jahat sama lo.”
“Gue terlalu baik sama lo.”
Lagi-lagi Lano tersenyum, senyum sendu yang membuat gue ingin menghentikan obrolan ini.
“Kalo doraemon bener-bener ada di dunia ini gue pasti pinjem alat yang bisa ngebuat gue kembali ke masa lalu.”
“Bukannya lo gak suka sama doraemon?” Seinget gue, Lano gak suka sama doraemon karena akan mengingatkannya pada Leani.
“Gue ralat. Sekarang gue pengen doraemon bener-bener ada.”
“Susah ya, Lan. Buat menerima kenyataan?”
“Gue juga gitu dulu, gue gak bisa nerima kenyataan kalau nyokap gue udah gak ada. Gue gak bisa menerima kenyataan bahwa gue memiliki bokap yang sifatnya kekanakan. Dan gue gak bisa nerima kenyataan kalau lo pergi dari kehidupan gue.” Gue selalu pengen bilang ini ke Lano dari dulu, gue pengen dia tahu kalau gue sebenernya bukan orang yang mudah menerima kenyataan.
Lano tertegun, mungkin karena saat dia mutusin gue dulu, gue gak bilang apa-apa. Gue hanya mengangguk mengiyakan ajakannya untuk mengakhiri semuanya.
“Gue baru sadar kalau kata maaf yang selalu gue ucapin gak akan bisa nyembuhin luka lo.”
“Tapi gue janji, gue akan berusaha nutup luka lo. Bagaimanapun caranya.”
“Termasuk dengan gak hadir lagi dalam hidup gue?”
Lano terdiam, “Apa gak ada cara lain?”
Gue menggeleng.
“Pasti ada. Please, La.. jangan usir gue.”
Gue terkekeh, “Lo sekarang lebih mirip pengamen yang tiap minggu mampir depan rumah gue dulu.”
“Gak apa-apa yang penting lo gak ngusir gue. Gue mau mulai semuanya dari awal."
"Dari awal?"
"Iya."
"Kata-kata lo terlalu ambigu. Kalau lo mau kita mulai semuanya sampai posisi lo kembali lagi kayak dulu, kayaknya sebaiknya gue tolak ajakan lo ini."
"Karena Angkasa?"
Gue menghela nafas, "Iya, tapi selain itu ada lagi. Gue gak mau hancur untuk kedua kalinya. Lo tahu kan? Gue paling gak suka mengulang sesuatu yang akhirnya gak ada bedanya dari yang sebelumnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Orens' flanel
Teen FictionOrens Flanel Menceritakan dua orang gadis yang sama-sama terlibat dengan orang di masa lalu. Benar, tidak ada masa depan jika tidak ada masa lalu. Tapi, kenapa mereka harus terlibat dengan orang-orang itu ketika sudah ada orang-orang baru di samping...