Kencan-duan

30 2 4
                                    


Flanella

Gue baru aja keluar dari kamar mandi ketika bang Gigi dengan seenak jidatnya masuk ke dalam kamar gue tanpa permisi, kebiasaan emang.

"Ada Angkasa tuh di bawah." Ucapnya, gue ngelihat jam yang ada di meja belajar. Padahal masih jam 5 sore.

"Oh, tolong bilang tungguin bentar ya, bang."

Bang Gigi mengangguk, "Mau kemana?"

"Malem mingguan lah!" ujar gue sambil memilih baju yang nyaman buat dipakai.

"Tumben."

Gue diam, iya tumben banget. Angkasa itu bukan Lano yang tiap malem minggu bakal ngajak gue keluar entah itu hanya sekedar buat makan ataupun jalan-jalan keliling kompleks.

"Ya udah sih bang, keluar sana aku mau ganti baju!"

Bang Gigi keluar dari kamar gue setelah mencibir. Gue segera berganti baju dan langsung turun menemui Angkasa yang tampaknya sedang mengobrol serius dengan bang Gigi.

"Mau jalan sekarang?" tanya gue, begitu sampai di dekat mereka.

Angkasa mengangguk dan menoleh ke bang Gigi, "Bang, pergi dulu ya?" ijinnya.

"Hm, ganggu orang ngobrol aja sih, dek." Ucap bang Gigi sambil melirik gue sinis.

"Apaan sih, bang."

"Udah, jangan gangguin mereka." tegur kak Candy yang baru keluar dari kamarnya.

"Pergi dulu ya, kak." Pamit gue ke kak Candy.

"Iya, Hati-hati kalian berdua."

Gue mengangguk dan keluar duluan, sedangkan Angkasa masih ditahan sama bang Gigi. Sama kayak papa, bang Gigi juga lebih suka kalau gue sama Angkasa. Gue gak tahu alasannya apa, tapi yang penting alasannya gak sama kayak alasan papa yang terlalu matrealistis. Gue mengedarkan pandangan ke halaman rumah, mencari keberadaan motor Angkasa.

"Ayo!" Angkasa tiba-tiba datang dan menarik tangan gue.

"Motor kamu mana?"

"Ada di rumah." Jawabnya, masih dengan menarik tangan gue keluar dari halaman rumah.

Gue diam, sampai gue tahu alasannya gak bawa motor ke sini.

"Masuk!" Angkasa membuka pintu mobil itu dan menyuruh gue masuk. Gue masuk dan diem sampai Angkasa menjalankan mobilnya.

"Aku pinjem mobil papa, takut kejebak hujan lagi kayak kemaren. Gak apa-apa kan?" Angkasa menatap gue meminta jawaban yang gak tahu harus gue jawab apa. Emangnya kenapa? Bukannya terserah dia mau naik apa aja? Kenapa kali ini minta pendapat gue? Emangnya ada apa?

"Gak apa-apa."

"Takut kamu bosen aja kalau nanti kejebak macet."

Gue diam, menggigit bibir. Lagi-lagi bingung mau jawab apa. Obrolan semacam ini dengan Angkasa asing banget buat gue. Gue udah terbiasa dengan tanpa obrolan kalau sama Angkasa. Iya, kita biasa diem-dieman.

Sekitar satu jam kita baru sampai disalah satu mall deket pusat kota. Bukan karena letaknya jauh dari rumah, tapi karena kita sempat kejebak macet. Angkasa langsung ngajak gue ke lantai 3, dia ngajak gue nonton film yang katanya pengen banget dia tonton. Padahal biasanya kalau ada film baru Angkasa lebih milih ngajak temen-temennya daripada gue, soalnya gue gak terlalu suka nonton film apalagi genrenya action.

Orens' flanelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang