Pulang

16 2 4
                                    

Flanella

Gue pikir setelah apa yang menimpa gue kemarin hidup gue akan kembali damai, bukannya emang seperti itu? Setelah badai berlalu, lautan akan kembali tenang.  Tetapi ternyata enggak. Pagi itu gue dapat telfon dari bang Gigi, tanpa menjelaskan apa pun dia menyuruh gue buat pulang ke rumah hari itu juga. Setelah kelas pagi gue selesai gue langsung bergegas mengemas barang, kebetulan besok weekend jadi gue bisa sekalian istirahat di rumah. Gue berniat memesan ojek online sebelum melihat keberadaan Lano di depan kosan bersama Cassie. Dia melambaikan tangannya dengan senyum lebar.

“Mau pulang?”

“Iya.”

“Bareng gue aja.”

“Cie.. yang udah baikan.” Ejek Cassie, sepertinya dia sudah mendengar cerita dari Lano. Setahu gue Lano cuma deket sama dua orang di keluarganya. Mamanya dan Cassie.

“Diem lo! Kalo sampe El.. maksud gue Flanel gak mau baikan lagi sama gue.. lo harus tanggung jawab.” Ancam Lano dengan wajah sok garangnya. Gue tahu sendiri, kalau Lano Bumingkara adalah orang yang paling gak bisa marah.

“Oke.. oke..” jawab Cassie sambil mengangkat kedua tangannya.

“Yuk!”

Gue mengangguk, kemudian langsung naik ke motor gede milik Lano. Ini kali keduanya gue dibonceng sama Lano setelah kita putus. Yang pertama, kemarin malam waktu tanpa sengaja kita ketemu di seberang lesehan deket terminal. Gue gak pernah tahu kalau Lano ternyata sering ngerjain proyeknya di sana. Kejadiannya berlangsung sangat cepat, ketika gue hendak memesan ojek online tiba-tiba aja ada beberapa orang yang berdiri di dekat gue. Gue tahu gak seharusnya gue gak ada di tempat semacam itu menjelang tengah malam, karena pasti banyak preman yang berkeliaran. Salah satu dari mereka awalnya hanya bertanya random dan gue hanya diam, enggan menjawab. Kemudian mungkin karena kesal gak gue gubris dia berusaha mengambil handphone gue. Di situ lah terjadi adegan tarik menarik antara gue dan si preman tersebut. Namun karena gak kunjung berhasil teman-temannya jadi ikut bantuin sampai ada yang megangin gue. Otomatis gue langsung lepas pegangan dari handphone dan berusaha menjauhkan tubuh para preman tersebut dari tubuh gue. Kejadiannya berlangsung cukup lama karena gue gak sedikitpun mengeluarkan suara buat berteriak minta tolong. Tiba-tiba aja ada beberapa gerembol orang dari seberang jalan yang mendatangi kami dan mengusir preman-preman tadi dengan beberapa ancaman. Gue bersyukur gak sampai terjadi keributan besar. Gue berusaha untuk mengendalikan nafas gue yang ngos-ngossan, sampai seseorang mendekat dan memberikan gue sebotol air mineral. Awalnya gue gak nyadari orang itu siapa, karena keadaan sekitar yang cukup gelap, sampai gue mendengar suara itu.

“Lo baik-baik aja?”

Gue mendongak dan mendapati seorang Lano dengan sweater hitam kesayangannya.

	“Kalo gue gak ngancem lo, buat nerima gue sebagai temen lo lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kalo gue gak ngancem lo, buat nerima gue sebagai temen lo lagi.. pasti sekarang gue cuma bisa memandangi lo boncengan dengan tukang ojol dari jauh.”

Orens' flanelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang