3

1.2K 75 9
                                    

"Gadis ini bukan bunuh diri, tapi ada seseorang yang sengaja menggantung tubuhnya agar terlihat seperti bunuh diri." Ucap sang dokter setelah beberapa jam mengidentifikasi mayat Rose.

Beberapa mata tertuju pada Yoongi, pria pucat yang kini sedang terdiam di pojokan. Jimin kemudian berlari ke arahnya dan menghadiahi pria putih pucat itu sebuah tinjuan.

"Brengsek! Apa kau yang melakukannya pada Rose, huh? Kenapa? Jawab aku, bajingan!" Tak lama kemudian, yang lainnya mencoba menarik Jimin. Menjauhkan pria itu sebelum semuanya terlanjur kacau.

"Tahan emosimu, kau tidak bisa menyalahkan Yoongi begitu saja. Apa kau punya bukti?" Adalah Jungkook yang mulai buka suara.

"Hanya dia yang sengaja tidak mengikuti kelas hari itu, lagipula hanya ada dia disana. Tidak ada orang lain selain dia pelakunya, aku yakin." Gertak Jimin.

"Tidak, jangan gegabah. Semuanya harus dipikirkan dengan kepala dingin. Lebih baik kita melakukan pemakaman yang layak dulu untuk Rose." Saran Seokjin.

Semuanya setuju dengan saran yang diusulkan oleh yang paling tua diantara mereka. Hingga akhirnya mereka harus rela mengikhlaskan kepergian Rose.

Semuanya terpukul. Tidak ada yang tidak sedih. Semua berduka dengan kepergian Rose. Tapi masih ada seseorang yang sedari tadi melayangkan tatapan nyalang terhadap Yoongi. Ya, pria itu adalah Jimin. Kekasih Rose.

Setelah acara pemakaman selesai, semuanya kembali berkumpul. Camaraderie. Berencana memanggil seorang detektif untuk mengusut tuntas kasus yang menimpa Rose. Mereka tidak akan membiarkan si pembunuh berkeliaran begitu saja.

"Kenapa kau tega melakukan ini pada Rose, hyung?" Tanya Jimin dengan nada yang begitu lemah. Tenaganya sudah habis. Tidak tersisa sedikitpun.

"Kenapa kau selalu menuduhku? Aku berani bersumpah bahwa bukan aku yang melakukannya. Pagi tadi aku sedang di rumah, mengerjakan proyek laguku. Dan kenapa kau hanya mencurigaiku? Apakah tidak ada orang lain yang berpotensi besar untuk kau curigai telah melakukan kejahatan itu?" Cerca Yoongi. Membuat Jimin tertegun seketika.

"Lebih baik sekarang kita pulang dan beristirahat. Besok kita diskusikan lagi masalah ini."

•••••••

"Oppa, temani aku, ya? Menginap saja disini?" Jisoo bergelayut pada Seokjin, lalu dibalas anggukan kecil dari pria itu.

"Baiklah, tapi aku harus mandi dulu. Tubuhku lengket dan bau. Nanti kau tidak nyaman tidur di sampingku." Goda Seokjin.

"Baiklah, aku akan melakukannya setelah kau."

"Mau mandi bersama?"

"Oppa, sekarang bukan waktunya untuk—"

"Baiklah, aku tidak akan memaksa." Seokjin mengecup kening Jisoo sebelum masuk kedalam kamar mandi.

Gadis itu kemudian duduk bersender pada headboard ranjang sambil memainkan ponsel pintar miliknya. Membuka galeri ponsel, lalu melihat potret dirinya bersama Rose dan yang lainnya. Hatinya tersayat. Pedih. Sakit. Apa salah Rose sehingga ia harus berakhir seperti ini? Mengapa harus Rose?

Hingga detik berikutnya Jisoo harus tercengang saat mendapat sebuah pesan masuk kedalam ponselnya. Dari nomor tidak dikenal. Karena penasaran, Jisoo segera membuka isi pesan tersebut.

"Siapa selanjutnya?"

Jisoo kemudian melempar ponselnya sembarangan. Berlari menuju kamar mandi, lalu memukul pintunya dengan kasar. Sehingga membuat Seokjin keluar dengan tubuh telanjang yang masih dipenuhi oleh busa sabun.

Camaraderie [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang