7

1.1K 72 13
                                    

Jisoo, Jennie, dan Lisa menangis meraung setelah mengetahui kematian Yoongi. Belum beres mereka berduka karena Rose, sekarang giliran Yoongi yang ditemukan tidak bernyawa di kamarnya semalam.

"Bagaimana ini? Pertama Rose, sekarang Yoongi, apa yang sebenarnya terjadi? Permainan gila apa yang menghantui kita? Aku tidak mau jadi korban berikutnya." Tangis Jennie pecah, Taehyung kemudian membawa tubuh sang gadis kedalam dekapannya.

"Apa sudah ada yang mengetahui apa penyebab kematiannya?" Seokjin mulai angkat bicara. Namun diantara semuanya, tidak satupun yang mengetahui tentang kematiannya. Pihak polisi menjelaskan jika Yoongi mungkin saja mengidap penyakit jantung. Tapi tidak ada satupun dari mereka yang mempercayai omong kosong polisi tersebut.

"Jimin," Taehyung tiba-tiba memanggil nama itu. Sementara yang dipanggil hanya menoleh keheranan.

"Kemarin aku melihat Jimin berkelahi dengan Yoongi hyung di apartemen Rose. Entah apa penyebabnya, tapi saat aku dan Jungkook datang untuk melerai, lalu Yoongi hyung langsung pulang. Begitupun aku dan Jungkook, kami langsung pergi ke rumah Namjoon. Lalu Yoongi hyung ditemukan tewas tadi pagi. Apa yang sebenarnya terjadi, Jim? Kenapa kau melakukan itu pada Yoongi hyung? Kalau saja kemarin Jungkook tidak melarangku untuk bilang hal itu pada kalian, mungkin nyawa Yoongi hyung bisa terselamatkan!"

"Apa? Jadi sekarang kau menyalahkanku atas kematian Yoongi hyung?" Jimin membela diri.

"Tentu saja! Ini semua pasti ulahmu, atau jangan-jangan kau juga yang membunuh Rose, huh? Katakan yang sejujurnya sekarang juga!" Taehyung tidak dapat menahan amarahnya.

"Hentikan! Apa kalian tidak bisa untuk tidak saling menyalahkan! Tolong, jangan memperkeruh keadaan." Jisoo mulai kehilangan arah saat mendengar para sahabatnya saling menuduh dan tanpa arah.

"Benarkah? Kupikir kita sebenarnya harus menbereskan ini semua. Aku tidak ingin ada pembunuh diantara kita! Sebelum dia membunuh kita semua, lebih baik kita menyingkirkannya! Aku akan membunuh siapapun yang menjadi dalang dari semua kekacauan ini. Bahkan jika itu kau, Park Jimin!" Lisa bangkit dari duduknya. Berbicara dengan nada tinggi dan begitu menggebu, namun detik berikutnya Jungkook menarik lengannya dan mengcengkeramnya dengan erat.

"Kau! Bisa tidak dengarkan omongan Jisoo noona. Kau tidak boleh gegabah, bagaimana jika bukan Jimin pelakunya? Jangan ambil tindakan yang gegabah!" Jungkook mencoba memperingati.

"Jisoo.. Jisoo.. Jisoo.. lagi-lagi dia, aku tahu kau menyukainya, tapi kau harus sadar, dia memiliki Seokjin oppa yang berada jauh diatasmu. Kau bukan apa-apa dibanding dengannya, teruslah berharap untuk mendapatkan Jisoo eonni, karena sampai kapanpun ia tidak akan pernah membalas perasaanmu. Dan aku ingin kita putus!"

"A-apa? Kenapa kau jadi seperti ini?"

"Tanya saja pada dirimu sendiri Jeon Keparat Jungkook!" Lisa mengambil tas miliknya kemudian pergi dari sana. Melengos tanpa mengindahkan panggilan yang lainnya.

"Jung! Kenapa kau malah membuat semua keadaan jadi makin rumit?" Jisoo menangis sambil tertunduk.

"Aku hanya ingin dia tidak memperkeruh keadaan. Ucapannya terlalu berlebihan."

"Sstt sudah. Tenangkan diri kalian masing-masing. Jung, kau harus coba membujuk Lisa. Jelaskan maksud ucapanmu padanya agar dia tidak salah paham." Seokjin mencoba menetralkan suasana. Pun yang lainnya, menyuruh adik termudanya itu untuk menyusul Lisa. Membicarakannya baik-baik.

•••••••••

"Maafkan aku," Jungkook mendekat ke presensi Lisa yang sedang duduk di rooftop sambil memandang kosong ke arah langit.

"Tidak ada yang perlu dimaafkan. Kau dan aku selesai."

"Kenapa?"

"Kau pikir aku bodoh, Jung? Aku tahu selama ini kita semua selalu melakukan apapun bersama. Semuanya berbagi, tanpa terkecuali. Tapi kau dan Jisoo eonni, aku tahu kalian memiliki hubungan yang tidak biasa. Berbeda dari yang lain. Tatapan matamu tidak bisa berbohong, Jung. Aku lelah."

"Baiklah. Aku mengaku kalau aku menyukai Jisoo noona. Tidak, bukan suka, mungkin lebih tepatnya mencintai. Tapi bagaimana dengan dirimu sendiri? Apa kau pikir aku tidak tahu hubungan gelapmu dengan Rose?" Lisa mematung seketika. Napasnya tercekat, seakan begitu sulit untuk mengais udara segar.

"Aku tahu semua tentangmu, lebih dari siapapun. Aku tahu kau dan Rose memiliki rasa yang lebih dari sekedar sahabat. Bahkan aku pernah memergoki kalian berdua b-berciuman. Aakhh.. sial!" Jungkook dibuat frustasi. Ia merasa harus meluruskan semua ketidak pastian ini.

"Ya, benar. Aku menyukai Rose. Tidak, bukan suka, kau benar, mungkin lebih tepatnya mencintainya. Dan kau tahu saat Rose bilang bahwa dia sedang hamil? Kau tahu bagaimana hancurnya aku, Jung?" Nada suara Lisa naik beberapa oktaf, tetapi gadis itu menjatuhkan tubuhnya pada dekapan Jungkook. Pria Jeon itu menyambut dengan hangat tubuh ringkih Lisa.

"Kau tahu bagaimana hancurnya aku, Jung? Aku begitu hancur, sakit, aku seperti mati rasa. Terlebih ketika melihat tubuh Rose terbujur kaku. Hidupku seperti sia-sia, Jung."

"Sstt, sudah, maafkan aku."

"Tidak, aku yang minta maaf, Jung. Tolong, jangan paksa aku untuk melanjutkan hubungan kita, sebab semuanya akan hanya menjadi kesia-siaan. Hubungan kita berdua sudah tidak dilandasi cinta, lagi."

"Baiklah. Tapi kumohon, kau harus bisa menjalani hidup lebih baik dari sebelumnya, ya? Berjanjilah padaku."

"Aku tidak yakin, Jung. Aku begitu sakit, hingga rasa sakit ini menjadikanku seperti psikopat gila. Aku benar-benar ingin balas dendam pada siapapun yang membunuh Rose. Setiap hari aku menerka-nerka, siapa diantara kita yang membunuh Rose? Bahkan Yoongi oppa? Aku begitu frustasi, hingga aku harus menghabisi orang kejam itu, sekalipun itu kau."

•••••••••

Camaraderie, berkumpul tanpa ada satupun gadis yang ikut hadir. Keenam pria itu masih merenungi siapa dalang dibalik semua peristiwa naas yang menghampiri mereka.

"Semalam Jennie bertingkah aneh." Ujar Taehyung. Semua temannya hanya menatap aneh pada pria yang kini duduk sambil membuka lebar kedua belah pahanya.

"Dia tiba-tiba bertanya padaku, apakah aku pelakunya? Apakah aku yang telah membunuh Rose dan Yoongi? Gila, kurasa dia mulai gila." Taehyung berucap sambil tertawa hambar.

"Ya, Jisoo pun begitu. Dia bertanya padaku, apakah aku pembunuh Rose dan Yoongi?" Timpal Seokjin sambil membuka jaketnya.

"Bagaimana denganmu. Jung?" Pria yang dipanggil itu hanya menggelengkan kepalanya.

"Tidak, Lisa tidak bertanya seperti itu. Dia hanya bilang kalau dia akan balas dendam pada orang yang telah membunuh Rose dan Yoongi. Bahkan dia akan membunuhnya, tidak peduli jika itu aku."

Semua orang tertegun. Beberapa diantaranya menghembuskan napas kasar. Tidak tahu mengapa semua tiba-tiba menjadi serumit ini. Saling tuduh, saling serang.

"Kita semua sedang kacau. Bagaimana jika kita pergi liburan sejenak? Menghilangkan penat?"

TBC

Haayy!
Ada yg nungguin aku up?
Ehehe
Gimana nih kelanjutan ceritanya?
Jangan lupa vote dan komen yahh
Thanks for your support💜🖤💖

Camaraderie [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang