17

972 116 9
                                    

Jay berlarian menyusuri lorong rumah sakit dengan keringat yang sudah membasahi kening nya. Nafasnya terengah-engah saat melihat sunghoon yang sedang duduk dengan tangannya yang menutupi wajahnya.

"Hoon... Gimana keadaan Jake?"

Sunghoon mendongakkan kepalanya ke atas, melihat wajah Jay yang khawatir. Dengan cepat sunghoon menarik Jay dan memeluk nya, lalu terisak kencang di dalam pelukannya.

"Gw gagal... -gw gagal nyelametin jake, dan berakhir kaya gini. Ini semua salah gw Jay..." Tangisnya yang terus terisak.

"Ini bukan salah lo Hoon, ini udah takdir. Gak ada yang perlu di salah kan disini."

Jay melepaskan pelukannya, menatap wajah sunghoon yang memerah karna menangis, menepuk pelan pundak sunghoon.

"Sekarang tenangin diri lo, kita berdoa supaya Jake gak kenapa napa di dalem sana."

"Gimana gw bisa tenang?! Udah 1 jam lebih tapi dokter belum keluar sama sekali."

"Iya gw ngerti, tapi lo harus tenang Hoon, di dalem sana Jake lagi berjuang buat dirinya sendiri."

Sunghoon menjambak rambut nya frustasi. Air matanya sedari tadi terus mengalir tidak berhenti.

Tidak lama kemudian, dokter keluar dari ruangan tersebut. Dengan cepat sunghoon menghapus air matanya kasar.

"Gimana keadaan Jake dok? Dia baik baik aja kan?" Tanya sunghoon dengan wajah penuh harap pada dokter itu. Semoga saja dokter itu mengatakan hal baik, tapi ternyata...

"Jauh dari kata baik. Jake mengalami pendarahan di kepalanya, kondisi jantungnya sangat lemah. Dan dengan berat hati saya katakan jika Jake mengalami Koma. Sekarang dia sedang bertahan antara hidup dan mati, berdoalah agar dia masih bisa bertahan, walaupun itu hanya 15% untuk dia sadar."

Tidak. Ini bukan jawaban yang diinginkan oleh sunghoon. Ini ke dua kalinya sunghoon harus melihat Jake bertahan di titik terendah nya. Rasanya bagai tersambar petir. Sudah cukup semua nya. Jake tidak pantas mendapatkan ini semua.

"Jake...AAARRRGGHHH. KENAPA? KENAPA HARUS JAKE YANG KAYA GINI?? KENAPA??" Sunghoon memukuli dinding yang ada di samping nya dengan tangannya.

"Hoon udah Hoon. Lo jangan kaya gini, ini semua takdir, seenggaknya Jake masih bisa bertahan, walaupun keadaan dia jauh dari kata baik." Ujar Jay menahan badan sunghoon agar tidak merosot kebawah lantai.

"Kenapa takdir sekejam itu sama Jake? Selama ini Jake salah apa? Kenapa dia di permainkan semudah ini. Dia gak seharusnya nerima ini semua." Ucapnya terisak.

Jay tidak bisa berbuat apa apa selain menenangkan sunghoon dan berdoa untuk Jake. Lagi lagi dia harus ada dua situasi seperti ini, dimana dia harus melihat sunghoon hancur karna Jake yang terus seperti ini. Hati Jay merasakan sakit melihat semua ini.










_________

"Jake...."

"Maafin gw, gw gak bisa nyelametin lo tadi, coba aja tadi gw langsung turun dari mobil dan nyamperin Lo, mungkin ini gak mungkin kejadian sama lo. Maafin gw Jake.."

"Lo harus bertahan, lo gak boleh ninggalin gw, gw belum siap buat kehilangan Lo. Gw mohon bertahan, gw tau Lo kuat Jake."

Sunghoon menggenggam tangan Jake erat, sangat erat seperti dia benar benar tidak mau kehilangan seorang sahabat nya itu.

"Buka mata lo Jake, gw mohon, buka mata lo sekarang. Lo gak boleh terus nutup mata lo kaya gini. Bangun Jake. Gw mohon.."

Tidak. Jay tidak bisa melihat seperti ini, Jay tidak bisa melihat sunghoon sehancur ini, dan dia tidak bisa melihat Jake dalam kondisi seperti ini. Dengan cepat Jay pergi dari ruangan itu meninggalkan sunghoon dan Jake.

we are friends forever [SUNGJAKE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang