Cerita ini belum saya revisi sama sekali. Jika ada kekurangan dalam penulisan kata atau pun tanda baca, mohon dimaafkan. Jika penulisan tidak rapi, mohon juga dimaafkan.
-Nowemelyf.-
Hari ketiga dengan daftar ketiga, Ikrar bersiap-siap untuk pergi berpiknik dengan keluarganya. Itu juga atas permintaan Ikrar dibantu Azek.
Tempat piknik yang dipilih Ikrar tidaklah jauh dari rumah. Hanya perlu berjalan sembilan puluh enam langkah saja.
"Ayo, berangkat."
Rio akan mengambil kunci mobil, tetapi langsung dicegah oleh Ikrar.
"Kenapa?" tanya Rio.
"Saya ingin kita berjalan kaki. Sehat," balas Ikrar.
"Kok jalan, Bang. Azek enggak mau," ucap Azek.
Ikrar menghela napas, "Harus mau. Titik."
Dengan berat hati Azek menurutinya. Butuh beberapa menit saja untuk sampai di sana. Banyak orang yang beristirahat di sana. Anak-anak berlari-larian memutari air mancur.
Mereka berempat langsung menggelar tikar. Kemudian meletakkan beberapa makanan berat dan ringan. Ikrar mengibaskan tangan, pertanda lelah.
"Ayo duduk," ajak Talita.
Mereka duduk sembari menikmati udara dingin. Sesekali candaan dan tawa terdengar dari tempat mereka."Kalau lolos, kamu langsung bertugas, Nak?" tanya Talita.
"Iya, Bun. Saya langsung bertugas, sebagai keseriusan dalam melamar pekerjaan," ucap Ikrar sembari memakan lumpia goreng kesukaannya.
"Berapa orang yang melamar?" Rio juga bertanya pada Ikrar.
Ikrar tersenyum, "Hanya dua puluh tiga. Enam laki-laki dan tujuh belas perempuan, Yah."
"Cantik-cantik enggak, Bang?" tanya Azek dengan mengangkat alisnya berulang kali.
"Iya, cantik-cantik."
"Cantikan mana sama Aisyah?" tanya Azek iseng.
"Aisyah."
Jawaban yang dilontarkan Ikrar membuat mereka bertiga ingin terbatuk keras. Ikrar hanya diam memandangi mereka.
"Tuh 'kan, mana mungkin enggak ada rasa sama sekali," ucap Talita.
Diam-diam Azek mengambil ponselnya dan membuka aplikasi Whatsapp.
Ikrar menghela napas berat, "Baiklah. Saya jujur. Saya menyukainya, Bun, Yah. Saya sudah menyukainya sejak sebulan yang lalu. Dia guru bimbel saya, tetapi dia masih muda. Saya rasa cukup sampai sini saja pemberitahuan saya."
Talita terkikik sedangkan Rio hanya tersenyum. Azek memencet tanda kirim yang ada di Whatsapp. Azek tersenyum penuh kemenangan.
"Terkirim!" seru Azek sembari menggoyangkan ponselnya.
Ikrar melotot, "Kamu mengirim suara saya tadi, ke Aisyah?"
Azek mengangguk semangat. Ikrar berusaha merebut ponsel Azek, tetapi Azek terlalu gesit buatnya.
Ikrar menarik baju yang dikenakan Azek, lalu mengusap rambutnya dengan kesal. Dilanjut dengan menarik telinga Azek sampai merah. Talita dan Rio hanya tertawa melihatnya.
Seorang gadis kecil menghampiri tempat piknik mereka. Ikrar berhenti menjahili Azek, beralih menatap ke gadis kecil itu.
Gadis kecil itu menatap mata Ikrar, kemudian ia menangis tanpa suara. Mereka berempat terkejut, Ikrar langsung menenangkan gadis kecil.
"Adek kenapa nangis, hm?" tanya Ikrar lembut.
Gadis kecil itu memeluk Ikrar dengan erat, ia semakin menangis saja. Ikrar buru-buru menenangkannya.
"Kakak baik. Hati kakak banyak bersihnya daripada kotornya. Jaga diri baik-baik, Kak. Jangan pergi, tapi kalau tetap pergi Ayla hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Kakak," ucap gadis yang mengaku bernama Ayla.
Sekali lagi Ayla memeluk Ikrar, ia mencium pipi Ikrar lalu pergi dari sana.
Ikrar termenung, "Apa maksudnya?"
"Jangan dipikirkan, Bang. Dia hanya anak kecil," ucap Azek.
Ikrar mengangguk, "Iya."
"Permintaan keempat, terpenuhi," gumam Ikrar sembari menyunggingkan senyuman manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA IKRAR [Belum Revisi]
Teen FictionBEBERAPA PART DIHAPUS. [SEBELUM MEMBACA CINTA IKRAR, ALANGKAH BAIKNYA MEMBACA CINTA LUGU] Ikrar, yang dulunya sangat disayangi ibunya. Ikrar, remaja yang selalu dituntut terbaik oleh ibunya. Ikrar, remaja yang akan selalu menyayangi ibunya. Kasih...