0.0 : Selina temen sebangku Davin.

331 40 62
                                    

"Bu, Selina berangkat dulu ya."

Gadis dengan seragam lusuhnya itu keluar dari kamarnya sambil berteriak mencari keberadaan Ibunya. Selina Saputri, itulah namanya.

Selina ke sekolah menggendong tas biru tuanya yang cuman berisikan 1 buku tulis dan 1 pulpen dan dengan rambut panjang yang ia kuncir di belakang. Pergelangan tangan putihnya ia hiasi dengan beberapa aksesoris yang dibelinya beberapa hari lalu di pasar malam. Tidak peduli dengan harganya yang di bilang murahan, kalau Selina suka dia pasti membelinya.

"Ibu-"

"Iya, Sel. Jangan teriak teriak gitu ah, kasian adik kamu lagi sakit," Wanita paruh baya itu keluar dari kamar anak bungsunya yang lagi sakit.

Mendengar Selina baru berteriak tadi, ia segera bergegas pergi ke dapur untuk membawakan nya bekal. Biasanya juga begitu, Selina selalu minta di bawakan bekal biar gak perlu ke kantin lagi. Jadi, pas istirahat nanti dia bisa langsung makan di atap sekolah. Itu lebih baik daripada harus desek desekan di kantin.

"Nih, kalau gak suka jangan dibuang. Bawa pulang lagi aja, ibu gak suka kalau kamu buang buang makanan kayak kemarin." Pesannya pada Selina.

"Ish ibu jangan di ungkit ungkit lagi. Selina kan punya alesan kenapa makanan nya di buang." Jawab Selina. Gadis itu mengambil bekal dari ibunya lalu memasukanya ke dalam tas.

Kemarin ia buang makananya karna makananya habis di cicipin temen sekelas. Selina gak mau makan barengan sama orang lain, bukan nya jijik tapi gimana ya, aneh aja gitu kesan nya.

"Ibu udah masukin dua sendok. Kalo temen kamu minta lagi, kasih aja sendok yang satunya-"

"Iya iya Ibu. Udah ya, Selina berangkat. Bilangin juga sama Nina, surat izin nya udah aku ambil."

Nina itu adiknya Selina, dia ada di sekolah yang sama juga. Cuman bedanya, Nina itu kelas 10 dan Selina kelas 11. Kebetulan hari ini Nina gak masuk sekolah karna sakit, biasanya kan mereka berangkat bareng. Jalan berdua buat ke sekolah, tapi hari ini Selina harus jalan sendiri karna Nina gak berangkat.

Selina meraih tangan Ibunya lalu menyalaminya, rutinitas setiap pagi sebelum berangkat sekolah.

Selina ini tak punya Ayah, Ayahnya bercerai dengan Ibunya ketika Selina dan Nina masih kecil. Wanita paruh baya itu harus berjuang sendiri banting tulang untuk biaya sekolah kedua putrinya. Keseharian nya berjualan kue pesanan dan catering, Selina dan Nina juga suka bantu kalau lagi senggang. Yang paling mahir masak sih Nina, Selina cuman bantu yang ringan ringanya aja.

"Hati hati Sel. Sekolah yang bener, jangan tidur di kelas terus." Ucap ibunya sambil mengusap kepala Selina.

"Aku gak bisa janji ya bu, hehe. Selina pamit dulu."Jawabnya setelah itu Selina langsung pergi.

Ibunya Selina hanya bisa menggeleng pelan melihat putrinya yang sudah berlari meninggalkan area rumahnya itu.

Terkadang ia khawatir dengan masa depan Selina, anak itu bodoh dan malas belajar, jika begini terus Selina tidak akan punya masa depan yang cerah. Selain itu, dia tomboy dan tak suka bergaul dengan orang lain. Beda sekali dengan Nina yang pintar dan anggun itu, dia ramah dan baik, temanya juga banyak. Wanita paruh baya itu heran, bagaimana bisa kepribadian kedua anaknya sangat bertolak belakang seperti ini.

"Diana!"

Sang pemilik nama menoleh dan mendapati Selina yang merupakan kakak dari temanya tengah berlari ke arahnya.

"Kak Sel? Ada apa kak, kok sendiri? Nina mana?" Tanya Diana.

Selina belum menjawab, dia masih mengatur nafasnya. Dari rumah sampai sekolah dia berlari. Selina sempat di kejar angsa milik pak Soleh sampai ujung gang sana.

I'm Your Colours [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang