0.6 : Dijemput anak bujang Bu Ranti.

91 21 4
                                    

Selina terlihat memperhatikan wajah laki laki di sampingnya itu dengan tatapan malas. Entah sampai kapan ia bisa terus terjebak di rumah ini, bersama dengan Davin di dalam satu ruangan. Benar benar jengkel. Selina benar benar menginginkan hujan cepat reda agar ia bisa cepat pulang dari sini.


"Gak usah di liatin terus. Nanti suka, gak mau ngaku lagi lo," ucap Davin enteng sembari memainkan ponsel yang sedari tadi ia genggam.

Selina hanya berdecak mendengar itu. Davin emang tingkat percaya dirinya sudah melebihi kapasitas. Siapa juga yang bakal suka sama dia, nambah kesel sih iya. "Dih, ge'er banget jadi orang," balasnya.

Kemudian, keduannya membuang muka ke segala arah. Duduk berdampingan tapi tubuh yang saling membelakangi adalah yang dilakukan mereka sekarang. Davin duluan lagian, cowok itu ngeselin, apalagi kalau di ladenin, gak akan selesai selesai debatnnya nanti.

Sampai pada akhirnya, bu Ranti yang tak lain dan tak bukan adalah mamanya Davin, datang dengan nampan berisikan secangkir teh hangat untuk menjamu tamunya itu. Wanita paruh baya itu tersenyum melihat tingkah dua anak remaja yang kini duduk saling membelakangi sekarang. Benar benar random, batinnya. "Lagi marahan apa gimana nih ceritannya," sahut bu Ranti dengan tujuan menggoda.

Baik Davin maupun Selina keduannya menoleh pada sumber suara. Keduannya terkejut. Sampai pada akhirnya, dengan segera mereka membenarkan posisi duduk mereka seperti awal dan hanya menyisakan sedikit jarak untuk saat ini. Se- simple itu kan sandiwaranya.

Bu Ranti menggeleng sambil terkekeh pelan, "kurang deket tuh duduknya. Lagi socialdistancing ya," godanya. "Nih, sel. Diminum dulu, mumpung masih anget," sambungnya pada Selina.

Gadis itu dari tadi merasa serba salah rasanya. Mau nafas pun rasanya gak leluasa pas tau kalau bu Ranti ini mamanya Davin, "makasih bu, maaf ngerepotin," balas Selina se-kalem mungkin.

Bu Ranti hanya tersenyum mendengar ucapan Selina, sebelum pada akhirnya ia menjawab tidak apa apa atas balasan Selina tadi. "Dav, temenin Selinanya ya. Mama mau masak buat nanti makan malam," kata bu Ranti pada Davin.

Laki laki itu hanya mengangguk faham. Kalaupun gak di suruh juga memang dari tadi Davin mau temenin Selina di sini. Jarang jarang 'kan bisa leluasa ngobrol berdua sama dia. Kalau di sekolah kan hobinya Selina tidur mulu, kalau gak tidur ya kelayaban. Gitu aja terus siklus hidupnya sebagai pelajar. "Iya, udah mama ke dapur aja. Selina biar sama Davin," balasnya.

Mendengar itu, kini bu Ranti beralih menatap Selina teduh, "Sel, kamu di sini dulu ya sampai hujannya reda. Di temenin tuh, sama anak bujang saya," ujarnya kemudian tertawa pelan. Yang di sebut anak bujang malah menunduk sambil tersenyum tipis. Sementara Selina, wajahnya malah memerah sekarang, menampilkan kesimpulan bahwa dia tengah malu di tambah dengan salah tingkah. Bu Ranti bisa bisanya bilang begitu.

Sepeninggal Bu Ranti, kali ini tak ada yang buka suara, keduanya diam membisu seperti orang yang kehabisan topik, walaupun nyatanya memang benar seperti itu. Davin sibuk dengan ponselnya, Selina sibuk dengan fikirannya. Hanya suara deruh riuh dari hujan yang mengisi keheningan sore ini.

Tiba-tiba..

Suara alunan gitar dari ponsel yang digenggam Davin membuyarkan fikiran Selina. Laki laki menoleh kemudian tersenyum ke arah dimana teman sebangkunya itu berada, "Tau lagunya gak?" lirihnya.

Selina hanya menatap Davin dengan tatapan polos. Selina baru sadar, kalau Davin ini sebenernya tampan kalau diliat dari jarak dekat. Cuman sayang aja, tingkahnya ngeselin, Selina tetep gak suka.

Gadis itu sempat berdehem kemudian mengalihkan pandangannya ke sembarang arah, "gak, g-gue gak tau! Gak peduli juga," tungkas Selina segera.

Mendengar itu, Davin hanya terkekeh geli. Dia tau Selina lagi salting, suka aja gitu liat orang jutek salting gini, batinnya. Tanpa memperdulikan Selina lagi, Davin mengalihkan pandangannya, menekan nekan layar ponselnya sambil bersenandung kecil. Itu memang hobinya, oleh siapapun dan lagu apapun yang di putar, jika Davin tau, refleks dia pasti bernyanyi.

I'm Your Colours [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang