Kali pertama mereka beradu tatap adalah saat kelopak bunga prunus tergugur di pinggir Sungai Han. Saat itu, Emeraldie tak menyadari satu orang asing ditengah kerumunan orang-orang asing akan menjadi orang penting dalam hidupnya.
***
2017
Maret, 28.Menilik kisah lama mereka, Emeraldie sedang berjalan dan mendengar denting lonceng disekitarnya. Itu dentingan yang tak begitu kentara, terbaur dengan langkah kaki dan suara hiruk pikuk disekitarnya, bersatu dengan derau acak lain dan membentuk kerapatan spektral datar dengan amplitudo yang sama dan konstan. White noise, sebuah suara konstan alami yang menciptakan ketenangan.
Ketika Emeraldie mengedarkan pandangan untuk mencari asal dentingan itu, ditemukannya seorang pria yang juga tengah berjalan sambil mengedarkan pandangan tak jauh dari posisinya. Seseorang dengan air muka yang tenang dengan mata bersinar. Ia tak tahu mengapa kakinya mengambil alih kesadarannya, Emeraldie mendekati pria itu. Itu adalah keputusan konstan.
"Permisi, apa itu berasal darimu?"
Manakala pria berperawakan jangkung itu tolehkan kepala padanya, disaat itu pula pandangan mereka bertemu. Tak langsung menjawab, keduanya tetap mempertahankan posisi masing-masing. Entah mengapa, seketika pusat waktu bagai memusat pada mereka, keduanya hanya fokus ke masing manik lawan tatapnya.
"Kau menyadarinya, ya? Padahal yang lain tidak." Jawab Sang Pria kala itu. Kelopak bunga prunus melewati binar manik itu, sejemang lansekap musim semi terefleksi di manik matanya. Tak salahlah bila detik itu ia menyebutnya sebagai Pria Musim Semi.
Sejak saat itu, mereka berpikir mungkin ini adalah takdir yang tak direncanakan, atau ini takdir yang pria itu rencanakan. Yang pasti, jantung yang berdegup kencang diantara keduanya bukanlah hal yang mereka rencanakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day isn't Spring Day
FanfictionTahun ini, apakah musim semi akan menjadi musim semi?