Kimi No Na Wa

18 1 0
                                    

2017November, 10

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2017
November, 10

Langit sedang mengamuk diluar sana, mengeluarkan jeritan berupa petir-petir besar dan tangisan berupa hujan tak berkesudahan. Semenggelegar apa kebisingan diluar sana, nyatanya dua daksa tampak tak keberatan dengan itu.

"Jungkook, aku masih penasaran. Mengapa kau membunyikan lonceng ditengah hiruk pikuk kala itu? Kau mencari seseorang atau apa?" Em menjatuhkan kepala pada pundak Jungkook yang sedang duduk disebelahnya, sedangkan yang ditanya sedang menyimak televisi sambil mengunyah snack.

"Ya, aku mencari seseorang," Jawab pria yang dipanggil Jungkook itu. Mata itu masih serius memperhatikan audio visual dihadapannya.

"Seseorang yang ditakdirkan untukku," Lanjutnya sambil tersenyum menerawang.

"Kau sendiri mengapa bisa menghampiriku?"

"Aku pernah menonton sesuatu, ia bertemu pertama kali dengan orang yang ia suka bersamaan dengan denting lonceng yang mengaungi telinga. Dan ya, seperti itulah."

"Ternyata kau juga menonton itu, ya."

"Maksudmu?"

Sambil meletakkan snack ke meja di seberang sofa, Jungkook kembali berucap.

"Aku hanya mengikuti apa yang kutonton, tanpa tahu itu akan benar-benar terjadi."

"Kau tahu, kupikir aku sedang membuat takdirku sendiri saat itu. Aku membunyikan lonceng, menemukanmu, dan menunggumu setiap pekan. Seolah-olah aku yang mengendalikan takdir."

Jungkook memainkan rambut Em dengan jari telunjuk, memutar helai rambut itu hingga tergulung di jari panjangnya. Menarik nafas dalam lalu melanjutkan kembali kalimat yang sempat terjeda.

"Namun kini aku sadar, bahkan benang takdir itu telah ditorehkan jauh sebelum tanganku memutuskan untuk membunyikan lonceng. Keputusanku, adalah bagian dari takdir itu sendiri."

"Jung..."

"Ya, sayang?"

Sudah bersiap-siap ia memasang telinga untuk mendengar puja dari kekasih hati, pasti sekarang ini telinganya sedang membesar.

"Singkirkan jari kotormu itu, brengsek! Remahan snack-mu menempel di rambutku!!!"

Sedih sekali Jungkook, hasrat hati ingin mendengar puja, yang didapat malah murka. Pujangga puitis nan romantis yang ia rajut nyatanya tak cukup mampu menghalau murka Si Pujaaan Hati.

Kebahagiaan dan canda itu, ingin selalu ia dekap.

Spring Day isn't Spring DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang