Somer Schemering

26 1 0
                                    

2018
Agustus, 13.

Manakala sengatan mentari siap menabrak epidermis tiap daksa yang menantangnya, akan ada harapan dari lambaian angin yang menetralkan. Tentu setiap orang memiliki kesan masing-masing pada Si Musim Panas. Ada yang memilih untuk berkurung ria meminta perlindungan pada atap dan pendingin ruangan, ada pula yang memilih untuk berkawan dan menikmati saja.

Jungkook adalah daksa yang memilih opsi kedua. Bila diperhatikan, semangatnya ketika musim panas dan musim dingin sangat bertolak belakang. Bila di musim dingin ia terus mengeluh dan memilih bermanja pada Em dan terus menempel-nempel, di musim panas ia bisa lepas tanpa peduli pada Em. Kasihan Em, dikalahkan oleh panas, padahal biasanya ia yang meluluhkan Jungkook dengan panasnya.

"Kuperhatikan disetiap musim panas kau begitu semangat, ya, Jung. Ada sesuatu kah?" Em mengulas tanya sembari  berbaring tengkurap dikursi lipat sisi pantai. Sinar terik tak mengenai tubuhnya karena tertutup payung pantai besar dan aviator sunglasses sedia melindungi retina matanya. 

"Tentu saja. Aku menyukai musim panas karena mentari enggan pergi dan memilih untuk  menguasai waktu yang harusnya disebut malam."

Jungkook berbicara dengan tangan yang masih sibuk mengoles tabir surya di punggung mulus Em, lalu melanjutkan. "Kita dapat memaksimalkan aktivitas yang biasanya tak terselesaikan karena malam terburu datang di hari biasa."

"Hm, begitukah?" Em menoleh ke belakang sambil menurunkan sedikit aviator sunglasses-nya.

 "Aku kira karena kau suka melihat pemandangan gadis berbikini di pantai?" Lanjutnya sambil memicingkan mata ke arah Jungkook. Mendecih kesal saat melihat Jungkook yang sibuk mengoles punggungnya, namun matanya sibuk ke arah lain.

"Tanganmu sibuk mengoles sunscreen tapi matamu malah fokus ke kumpulan gadis berbikini seksi. Kau sadar tidak, sih daritadi hanya mengoles di bagian yang sama, huh!?"

Melempar skak mat yang membuat Jungkook menyengir tanpa rasa bersalah. Bukannya takut, kelakuan Jungkook malah semakin menjadi. "Itu juga salah satu alasannya, sih."

"Kau, benar-benar!"

Setelah terlibat percekcokan tak jelas, akhirnya Jungkook selesai mengoles tabir surya merata di seluruh bagian tubuh Em.

"Kemarikan wajahmu, Jung. Aku tak ingin setelah  pulang dari sini kau berubah menjadi gembel, seperti tahun lalu." Ingin bertukar peran, sekarang Em berganti membalurkan tabir surya pada Si Tampan. Agar tidak menjadi gembel, katanya. 

Satu tangan Em telah dipenuhi gel tabir surya, dan tangan yang satunya lagi meraih dagu kekasih agar mengarah ke depan wajahnya. Diperhatikan, wajah kekasihnya ini aneh sekali. Tampan namun menggemaskan juga, namun seksi juga, namun lucu juga. Ah, dirinya bingung menjelaskan wajah Jungkook dalam satu kata.

Perlahan, ia balurkan tabir surya pada wajah tak terdefinisikan kekasih. Sengaja ia beri yang banyak, karena terik musim panas serasa mampu menelanjangi tubuh saking panasnya.

Ketika sedang meratakan, disaat itu pula ia sadar menggunakan physical sunscreen yang mana didalamnya mengandung titanium dioxide. Itu mampu membuat wajah Jungkook cemong berantakan karena kandungan warna putih di dalamnya. Em tak mampu menahan semburan tawa, ia tertawa terpingkal-pingkal melihat wajah konyol Jung karena tabir surya. Semakin buruk setelah diratakan, seperti memakai topeng putih.

"Kau kerasukan iblis primordial pantai?" Jung mencibir sewot sambil mencari telepon genggam untuk berkaca. Alih-alih berhenti, semakin sakit rasanya perut Em karena kencangnya tawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Spring Day isn't Spring DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang