Sakura

24 1 0
                                    

2018
Februari, 18.

Seperti kebiasaan. Manakala musim semi menyambut, mereka selalu menyempatkan diri berjalan santai di Pinggir Sungai Han.

Sejujurnya ini belumlah sepenuhnya dikatakan sebagai musim semi, masih tersisa hawa dingin dan beberapa kristal salju yang belum mencair dibeberapa letak. Namun, kristal salju itu tak menghalangi beberapa pohon untuk memekarkan kuncup bunganya.

"Prunus mume," Ujar Jungkook ketika melihat kuncup bunga yang berhasil mekar disela tumpuk salju yang berada di dahan pohon.

"Aku kira itu bunga sakura." Em memperhatikan bunga yang disebut Jungkook, ikut menengadahkan kepala untuk melihat.

"Bunga itu berbeda dari sakura, Em. Sakura adalah cherry blossom sedangkan prunus adalah plum blossom."

"Ooh, seperti itu. Aku baru mengetahuinya." Menganggukkan kepala karena paham, lalu menatap Jungkook heran.

"Kau tahu darimana kalau itu prunus? Kalau itu sakura, bagaimana? Mereka mirip, kau tak bisa membedakannya."

"Mereka mirip dan sama-sama cantik, bukan? Namun sama sepertimu, kebanyakan orang hanya mengetahui sakura. Namanya tertutup oleh bunga yang lebih populer."

"Maksudmu, aku hanya mengetahui bunga yang populer saja, begitu?"

"Prunus lebih tangguh dibanding sakura, ia mekar lebih dulu dan mampu bertahan sedikit lebih lama. Diantara musim dingin dan musim semi yang di idam-idamkan seseorang, nyatanya ada peralihan ditengahnya."

Em mendengarkan penjelasan lebar Jungkook dengan seksama. Meskipun terkadang tidak jelas, kekasihnya itu adalah manusia paling puitis dan berpikir kritis yang pernah ia temui.

"Saat peralihan itulah, bunga prunus mekar. Disaat butiran salju masih menutupi kuncup kelopaknya, ia mampu bertahan. Prunus adalah tanda awal hadir musim semi, bukan sakura."

"Maka dari itu kau langsung mengetahuinya, ya? Karena sakura tidak akan mampu hidup disuhu seperti ini?"

Jungkook mengangguk tepat sebelum Em memeluk lengannya dan kemudian merapatkan diri.

"Baiklah, saat musim semi tiba aku tak hanya akan mengingat sakura! Prunus juga simbol musim semi. Aku menghargainya." Em menyunggingkan senyum sambil tetap bergelayut manja di tangan kanan kekasih.

"Terima kasih, bunga prunus." Tiba-tiba ia membungkukkan badan memberi hormat pada pohon prunus itu. Tangannya yang masih melilit lengan Jungkook membuat Jungkook ikut membungkuk ke arah sang pohon.

Random sekali manusia satu itu, tiba-tiba memberi penghormatan pada seonggok pohon. Namun reaksi Jungkook nampaknya lebih-lebih mengherankan. Ia justru gemas melihat tingkah Em, sudah menjadi budak cinta sepertinya...

Tak mampu membendung akan rasa gemas yang membuncah, ia mencubit kedua belah pipi si cantik.

"Namun... Meski begitu, aku rasa setiap bunga memiliki ceritanya sendiri. Hal yang sama untuk sakura. Mungkin benar orang hanya memerhatikan sakura di musim semi, namun bukankah ada alasan dibaliknya? Sakura begitu rapuh, hanya membutuhkan dua pekan hingga ia gugur dan tertiup angin. Hidupnya begitu singkat, padahal kemekarannya dinantikan semua orang. Mungkin karena itulah, ia begitu membekas di ingatan orang-orang."

Kali ini Em menyuarakan buah pikirnya, ikut membahas dua bunga cantik maskot musim semi. Inilah salah satu hal yang Jungkook suka pada diri Em. Ia terbiasa mengungkapkan buah pikirnya dan membuat orang lain terkesan akan  pahamnya.

"Ya, gugurnya ia adalah sebuah keindahan namun juga berupa bentuk pamitan." Jungkook menanggapi sambil membelai rambut Em yang tergugurkan kelopak prunus.

"Tentu saja. Tapi bila kita memikirkan kembali, setelah itu ia akan mekar lagi di musim semi selanjutnya di pohon yang sama. Itulah mengapa orang beranggapan musim semi bagai harapan baru, bukankah itu karena bunga sakura?"

Jungkook tatap lagi kedua manik hijau itu, lalu secara perlahan mendekatkan kepala antar keduanya. Mengikis jarak, semakin dekat, dan berakhir dengan pertemuan labiumnya pada kening sang kekasih. Mengecupnya lembut penuh sarat akan renjana.

"Entahlah, itu tak penting. Aku tak peduli pada prunus atau sakura. Bagiku kau adalah musim semiku, Em."

"Berjanjilah untuk tetap bersamaku sebagaimana sakura janjikan kebahagiaan lewat kembali mekarnya ia di musim semi selanjutnya."

Itu bukan kecupan panas yang menghabiskan nafas, bukan pula kalimat memuja penuh sensualitas. Itu hanyalah Jeon Jungkook dengan bagaimana ia bersikap. Namun hal itu telah teramat mampu melemahkan dirinya.

"Aku berjanji, Jung."

Spring Day isn't Spring DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang