2. Maaf, Jodi

31 12 0
                                    


Jam 7 pagi. Jodi, Juna, Wuji, dan lain nya. Lagi pada bikin tenda darurat yang baru.

Sebenarnya gue rada takut di sini. Ini HUTAN, gue takut ada monyet, semut hutan, cacing, Bb hutan, harimau, ular. Belum lagi semak belukar.

Kita tersesat...

Bella sama Agung yang sejatinya anak gunung, nggak pernah tahu tempat ini. Padahal mereka sudah naik hampir ke semua gunung di Indonesia. Mereka yang paling tahu gimana cara menghadapi hewan buas di hutan.

Pagi ini, gue masih terbaring lemah tak berdaya, bersama temen temen gue plus Bu Indah. Kita lagi rebahan, karena kita korban yang terluka parah. Yang lain pada beres beres, Siska, Saput, Veri dan anak anak lainnya bantuin buat makanan.

Mereka cuma rebus air pakai kompor mini. Untuk membuat Pop Mie di dekat tenda. 10 meter dari lokasi kejadian, ada sungai yang mana air nya jernih banget.

Di dekat mereka sudah ada 5 boxes Pop Mie yang sedang mereka buka untuk makan bersama.

"Saput, siniii." Panggil Siska. Saput berlari kecil.

"Bantu Veri bukain bumbu nya tuh." ucap Siska dengan menolehkan sedikit dagu nya ke arah Veri.

"Veri, sini aku bantuin biar nggak pegel pegel." Saput menawarkan bantuan nya kepada Veri. Veri hanya menatap wajah nya datar tanpa melontarkan kata apa pun, dan Veri langsung memberikan beberapa boxes untuk Saput kerjakan.

Nama asli Saput adalah Saputra Dewa. Tapi, nggak cocok aja sama sifatnya yang agak letoy. Meskipun seperti itu, Saput kalo nyanyi suara nya mah bagus, lihai banget pas nge dance.

Kicauan suara mereka Saput, Siska, dan Veri bersahut sahutan dengan suara burung. Gue paling suka dengar suara kicauan burung, karena adem aja gitu. Bukan suara mereka.

Saput anak nya imut, dia pernah bilang ke gue di bus, malam ketika kita di perjalanan menuju tempat tujuan. "Ca, lo sebenarnya sadar nggak sih?" Tanya Saput. "Hmm?"Jiwa kepo gue membara.

"Lo itu Cantik." Jelas nya. Awalnya gue sempat tertegun.

"OH OIYA JELAS." Jawab gue dengan percaya diri, tatapan Saput berubah jadi jijik. "Pantang di puji." Gue cuma bisa nyengir nggak jelas.

Lanjut nya mulai nyerocos kembali. Lalu gue nyeletuk nanya lagi ke dia. "Put, lo tau kan, selama gue menginjak kaki di kelas 12 IPA 1, makhluk itu jarang banget ngobrol sama gue lagi?" Tanya gue jelas.

Saput langsung menaikkan alis menatap gue lekat. "Siapa? Devin?" Mata gue membola dan mengangguk ria membenarkan perkataannya. Detik berikutnya Saput tertawa, buat gue mengernyit. Mendorongnya pelan dan membuat gue mencebikkan mulut lantaran di buat kesal olehnya.

Paan sih, orang nanya juga.

Kesal gue.

Pemuda berambut pirang itu lalu menoleh. "Beberapa hari yang lalu Devin curhat ke gue. Dia pengen minta maaf ke elu, tapi elu nya malah ngejauh dari dia." ujarnya sambil tertawa renyah. Seketika gue tertegun, mematung di tempat. "Lo kenapa sih? Dia kan niatnya baik."

"Gue juga nggak tau kenapa gue kayak gini. Kayak ragu aja gitu. Ck, tau ah. Males bahas dia lagi." Jelas gue. Saput manggut manggut ngerti apa yang gue katakan.

Saput anak nya gitu, langsung connect kalau di ajak berkombur. Tapi sih gue lebih sering curhat ke Jojo. Jojo itu temen yang paling bisa buat gue sengsara! Kalau nggak ada dia hidup gue kayak ada yang hilang. Dia tuh pengertian banget sama gue. Aaah gue jadi sedih.

-

Sedari tadi gue memperhatikan mereka satu persatu. Ya, karena letak tempat gue istirahat itu strategis banget. Langsung keliatan ke depan. Jadi, kalau mereka lewatin tenda gue pasti noleh nya ke gue.

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang