(Nama) mengucek matanya. Ia pikir matanya kemasukan debu, atau mines kaca mata bulat biasa (Nama) pakai naik seketika. Di ujung lapangan basket, Iqbaal berdiri mematung memandang hampa teman-teman sesama osisnya bermain basket. Bukan. Bukan karna Iqbaal tidak ikut bergabung. Melainkan kapas berbentuk persegi berbalut plasterlah menyita perhatian (Nama). Beberapa lebam ditambah sudut bibir Iqbaal yang sobek membuat (Nama) meringis.
Apa yang terjadi? Apa Iqbaal dipalak preman sewaktu (Nama) tinggal kemarin?
(Nama) jadi merasa bersalah. Andai saja ia tidak pergi tanpa bilang-bilang, mungkin wajah Iqbaal tidak semenyedihkan ini.(Nama) menelan saliva ragu. Ingin menghampiri, takut menimbulkan kehebohan nantinya. Terutama kalangan gadis. Mungkin (Nama) nakal, tapi sekarang ia tidak mau cari masalah.
Tunggu-tunggu. Sejak kapan (Nama) perhatian sama orang?
"Diliatin terus, samperin aja kali"Ara menyenggol bahu (Nama). Tesentak, (Nama) menoleh sebentar, lalu kembali memperhatikan Iqbaal."Belum saatnya"
Ara mencebik"Dari tadi kelitan tau kalo lo suka sama doi.Khawatir ya samperin"
"Lupa ya kalo Iqbaal gak gubris tiap orang asing ngajak bicara?"bukan.Bukan (Nama) yang menjawab, tapi Bella. Si gadis pendiam.
"Tumben nyaut. Biasa juga kayak bayangan, ngikut tapi gak kasat"
Bella mendelik, tangannya bergerak memutar kulit Ara hingga gadis itu mengaduh.
"NGAPA LO NYUBIT GUE SIH"Gadis itupun bersedekap dada seolah tidak pernah terjadi sesuatu.
"Gue gak mau (Nama) nahan malu nantinya. Cukup dipendam aja gak masalah kok"Ara masih mengaduh. Heran juga Bella yang pendiam dan bodo amat bisa pengertian sama (Nama). Ara aja yang udah lama berteman tidak pernah sampai segitunya. Aneh.
"Eh, (Nama) nyamperin Iqbaal anjer!"pekik Ara tertahan. Bella melotot, masih mempertahankan wajah datarnya. Kaki kedua gadis itu bergerak mencegah (Nama) tapi terlambat. Sahabat mereka telanjur menapak dihadapan waketos.
"Ha-hai Iqbaal"ragu-ragu (Nama) sapa Iqbaal.
Iqbaal menoleh malas."Apa lagi? belum puas lo giniin gue?" Siswa yang tak luput menyaksikan interaksi keduanya bisik-bisik ria.
'Apa yang terjadi?'
'Masa ia (Nama) nonjok Iqbaal ampe bonyok gitu'
'Bisa aja kali gayanya aja kayak preman pasar gitu. Mungkin aja main kroyokan'
'Wah gak bisa dibiyarin nih'
Tuhkan apa juga (Nama) bilang. Baru ngomong beberapa kata udah ribut. Sabar (Nama). Lo bisa balas nanti.
Iqbaal memandang (Nama) jengah. Bundanya luar biasa marah mendengar pengakuan Iqbaal menghabiskan uang 3 juta hanya untuk makanan.
''APA?! KAMU MENGHAMBURKAN UANG BUAT PACAR KAMU?
"Bukan bund, (Nama) teman aku. Kasian dia kelaparan"
"ALASAN"
Segar diingatan Iqbaal bagaimana bundanya memukul Iqbaal. Sejak kecil, memang Iqbaal dibiasakan mandiri dan bertanggung jawab oleh bundanya. Ikke yang terobsesi dengan pekerjaan memandang Iqbaal sebagai prajurit bawahan. Ikke bermimpi agar Iqbaal kelak mengikuti jejaknya.
Bukan tanpa alasan, Ikke seperti ini karna depresi dirinya ditinggal nikah mantan suami------ ayah Iqbaal yang berstatus pengacara.Ikke iri menyaksikan keluarga baru suaminya. Dulu, Ikke hanyalah polwan berpangkat kecil. Satu balok pangkatnya. Dan suaminya pergi meninggalkannya bersama sang buah hati, tergoda akan janda konglomerat.
Tapi, kini Ikke sudah berjaya. Mati-matian ia berupaya guna mendapat gelar Ipda alhasil, Ikkepun tanpa sadar menjadi warkaholic."Bunda mukul gue. Katanya gue goblok mau aja diperalat sama cewek. Terutama kayak lo"sebetulnya Iqbaal melebihkan sedikit supaya (Nama) tambah merasa bersalah. Enak aja mesan gak ngira-ngira. Dikata bayar pake daun?
Iqbaal lirik lagi (Nama). Gadis itu menggaruk kepala merasa tak enak hati. Iqbaal tersenyum tipis. Rasain.
T
B
CIbay mo balas dendam guys. tpi cra halus. biar ngena gitu^^
jng lpa votmen y guys. seeyou...
KAMU SEDANG MEMBACA
REALITA
FanfictionIqbaal Dhiafakhri Ramadhan, kapten paskas sekaligus wakil osis. Iqbaal dikenal sebagai orang yang acuh tak acuh apa lagi kalau urusan perempuan. Iqbaal juga terkenal jutek dan pendiam maka tak heran jika para siswi pengagumnya pada makan hati berjam...