Awal Kehidupan Baru Gafthan

92 8 1
                                    

Tak terasa kehidupan berjalan begitu cepat kehidupan yang dulu kelam kini mulai terlihat membaik.

Setelah kejadian beberapa tahun yang menghilangkan orang yang aku sayang, menghancurkan mentalku dan membuatku terpuruk hingga akhirnya aku berada diposisi yang aku rasa sudah sangat baik untuk saat ini karena telah menjadi aku versi baru.

Dan ya memang benar rencana Allah pasti akan lebih baik pada waktunya.

Aku memang tidak kaya dan bukan siapa-siapa tapi saat ini aku sudah mulai bekerja di sebuah perusahaan yang cukup besar diAskara. Jabatan ku disana pun cukup tinggi, sebagai manager.

Setelah aku berjaya sampai ke titik ini dan sudah membalaskan dendam ku kepada orang yang sudah menghina ku disaat aku susah dulu aku menjadi sosok yang galak kepada siapapun. Membuat orang menjauh dariku. Tapi itu salah satu cara agar orang tidak menyepelekan ku seperti dulu.

Aku sudah biasa dihujat, dijauhi, dicaci dan akhirnya suatu hari tiba ada anak pak bosku yang sudah membantuku itu. Sosok anak yang cukup dibilang jauh umurnya dariku bosku yang memepercayaiku untuk menikahinya untuk menjaganya karena dirinya sekarang sudah tertidur lemas diranjang rumah sakit sudah berbulan-bulan.

Posisiku yang sudah diberi tolongan olehnya dulu otomatis tidak bisa menolaknya.

"Gafthan kamu bisa kan mengabulkan permintaan saya?" tanya pak bos.

"Mmmm bisa pak," ucapku sedikit gugup.

"Kalau begitu jemput anak saya ya kamu mulai pendekatan dengan dia," ucap Pak bos.

"Baik pak," jawabku

"Ah iya pak, nama anak bapak siapa dan sekolah anak bapak dimana?" tanyaku langsung karena sudah cukup siang.

"Namanya Syakira. Sekolah di sekolahan kita, SMA Askara. Bawa mobil yang merah ya terus suruh ikut kamu ke sini." perintah pak bos.

"Siap bos," ucapku lalu meluncur menuju sekolahannya.

Diperjalanan aku merasa resah karena aku trauma jika harus kenal dengan wanita lagi. Apalagi akhir-akhir ini aku banyak menolak wanita-wanita yang mendekati ku.

Tanpa ku sadari aku sudah berada dikawasan SMA Askara yang posisinya sudah akan jam pulang sekolah.

"Pak satpam," panggil ku kepada bapak bapak berseragam hitam.

"Iya pak?" tanyanya.

"Nanti kalau atas nama Syakira langsung suruh masuk ke mobil merah ya, udah di jemput supir gitu" jelasku lalu masuk ke mobil.

Akhirnya ku lihat sesosok gadis kecil mulai berjalan ke arah mobil.

"Ayo pak jalan," titah Syakira pada diriku.

"Gafthan." ucapku singkat.

"Iya, supirnya papa yang baru kan?" tanya dia sksd.

"Bukan," jawabku.

"Lah terus lu siapa? Ini kan mobilnya papa gua," ucapnya ngegas.

"Manager perusahaan papa lu!" ucapku ikut ngegas.

"Lah terus ngapain lu jemput jemput gua? Dahlah mau sama pacar gua aja dah," ucapnya lalu membuka pintu tapi tidak bisa dibuka karena sudah dikunci dari dalam.

Aku pun langsung menancap gas dengan kecepatan diatas rata-rata membuatnya teriak ketakutan yang membuatku tertawa namun tak akan ku tampak kan hanya dengan tatapan yang dingin.

"Woy om jangan gila Gua belum mau mati!" teriak Syakira ketakutan.

"Diam kamu, atau saya semakin nekat?!" ucapku sangat galak padanya membuat dia takut dan diam.

Aku pun membawa mobil dengan kecepatan normal. Membawanya ke rumah sakit agar dia tau kondisi papa nya yang sekarang.

Sesampainya di rumah sakit, dia pun langsung menanyakan banyak hal kepadaku, yang hanya ku diamkan saja.

"Om kita mau kemana?" tanyanya.

"Om kita kesini mau jenguk siapa?" tanyanya lagi.

"Diem!" ucapku kesal karena dia selalu tanya. Dia pun langsung terdiam mendengar kata-kata ku.

Setelah sampai ruangan pun dia kaget bukan main karena orang yang dia sayang ternyata sedang berbaring tak berdaya.

"Papa!" teriak Syakira histeris.

"Sudah jangan histeris temui papamu sekarang?" titahku pada Syakira.

Dia pun menemui papanya didalam dan mengobrol berdua.

Aku pun pergi ke kantin untuk membeli makanan, karena sedari pulang Syakira belum makan. Setelah melihat Syakira dan tingkahnya membuatku sedikit mengangkat ujung bibirku (senyum). Mengembalikan wajah ceriaku yang dulu.

Dengan cepat aku membelikan nasi kotak yang sudah terisi ayam bakar.

Memasuki ruang inap yang ku rasa sudah mulai membaik keduanya.

"Makan!" ucapku memberikan dia satu kotak nasi yang ku bawa dari kantin itu.

"Om Gafthan kok baik? Makasih om," ucapnya lalu menerima kotak nasi itu.

"Iya dia emang baik makanya mau papa jodohin sama kamu," ucap papa spontan.

"Hah?!" celetuk Syakira kaget.

Aku pun hanya menatapnya sangat datar.

Papa yang benar aja dong masa Syasa mau dijodohkan sama om om!" ucap Syakira tak terima.

"Memangnya kenapa? kalau saya jadi suami kamu?" tanyaku dengan nada terkesan galak.

"Syasa gak mau om tuh galak nyebelin lagi juga Syasa udah punya pacar om!" ucap Syakira sangat lantang.

"Saya tidak peduli." ucapku dengan nada dingin juga.

"Papa ih, Syasa gak mauu," Syakirapun merengek dihadapan papanya yang hanya dibiarkan oleh papanya.

"Jika itu permintaan papa yang terakhir, apa kamu mau jalanin?" tanya pak bos.

"Maksud papa?" Syakira nampak bingung dengan perkataan papanya.

"Kalo misalnya, papa udah gak ada lagi didunia ini. Terus itu adalah permintaan papa yang terakhir baru kamu mau kerjain ya? Kalo kaya gini kan gak bakal kamu mau," jelas pak bos.

"Papa jangan gitu hiks," Syakira malah menangis. Lalu dirinya memeluk pak bos.

Nampaknya Syakira sosok gadis yang susah diatur kalo belum diancam dulu.

Aku pun langsung mengajaknya untuk berbicara berdua.

"Syakira mari kita bicara diluar," ajakku pada gadis itu.

"Om mau bicara apa?" tanya Syakira heran.

"Sudahlah ikut saja dengan saya kita Bicara diluar," ucapku pada Syakira penuh penekanan.

Akhirnya kita bicara diluar.

"Gimana om?" tanya dia to the point.

"Terima saja apa yang papa anda suruh. Karena saya tidak suka anda, saya akan membebaskan anda melakukan apapun dan saya tidak akan merusak kamu." jelas ku.

"Tapi om? Aku masih sekolah," ucapnya sedih.

"Saya tidak akan merusakmu dan untuk izin nikah itu tidak akan dikeluarkan selagi kamu tidak hamil. Pastikan semuanya tidak ada yang tau anda nikah dengan saya." jelas ku lagi.

"Hm baiklah om Syakira mau," ucap Syakira pasrah.

"Gadis pintar," ucapku langsung pergi.

"Hm," ucap Syakira langsung pergi.

Aku dan Syakira pun masuk ke ruangan lagi dengan muka yang cerah agar pak bos semakin semangat melawan penyakitnya kembali.

"Syasa mauu nikah sama om om galak ini," ucap Syakira dengan ceria.

"Wah! makasih anak papa yang cantik," ucap pak bos dengan muka sumringahnya.

Aku pun tersenyum melihat pak bos yang bisa sebahagia ini.

Suamiku Om GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang