Selamat membaca! ^^
Desember, 2015
Gun melangkahkan kakinya dengan tergesa, menyusuri lorong gelap yang entah darimana ia temukan. Tunggu, kenapa ia bisa berada disini? Gun terus berusaha mengingat kejadian yang sedang ia alami, tapi tetap saja tidak menemukan petunjuk apapun.
Ia bahkan tidak tahu, apakah saat ini bulan sudah menampakkan wujudnya atau belum. Disini pengap, ia kesulitan menghirup udara yang bersih. Bau besi tua dan debu, jelas sangat memusingkan.
Ia terus berjalan menyusuri lorong, berharap akan menemukan ujungnya. Setidaknya, walaupun ia tidak kembali kerumah, ia bisa menghirup udara segar.
"Kak tolong!" ia terlonjak tat kala mendengar gema suara seorang gadis.
Gun berusaha mencari asal suara, tapi tidak kunjung menemukan wujudnya. Lagi, suara itu semakin menggema. Suara itu kini semakin parau, menandakan sang pemilik semakin lelah.
"Kak jangan!" kali ini yang terdengar hanya isakan. Pedih, Gun merasakan hatinya tersayat. Air mata yang semula menggenang dipelupuk, kini lolos membasahi pipinya. Ia menangis, tanpa tahu alasannya.
"Kamu siapa?" Gun berusaha membuka suaranya, berharap dapat menemukan jawaban. Alih-alih mendapatkan yang ia inginkan, Gun malah mendengar kembali gema suaranya.
"Sakit?" Gun terus bertanya, berharap ia akan menemukan jawaban.
"Hey, dengar. Aku tidak kenal dirimu, tapi jika kau merasa kesakitan, tak apa jika ingin menangis. Akan kutemani" Gun terus berusaha, pipinya semakin basah. Cairan bening itu keluar tanpa bisa ia kendalikan.
"Kak? Kakak harus mati" satu kalimat yang diucapkan sang gadis, mampu membuat Gun kembali pada kenyataan.
Napasnya tersengal, matanya sembab, pipinya bahkan masih basah, oh dan jangan lupa keringat kini membanjiri pelipisnya.
"Hey? Sayang. Kamu gapapa?" suara Off mampu menginterupsi dirinya dari segala pikiran yang berkecamuk.
"Off" badannya gemetar, Gun dengan tidak sabaran langsung menubrukkan dirinya ke tubuh sang kekasih. Kali ini ketakutan benar-benar menguasainya.
"Sayang, minum dulu" Off mengusap rambut kekasihnya, menyalurkan rasa aman dan nyaman yang ia miliki.
"Tarik nafas dulu yuk, ikutin aku. Tarik nafas, tahan sebentar, hitungan ketiga hembusin. Pinter" Off memeluk erat kekasihnya, merasakan perubahan napas Gun yang semula berantakan, kini menjadi lebih tenang.
---
"Mau cerita sekarang?" roti bakar yang disiapkan Off sudah tandas sejak tadi. Hanya bersisa piring kotor diatas meja.
Hari ini Off libur, entah setan apa yang merasuki kekasihnya saat membuat keputusan tersebut.
"Kenapa libur?" Gun bertanya dengan suara seraknya, dirinya benar-benar lelah.
Off yang paham betul tabiat kekasihnya memilih untuk menjawab pertanyaan Gun. Karena jika, Gun telah mengalihkan topik, tandanya ia tidak ingin membahas sesuatu lebih dalam.
"Aku capek kerja terus. Kangen kamu juga, kita udah jarang main bareng kan?" Off menatap kekasihnya, mimik wajahnya tidak berubah. Gun tetap terlihat murung, padahal biasanya jika Off mengajaknya bermain, Gun akan dengan senang hati menerimanya.
"Kita gausa keluar aja ya? Aku mau istirahat di rumah" bagaimanapun, keputusan Gun adalah mutlak. Suka tidak suka, mau tidak mau, Off harus menurutinya. Off mengangguk, kemudian merapikan meja makan, dan membersihkan piring yang kotor.
---
"Aku.. semalem mimpi buruk" Off diam, menunggu kalimat selanjutnya yang akan diucapkan kekasihnya.
"Aku ceritanya lagi jalan di lorong, gelap dan sumpek banget. Sampai aku bangun pun, aku tetep gabisa keluar dari sana" Gun menunduk, entah mengapa perasaannya jadi bercampur, sedih, khawatir, takut.
Off tidak berbicara, tetapi menarik kekasihnya dan membawanya kedalam dekapan, mengusap bahu Gun dan menenangkannya.
Tidak sekali dua kali, Gun akan berada pada masa ini. Masa dimana ia merasa takut, khawatir, sedih, marah, bingung, dan kesepian. Tahap ini menandakan bahwa cerita yang akan ia tulis, sudah mendekati akhirnya.
"Kamu udah nemu akhirnya?" Gun mendongak, menatap kekasihnya.
"Pemeran utamanya meninggal, gapapa kan?" Off yang mengerti arah pembicaraan kekasihnya pun hanya mengedikkan bahu.
"Gapapa. Ga setiap cerita harus berakhir bahagia sayang" Gun mengangguk paham.
Benar kata Off, setiap akhir cerita tidak harus membahagiakan. Begitu juga dari akhir cerita yang ia ciptakan.
Gun dalam ceritanya, meninggal akibat bunuh diri. Off yang belakangan diketahui memiliki hubungan gelap dengan teman kantornya, ternyata tidak seperti yang dipikirkan Gun. Mereka hanya berteman, semuanya terkuak ketiga mayat Gun ditemukan tak bernyawa. Tidak salah kan, jika aku membuat Gun meninggal dalam penyesalan?
![](https://img.wattpad.com/cover/250215660-288-k139495.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
─Death of the Main Cast
Mystery / ThrillerGun seorang penulis novel yang handal, ditemukan tak bernyawa dikediamannya. Dugaan sementara, telah terjadi pembunuhan berencana. Polisi mencurigai Off Jumpol ─sang kekasih, sebagai tersangka utama. Belum diketahui dengan jelas, motif pembunuhan y...