Selamat membaca! ^^
Januari, 2016
Kediaman Krist; 07.00 PM
Krist tengah sibuk mengedit beberapa bagian dalam novel Gun, sebelum dering ponselnya menggema mengganggu konsentrasi.
"Iya Off. Ada apa?" Krist mengernyit melihat nomor yang tertera pada ponselnya, lalu sedetik kemudian mengangkat panggilan tersebut.
"Gun? Tidak, aku tidak bersamanya. Setelah menyerahkan draftnya padaku, ia tidak pergi bersamaku" sembari mendengar penuturan Off, Krist sama sekali tidak melepaskan fokusnya pada draft yang diberikan oleh Gun.
"Tidak ada di rumah? Mungkin Gun sedang berjalan-jalan Off. Aku rasa ia butuh udara segar, tunggu saja hingga larut ya?" Krist mungkin terdengar acuh, tapi percayalah bahwa ia juga mengkhawatirkan temannya.
"Off? Sudah coba memeriksa seluruh ruangan?" Krist mengingat-ngingat di mana saja lokasi yang biasanya Gun datangi ketika ia sedang ingin sendiri.
"Baiklah. Kabari aku jika menemukan sesuatu" ponselnya dimatikan sepihak, ah mungkin Off sudah menemukan temannya.
---
Kediaman Off dan Gun; 01.00 PM
Gun terus menapaki tangga rumahnya, perasaannya kacau. Entah mengapa, setelah menyerahkan draft tulisannya pada Krist, ia merasa seperti diawasi oleh seseorang. Suasana rumahnya berubah menjadi dingin dan mencekam, padahal matahari di luar sedang terik-teriknya.
"Kak Gun.." suara itu datang kembali. Suara yang sudah hampir 6 bulan mendatanginya.
"Siapa?" Gun sedikit meninggikan suaranya, menutupi rasa takutnya.
"Disini dingin kak. Disini gelap" suara itu terus menggema memenuhi kepalanya.
"Kak, sesuatu merayap di tubuhku" belum sempat Gun merespon suara tersebut, gadis itu lagi-lagi berbicara padanya.
"Kak Gun" kali ini gadis itu menangis, suaranya pilu. Ia terus menangis, seakan-akan hanya itu yang bisa ia lakukan. Ia terus menangis, membuat Gun terdiam.
"Jane, jangan berisik. Nanti Nyonya Marry datang kemari" Gun masih setia mendengar suara-suara di kepalanya. Kali ini terdengar suara seorang anak laki-laki. Suaranya terdengar tidak asing, mirip seperti suaranya. Tapi, siapa Jane?
Gadis itu terus menangis, kali ini diselingi dengan beberapa teriakan. Seperti sedang meregang nyawa. Suara tangisan dan teriakan, semakin lama berganti dengan suara tawa yang nyaring. Semakin jauh Gun mendengar suara itu, kepalanya akan semakin berat. Napasnya tercekat, bulir bening jatuh membasahi pipinya.
"Kak Gun, mari kita pergi bersama" adalah kalimat terakhir, yang ia dengar sebelum dirinya benar-benar pergi.
---
Kediaman Off dan Gun; 01.00 AM
Off termenung, menundukkan kepalanya sedalam yang ia bisa. Disampingnya, Krist mengusap punggungnya guna menenangkannya. Sedangkan disudut ruangan, terlihat Singto yang sedang berbincang bersama seorang polisi, guna memberikan beberapa informasi yang mereka butuhkan.
Dua jam yang lalu, Off masih gelisah di ruangannya. Sudah hampir tengah malam, tetapi kekasihnya belum juga menampakkan dirinya. Off sejak tadi sudah mencoba menghubungi beberapa teman, yang sekiranya akan Gun datangi ketika ia membutuhkan bantuan. Nihil, tidak ada satupun temannya yang sedang bersama dengan kekasihnya.
Merasa penat, Off kemudian memutuskan untuk mengambil beberapa gelas air. Ia mengingat pesan Krist yang ditujukan untuknya, memeriksa seluruh ruangan. Tetapi semua ruangan telah ia periksa, apakah Gun punya ruangan lain?
Sebelum melewati tangga menuju dapur, Off melewati sebuah ruangan. Benar, ruangan kerja Gun belum ia periksa. Mungkin kekasihnya sedang berada di dalam?
Ruang kerja Gun, adalah salah satu ruangan yang tidak boleh dikunjungi oleh orang lain, termasuk Off. Gun, akan selalu marah jika mengetahui orang lain memasuki ruangannya. Apapun yang ada di dalam ruangan tersebut, tidak boleh bergeser barang 1 cm pun. Hanya Gun, yang boleh membersihkan dan merapikan ruangan tersebut.
Alasannya hanya karena Gun telah terbiasa dengan ruangan tersebut. Miliknya adalah miliknya, tidak boleh ada yang menyentuhnya. Ruangannya menjadi saksi bisu, segala kepenatan yang ia alami. Merubah ruangannya, sama dengan merubah pola dan tatanan pikirannya. Oleh sebab itu, Gun sangat menjaga kerahasiaan ruangannya. Sekalipun Krist, yang berkunjung untuk melihat perkembangan tulisannya, tidak akan pernah ia ijinkan untuk memasuki ruangannya.
Perlahan Off membuka pintu kayu tersebut, setelah berkutat mencari kunci cadangan dalam lemari kuncinya. Gelap dan sumpek, adalah kesan pertama yang Off dapatkan ketika membuka ruang kerja kekasihnya. Belum sempat Off menyalakan sakelar, kakinya sudah terlebih dahulu menginjak sesuatu.
Ia meraba-raba dalam kegelapan, mendapi sebuah benda padat di bawah sana. Sebuah tangan berhasil ia raih, genggamannya pas terasa seperti genggaman kekasihnya. Off menarik tangan tersebut, membawanya keluar. Off mematung, ia tidak hanya membawa tangan kekasihnya, tetapi juga mayat sang kekasih. Gun dinyatakan meninggal dunia, setelah terkunci selama hampir 11 jam di dalam ruangannya.
"Aku bodoh ya Krist? Harusnya aku tahu bahwa ia berada di dalam sana" Off menangis, rasa penyesalan menyelimuti dirinya.
"Tidak Off, jangan menyalahkan dirimu. Mungkin memang sudah nasibnya seperti ini"
"Tapi bagaimana bisa, ia meninggal Krist? Kau lihat sendiri kan? Tidak ada bekas luka pada tubuhnya" Off hampir berteriak, ia frustasi. Bagaimana bisa kekasihnya meninggal?
Belum sempat Krist melanjutkan kalimatnya, seorang polisi menghampiri mereka. Tidak ditemukan luka apapun pada tubuh Gun, tidak ditemukan pula tanda-tanda luka dalam. Hanya sepotong kertas bertuliskan:
...karena aku adalah kamu
Krist terdiam, kepalanya berputar. Kalimat yang ia baca, terasa tidak asing. Lama Krist terdiam, hingga kemudian ia menyadari bahwa kalimat tersebut, ia temukan dalam tulisan terbaru yang telah Gun selesaikan.
"Apa?" Off masih tidak memahami, mengapa polisi tersebut menghampiri mereka, lalu menyerahkan kertas itu padanya.
"Off. Tulisanmu" Krist membatu setelah polisi tersebut, lagi-lagi menyerahkan sesuatu. Kali ini, sebuah buku kerja milik Off.
"Krist, aku tidak melakukan apapun" Off menjerit, ia tak habis pikir. Bagaimana bisa tulisannya bisa sama persis seperti tulisan dalam sepotong kertas yang diterima oleh kekasihnya?
"Penyelidikan, akan tetap kami lakukan. Sedangkan Off, saat ini ditetapkan sebagai tersangka utama"
KAMU SEDANG MEMBACA
─Death of the Main Cast
Misteri / ThrillerGun seorang penulis novel yang handal, ditemukan tak bernyawa dikediamannya. Dugaan sementara, telah terjadi pembunuhan berencana. Polisi mencurigai Off Jumpol ─sang kekasih, sebagai tersangka utama. Belum diketahui dengan jelas, motif pembunuhan y...