KELOMPOK 4
Bagiku, perpisahan adalah bentuk nyata dari pertemuan dengan jejak.
"Semoga kita bersama sampai besar."
Padam! Kenangan itu mulai hilang perlahan. Kata-kata yang selalu terngiang membuat kami kembali lagi pada akhirnya.
Malam ini pembicaraan kami berakhir sudah. Berjanji, akan kembali seperti dulu. Berbicara layaknya tak pernah terjadi apa-apa di antara kami.
Flashback On
"Sebelah sana," tunjuk Danelia pada kami berempat yang langsung menatap penuh kekaguman.
"Dah jam berapa ini? Ayo pulang," titah Tania pada kami semua.
Alena melipat tangan di dada lantas melirik Tania yah tampak kebingungan. "Nggak asik lo, ntaran napa."
Hening!
Ia berlalu dari tempat itu dan pulang sendirian ditemani sepi yang menyelimuti tubuhnya.
Flashback Off
"Na, bisa ketemuan, nggak? Penting nih pake banget," ucapku dalam telepon.
"Ha? Gimana, gimana?"
"Kita ngumpul lagi kayak dulu bisa, kan?" ulangku lagi.
"Maaf, Li, nggak bisa, gue ada urusan di luar kota."
Aku beralih ke yang lainnya. Berharap mendapat jawaban indah, walau pada akhirnya aku hanya mendapat jawaban penolakan dan malam itu mungkin aku akan berdua, bersama kucingku.
Sedetik ....
Semenit ....Sampai waktu mengarah ke menit-menit terakhir pergantian akhir tahun.
Hadir tak kunjung datang, rindu tak kunjung terbalaskan.
Aku termenung menatap jarum jam yang setia berpindah tiap detiknya.
Padahal aku sudah merencanakan semuanya menyiapkan benda-benda yang biasa kami gunakan saat pergantian tahun baru.
"Huft ... harus kuapakan semua barang barang ini," gumamku dengan menatap petasan, terompet, kue-kue dan sebagainya yang hanya terbuang sia-sia.
"Hey, Pusss, kasih ide kek, lu diem aja dari tadi," ucapku pada kucing kesayanganku yang termenung di sofa.
"Malam ini cuman kita berdua, Pusss. Lo sama gue gak boleh pergi pokoknya titik," tandasku yang seperti orang gila berbicara pada binatang.
Tanpa seizinku, ingatan itu lagi dan lagi kembali berpusat pada mereka semua. Dengan segala tingkah konyol nya Raisa, walau rada-rada nyebelin. Dan kepolosannya Nayla yang selalu diracuni Tania padahal Elena sudah memperingati.
"Dasar, Tania, emang beda dari yang lain," gumamku pelan lalu tertawa renyah atas semuanya.
*Ditempat lain*
"Anjir! ngakak banget gue pas si Danelia tadi telepon gue, dan gue jawab gue gak bisa ada urusan di luar kota, hahah. Akting gue bagus juga, ye, dan tadi dia kayaknya jengkel banget gitu hahah," kata Elena diseilingi tawa ngakaknya.
"Anjir! keterlaluan banget sih, lu, temen lo itu woy, gak ada akhlak, ya, emang lu," kekeh Raisa sembari melemparkan terompet ke kepala Elena, yang langsung ditangkap oleh Elena.
"Heh! temen lu juga kali, lagian kan ini bagian dari rencana kita semua buat ngerjain si Danelia juga," protes Elena
Nayla yang sedang membantu menghias kue pun bingung dengan arah pembicaraan kedua temannya itu.