A story by : Vanya Apriska
VanyaADMalam telah tiba. Rembulan dan bintang mulai bertaburan menghiasi hamparan langit. Menjadikan cahayanya sebagai penerang di kegelapan malam. Di taman itu, gadis berambut hitam sepunggung kembali duduk terdiam di bangku besi taman. Tatapannya kosong, tapi bibirnya selalu bergerak–mengucapkan kalimat yang sama seperti hari-hari sebelumnya.
“Kamu pasti datang.”
“Aku yakin, kali ini kamu datang.”
“Kamu harus datang.”
Kalimat-kalimat itulah yang terdengar dari bibir mungilnya. Gadis itu selalu mengucapkan kalimat yang penuh pengharapan setiap kali duduk di bangku taman. Entah apa yang membuatnya menjadi seperti itu.
Tubuh gadis itu mulai menggigil kedinginan. Siapa pun yang melihatnya pasti akan menganggapnya orang bodoh. Karena, setiap malamnya gadis itu selalu datang dan duduk termenung tanpa kejelasan. Tubuhnya hanya dibalut dengan mini dress lengan pendek berwarna putihyang sama sekali tidak bisa menghalau dinginnya angin malam.
“Huh! Kamu gak datang lagi Bintang?” keluh gadis itu akhirnya. Setelah menunggu selama dua jam, gadis itu bangkit dari duduknya. Lalu, berjalan dengan gontai meninggalkan taman itu. Dia harus pulang.
“Aku salah apa?” gumamnya. “Kenapa kamu selalu gak datang?”
“Hah, Bintang! Aku benci kamu.” Gadis bernama lengkap Lily Lathusia kembali menendang batu krikil yang ada di depan jalannya. Melampiaskan kegusaran yang tidak pernah berakhir sejak empat bulan lalu.
“Besok aku pasti datang lagi. Aku tunggu kamu besok,” gumam Lily lagi.
Sepanjang jalan menuju rumahnya, bibir mungil berwarna peach miliknya selalu bergerak. Menggumamkan kata-kata yang sama seperti sebelumnya.
Tangannya terlipat di depan dada, menghalau rasa dingin, karena kini tubuhnya mulai menggigil karena angin malam yang semakin menyengat.
Lily akan selalu menunggu. Tidak akan pernah bosan untuk menunggu. Menunggu seseorang yang tidak tahu di mana keberadaannya. Lily akan terus kembali ke taman itu setiap malamnya. Dia, akan selalu menunggu.
— • • • —
Senyum manis mengembang begitu indah di wajah cantiknya. Matanya menyipit kala tawa kecil keluar dari bibirnya. Gadis itu sangat bahagia saat mendengar cerita konyol dari cowok yang berdiri menjulang tinggi di hadapannya.“Terus, pas tau dia bukan cewek, kamu gimana?” tanya Lily masih sambil tertawa kecil.
“Ya gue kabur lah! Niat mau gombalin cewek, gue malah di gombalin bencong.” Tawa Lily semakin pecah saat mendengar jawaban itu. Tangan mungilnya memeluk perutnya yang sakit karena tertawa terus.
“Lagian sih kamu buaya banget!” cibir Lily kepada Bintang, Cowok yang sedang memelas karena masih sawan dengan kejadian beberapa waktu lalu.
Bintang tidak membalas cibiran Lily, cowok itu beranjak duduk di sebelah Lily dengan tubuh yang lunglai. Wajahnya yang pias berhasil membuat Lily kembali tertawa kencang.
Bukannya merasa kasihan, cewek itu terus meledek Bintang yang beberapa saat lalu salah sasaran untuk gombalan mautnya. Tidak ada cewek cantik yang klepek-klepek karena gombalannya, yang ada malah bencong aduhai dengan make-up tebal yang mengejar-ngejarnya. Dan Lily semakin tertawa kencang membayangkan hal itu.
“Ketawa aja terus ketawa.” Dengus Bintang.
“Abisnya lucuuuuu,” balas Lily masih tertawa.