goresan 04

31 7 1
                                    

Sabtu pagi

Jika aku rutin bangun pukul 5 setiap harinya, maka hal itu tidak berlaku pada hari sabtu dan minggu pagi. Terlebih hari-hari libur lainnya.

Kegiatan bangun pagi rutin aku singkirkan sejenak dan berakhir bermanja bersama guling dan tempat tidur kesayanganku. Tenanglah, ada saatnya aku menjadi malas seperti gadis seumuranku lainnya

Posisiku masih tetap sama semenjak dua jam yang lalu. Membungkus diriku dengan selimut layaknya kepompong yang belum siap menjadi seekor kupu-kupu.

Hawa di kamarku sangat dingin, semalam bumi dilanda hujan deras membuatku sampai menggigil kedinginan tengah malam. Jujur saja sejak tadi malam perasaanku tidak enak, aku bertaruh mungkin tubuhku sudah demam saat ini

Bangun pagi di hari libur saja sudah malas, ditambah dengan demam segala pastilah tambah malas lagi. Rasanya aku akan memilih tidur seperti orang mati pagi ini.

"Natha kok gak jawab telfon aku sih?!"

Suara menggelegar Nana memasuki telingaku, membuatku terlonjak kaget di tempat tidur. Ditambah suara keras pintu kamar yang tiba-tiba terbuka dari luar

"Emang nelfon?" tanyaku tanpa mengubah posisi, masih berbentuk layaknya kepompong

Nana yang sedang berada di pintu menatapku geram. "Coba lihat hpnya! Aku nelfon berkali-kali tau!"

Aku segera mengambil ponselku yang tergeletak di atas nakas. Saat kunyalakan, aku meringis pelan saat melihat notifikasi yang terpampang disana.

23 misscall from punya nathaa

Tamat riwayatmu Natha.

"Ya maap, aku silent hpnya"

Memang semalaman aku menyalakan mode silent. Gunanya agar kegiatan marathon drama koreaku tidak terganggu. Dan ternyata pagi ini aku dilanda demam belum lagi panggilan Nana yang kuabaikan. Sudahlah, sabtu pagiku kali ini akan berlangsung buruk.

"Lain kali jangan gitu, dong. Aku tau kamu gak mau diganggu nonton, tapi kan kalau terjadi apa-apa gimana?! Bisa mati mendadak aku" katanya seraya berjalan mendekat ke arahku

"Kok kamu yang mati mendadak sih?"

Dia tidak menggubris pertanyaanku. Lantas langsung menempatkan dirinya duduk di sisi tempat tidur. Menatapku intens saat melihat posisiku saat ini.

"Kamu kenapa?"

Aku menggeleng pelan, "Gakpapa"

"Cuih! Gak mungkin kamu cosplay jadi kepompong pagi-pagi kalau ga ada apa-apa"

"Dih?! Biasanya kan juga gitu"

"Mana ada?! Kamu cosplay jadi bakso raksasa, bukan jadi kepompong"

Aku diam sejenak. Sepertinya dia benar. Setiap pagi di hari libur posisiku selalu saja seperti bola besar. Aku menggulung diriku sendiri dengan selimut yang kupakai untuk menutupi seluruh badanku.

Kalian mengerti bagaimana maksudku?

"Ada apa sih?" Tangannya dia arahkan ke arah keningku, setelahnya kedua matanya membelalak sempurna. "Natha kamu sakit! Panas banget ini ngalahin terik matahari kalau upacara bendera"

"Dih lebay. Gak sepanas itu ya!" belaku. Kurasa memang demam, tapi tidak sepanas yang Nana bilang. Dia berlebihan sumpah.

"Sejak kapan sih? Kok gak bilang-bilang. Bahaya tau. Kamu sendirian di rumah, seharusnya kalau sakit langsung telfon aku. Hpnya juga malah dimatiin, kan jadinya gini" omelnya

goresan pena, jaemin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang