Di dalam istana cinta ku, tidak ada ada kasta lain yang lebih tinggi, sampai sini kau paham?
♟️♟️♟️️
Jealina memperhatikan kedua orang tua nya, sesekali melirik foto yang menjadi figuran besar dirumah ini.
"Je, kenapa berhenti makan?"
Suara lembut itu menyapa pendengaran Jealina, dia tersenyum sambil menggelengkan kepala pelan.
"Itu umi, ada yang ingin Je tanyakan."
Galih dan Arum serentak berhenti makan, mereka tersenyum lembut menatap putri sematawayang nya.
"Tanyakan saja, apapun itu."
Mendengar jawaban abi nya Jealina pun mulai membuka suara dengan tarikan nafas pelan, "Aku benar anak umi dan abi bukan?"
"Kamu sudah menanyakan hal itu ratusan kali, tentu kamu putri kami," balas Umi Arum dengan nada tenang.
"Ya, gadis kecil itu mirip dengan kalian, dia tidak seperti ku."
Kali ini Jealina tidak lagi menatap figuran itu, wajah nya menunduk lesu.
Melihat itu Galih bangkit menuju Jealina, mengusap sayang bahu putri nya."Dia itu kamu, beberapa tahun yang lalu kamu kecelakaan," Galih menjeda ucapan nya, mencari kata yang lebih tepat agar tidak melukai hati putri nya, "wajah cantik mu ini mengenai kaca di trotoar jalan."
Jealina menatap dalam manik mata pria paruh baya ini, biasa nya setiap Jealina bertanya dia hanya akan menjawab bahwa 'itu kamu' tidak ada penjelasan lain.
Kini Arum juga berdiri, menghampiri suami dan anak nya. "Je, kami tidak sanggup mengatakannnya, selain kehilangan ingatan, wajah kamu yang dulu juga di renggut paksa."
Jealina mengepalkan tangan nya kuat, menahan sakit atas kenyataan yang menjungkir balik kan hidup nya beberapa tahun lalu.
"Tapi kami bersyukur tidak kehilangan kamu, kami senang karena masih bisa melihat kamu," Galih tersenyum.
"Dan wajah anak umi yang sekarang, tetap yang tercantik dan sangat mirip dengan kami dalam segi apapun," tambah Arum yang membuat pertahanan Jealina runtuh.
"Sudah, jangan menangis, ayo lanjutkan makan nya," ujar Galih.
Jealina mengangguk, di lirik nya figuran itu dengan senyuman tulus.
***
"Adeee!"
Suara teriakan itu membuat dua remaja ini saling berpandangan, Adeneo menggidikkan bahu nya.
"Bunda manggil siapa? Sama-sama ada Ade nya ini," balas Reo sedikit berteriak.
Bunda Alta menghampiri mereka, menatap lemas kedua putra nya, "kalo bunda manggil Ade berarti kalian berdua!"
"Aiss.. Ngegas," balas Reo.
Bunda Alta kembali ke taman belakang rumah dengan membawa beberapa peralatan.
"Lo aja sana!"
Adeneo menaikan kedua alis nya, "apa-apaan."
"ADEEE!"
"Iya bundaaa," jawab mereka serentak.
"Lo sana!"
Reo berdiri, menarik kedua tangan Adeneo membuat yoghurt di tangan nya tumpah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sunset or Sunrise?
Ficção Adolescente"Sampaikan salam ku kepada Tuhan mu, Katakan, aku menyukai dirimu yang dulu dan sekarang." Disaat semua orang memandang Adeneo dengan memuja, hanya gadis itu yang menundukkan pandangan nya. Disaat semua orang berlomba-lomba untuk mengenal nya, lagi...