“Pffft ....“
“CUT! CUT!“
Seruan itu terdengar nyaring, mengomando sepasang lelaki yang saling bertindihan di atas kasur untuk berhenti, dan mengarahkan atensi mereka ke arah seseorang di balik monitor.
“Ohm, kamu kenapa ketawa?!” Frustrasi, pria empat puluh tahunan itu berdecak keras menatap seorang lelaki yang berada di bawah kungkungan lelaki yang satu.
Agak meringis kikuk, Ohm membalas, “Maaf, Phi, aku hanya sedikit kurang terbiasa ditatap Nanon sedalam itu.”
Laki-laki yang satunya—sebut saja Nanon—lantas kembali mengarahkan pandangannya pada Ohm Pawat, menahan tawanya karena mendengar alasan nyeleneh partner boyslove series pertamanya ini.
“Ini sudah re-take yang kesembilan, Ohm!” omel sang sutradara. “Phi beri waktu jeda lima belas menit untuk kamu latihan sendiri sana.”
Nanon yang melihat partner-nya diomeli begitu hanya bisa menghela napasnya pelan, ia pun menyingkirkan tubuhnya dari atas tubuh Ohm.
“Susah ya main sama aku, Ohm?” tanya Nanon sembari menatap langit-langit kamar setelah merebahkan dirinya di sisian ranjang kosong di samping sahabatnya itu.
Ohm agaknya kecewa dengan dirinya sendiri. Ia banyak dipercaya oleh orang lain dalam memerankan Pat, si lelaki mesum nan santai. Tapi, ia bahkan yang paling kaku di sini. Banyak yang berharap padanya dapat menuntun Nanon si newbie dalam memainkan boyslove series, tapi apa-apaan dengan dirinya yang justru canggung ketika bermain dengan Nanon?
Ke mana julukannya sebagai King of BL?
Ohm membuang napasnya letih. Ia tak paham dengan dirinya yang malah terlihat amatir ketika berhadapan dengan Nanon Korapat, sahabat yang merangkap partner upcoming series-nya di tahun 2021 nanti.
“Agak aneh waktu main sama sahabat sendiri, Non,” katanya.
“Aneh kenapa?” Nanon kembali bertanya, kali ini memusatkan pandangannya pada Ohm yang terlihat sangsi di sebelahnya.
“Aku—aku ... mau ke toilet dulu.”
Dan Ohm Pawat bangun dari tidurannya, berjalan keluar kamar untuk meninggalkan Nanon yang menatapnya kebingungan.
'Apa aku salah ya milih sahabat buat jadi couple begini?'
-
Lelaki bongsor itu menatap pantulan wajahnya yang basah di depan kaca toilet. Ia gusar pada diri sendiri yang tak profesional dalam bekerja.
Seharusnya jika tahu dirinya bisa tak se-profesional ini, lebih baik dirinya tidak menerima peran ini saja sekalian.
Ia jadi agak menyesal karena menerima tawaran tanpa melihat apa yang akan terjadi di masa depan. Yang mana di interview-nya dulu (ia bilang sulit untuk bawa perasaan pada lawan mainnya jika di luar seri), ternyata mudah sekali ia dibalikkan begini oleh sahabatnya sendiri.
Ia baru memikirkan hal ini semalam; bagaimana jika ia terbawa perasaan pada sahabatnya yang satu itu? Akankah semuanya akan sama setelah semua ini?
“Ohm.” Suara Nanon tiba-tiba membuyarkan lamunannya, membuat tubuh Ohm menegang karena sumber kegusarannya ini tiba-tiba datang mengagetkan.
“Ya, Non?”
“Kamu kenapa?”
Ohm menatap Nanon dari bayangan cermin, untuk kemudian menggeleng tanpa menjawab pertanyaan dari lelaki yang lebih pendek darinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ohm & Nanon Oneshot(s) AU
FanfictionJust a random AU(s) of Ohm and Nanon, written in Bahasa.