Ohm Pawat tidak suka manis. Benar-benar benci akan makanan atau minuman yang manis—anti, mari kita sebut begitu.
Baginya, makanan manis itu tidak sehat, pun membuat tubuhnya tidak enak. Lelaki itu jika memakan makanan yang kelebihan gula barang sejumput pun bisa-bisa merasa mual nan ingin muntah.
Intinya, ia sungguhan tidak menyukai makanan manis. Sama sekali.
"Paw, ayo cobain ini. Enak, lho!"
Lain Pawat, lain lelaki ini. Jika Pawat benci manis, lelaki yang satu ini adalah fans berat makanan manis. Sudah di tahap maniak kalau kata Pawat.
Hhhh, napas Ohm Pawat menderu pelan saat melirik sendokan red velvet cake yang seseorang sodorkan.
Dengan datar, ia pun menatap Nanon Korapat yang notabenenya adalah kekasihnya yang baru dua hari jadi. Pun seketika membalas, "Aku nggak suka manis."
Dahi Nanon mengernyit dalam. Bisa-bisanya ada orang benci manis, batin Nanon tak habis pikir.
"Tau nggak sih, Paw? Makanan manis itu bisa bikin happy, tau! Kamu tuh lempeng-lempeng aja soalnya kamu fakir makanan manis, sih!"
Pawat mendengus tanpa merespons. Ia kembali menyibukkan diri dengan tabletnya, sedikit tak mengacuhkan Nanon Korapat yang agak cemberut ketika menyuapkan red velvet-nya ke dalam mulutnya sendiri.
Lewat lima menit, Pawat merasakan aneh ketika tak ada celotehan dari si manis kesayangannya. Padahal lelaki itu adalah lelaki yang hobi bicara, apa pun bisa dijadikan topik olehnya.
Maka dari itu, Ohm mendongakkan kepalanya untuk kemudian melihat kekasihnya yang cemberut sembari memainkan keiknya dengan garpu kecil berukiran nama kafe ini.
Ohm mana tega melihat Nanon yang merajuk begitu? Ya, meskipun terkenal cuek, sesungguhnya dirinya adalah lelaki yang sangat peka. Ia pun beranjak dari duduknya, setelah itu berpindah ke sofa seberang—mendaratkan pantatnya tepat di samping Nanon Korapat.
"Suap," titah Ohm Pawat pada Nanon Korapat.
Nanon menoleh, agak senang karena Ohm mulai memedulikan eksistensinya. Lelaki itu pun tersenyum manis dan dengan bersemangat memotong kuenya, mengajukan pada Ohm yang terlihat menimang-nimang keputusannya barusan yang ... apakah tepat dirinya mengalahi untuk memakan makanan manis itu?
Begitu sendok semakin dekat, Ohm pun membuka katupan mulutnya agak ragu. Namun, tetap saja Nanon memasukkan makanan itu ke rongga milik Ohm dengan semringah.
Aneh, monolog Ohm dalam hati.
Ohm mengernyit pusing ketika makanan itu menguari rongganya, melumer di mulutnya. Menciptakan rasa manis yang seketika membuatnya mual.
Oh, tidak. Ia tidak akan memuntahkan itu. Maka dengan cepat, ia menelan cake itu tanpa kunyahan barang sekali.
Dan ia membutuhkan penetralisir pengecap sekarang.
"Gimana? Enak, 'kan—"
Perkataan Nanon tak akan pernah selesai tatkala Ohm menahan pinggiran lehernya dan maju untuk meraup bibirnya dengan terburu-buru, melumat bibirnya seolah memindahkan rasa manis dari cake yang sempat menghampiri mulutnya tadi.
Mata Nanon membelalak antara kaget dan malu—karena demi Tuhan, mereka berada di tempat umum sekarang!
Ohm mana peduli? Ia tipsy dengan makanan yang Nanon suapkan—agak sedikit modus juga sebenarnya—oleh karenanya, ia mulai memperdalam ciumannya. Mengulum bibir Nanon dengan menggebu, mendobrak katupan Nanon dengan lidahnya yang luar biasa hangat agar memberi celah untuknya masuk.
Nanon menurut, membiarkan lidah Pawat menginvasi oralnya dengan aftertaste dari red velvet favoritnya. Ia juga diam di saat Pawat mengabsen jajaran giginya sehingga ia semakin sulit bernapas. Dirinya bingung harus bagaimana, sebab dirinya bahkan belum pernah mendapatkan ciuman seintens ini selama dirinya hidup.
"Ugh ...."
Tubuh Nanon menegang saat merasakan geli ketika lidahnya dibelit, melenguh pelan saat lidah itu memerangi lidahnya dengan saling melilit.
Saat merasakan sesak, Nanon pun melepas paksa ciuman antara keduanya. Menundukkan kepalanya dengan napas terengah, juga netranya yang sama sekali tak berani menatap kekasihnya.
Ohm Pawat menatap rambut Nanon yang berada di depannya, karena wajah itu terus menunduk enggan menatapnya balik. Lelaki yang lebih besar itu pun dengan penuh kehati-hatian menyentuh dagu Nanon, mengangkat wajah itu agar memusatkan perhatian kepada dirinya.
"Aku nggak butuh yang manis-manis. Soalnya kamu itu udah paling manis buat aku." Ohm menggombal sambil menatap wajah Nanon dengan tatapannya yang teduh. Ibu jari lelaki itu pun mengusap perlahan bibir bawah Nanon yang masih tertinggal kilapan saliva yang entah milik siapa.
KURANG AJAR! OHM PAWAT KURANG AJAR! Nanon memaki salah tingkah di kalbunya saat Ohm hanya tersenyum manis tanpa dosa di hadapannya.
Semakin ketar-ketir pula saat Ohm memajukan wajahnya dengan agak menyerong, berbisik tepat di depan telinganya dengan napas hangat yang menerpa pipi Nanon.
"I love you, Nanon Korapat-ku yang paling manis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ohm & Nanon Oneshot(s) AU
FanfictionJust a random AU(s) of Ohm and Nanon, written in Bahasa.