Beberapa bulan kemudian.
Hari ini adalah hari ulang tahun Ata. Ia mendapat surprise dari keluarga dan sahabatnya, siapa lagi kalo bukan Sandi dan Nita. Hari ini Ata sangat bahagia diusianya yang sudah menginjak 30 tahun ia masih diberi kesehatan dan di kelilingi oleh orang-orang baik. Tak lama kemudian datang pula Tama dan Tari membuatnya sedikit kaget, tetapi ketika orang tua Ata menjelaskan bahwa mereka yang mengundang Tama dan Tari yang kebetulan memang sedang berada di Makassar.
"Selamat yah Ta. Semoga lo selalu sehat. Cepat dapat jodoh. Liat nih gue relain dua hari ninggalin anak gue dan suami gue juga karna lo." jelas Nita.
"Iya sayangkuh hehee, makasih banyak kamu dan Sandi sampe bela-belain buat ini semua. Amin juga untuk doanya" memeluk Nita.
"Yuhuu, selamat beb semoga lo cepat laku deh udah sukses juga punya toko bunga² mahal, apa lagi yang lo cari ha?!" ucap Sandi cucok.
"Ihh iya San. Kayak gak tau gue aja. Santai gue masih muda kali hahahaaa."
"Muda darimana Ta-ta. Lo udah kepala tiga, cepat-cepat deh nikah sono."
"Hahahaaa kepala gue cuma satu kok. Terus emang lo kira lo baru 17 tahun apa? Umur kitakan sama San, hahhaaaaa."
"Isshh terserah lo dah Ta. Ujung-ujungnya gue juga yang kena."
"Ata happy birthday yah. Semoga kamu selalu sehat." ucap Tari.
"Selamat ulang tahun." ucap Tama dengan muka flatnya.
"Makasih." ucap Ata biasa saja.
"Ata yah sudah sini acara sudah mau di mulai. Kita siap² tiup lilinnya"
"Iya ma. Yok gengss"
Tama dan Tari merasa serba salah. Selama berada di pesta, Ata seperti menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Tama dan Tari.
"Tar atau kita pulang saja. Kehadiran kita juga di sini seakan tidak diharapkan"
"Bentar mas. Sekali lagi kita coba yah. Kalo memang Ata sudah tidak mau bahkan enggam melihat kita, maka aku menyerah mas."
"Baiklah kalo begitu yang. Aku harap kamu jangan terlalu berharap sama dia. Kamu liat sendiri tadi sikapnya."
"Iya mas. Lagi pula aku pikir mama sama papa juga mau datangkan"
"Iya katanya sudah dijalan"
Flasback
"Mas kemarin pas kita gak sengaja makan di rumah makan Ata, kita ketemu bapaknya Ata. Katanya Ata mau ulang tahun kan yah. Kamu maukan datang. Aku mau ajak mama sama papa. Aku akan minta mereka lamar Ata kembali buat kamu." ucap Tari semangat.
"Tar kamu kok ngeyel sih di bilang. Sudah tau dia pasti menolak kenapa masih saja berharap?!" kesal Tama pada Tari.
"Iya mas iya aku bodoh, aku yang salah, ak-aku yang" Tari sesegukan.
"Maafin aku sayang maaf aku gak bermaksud seperti itu. Aku sayang sama kamu aku mau kamu mengerti, aku gak mau kamu sakit lagi yang." peluk Tama.
"Sekali ini aja mas. Terakhir kali aku janji setelah ini aku gak akan memaksa kamu untuk melamar Ata."
"Yasudah terakhir yah. Ini demi kamu yang. Aku sayang banget sama kamu Tar."
"Iya mas aku juga sayang sama mas."
Flashback off
"Mas itu sepertinya mama sama papa datang."
"Ayo kita ajak masuk dulu, pestanya juga sepertinya bentar lagi kelar." lalu menarim tangan Tama.
"Mama, papa ayo masuk. Kita udah bilang yang punya rumah kok kalo kalian juga mau hadir."
"Iya nak" jawab papa Tama.
Disinilah mereka semua berkumpul. Orang tua Ata, orang tua Tama, Tari, Sandi dan Nita. Kabar lainnya adalah ternyata papa Tama pernah satu sekolah dengan bapak Ata pas SMA walaupun hanya setahun perkenalan mereka karena papa Tama pindah sekolah di Jakarta.
"Jadi begini Sar, aku kesini mau melamarkan anak kami Tama untuk anakmu Ata. Aku tau kamu sudah tau ceritanya kan dari Tari dan Tama. Aku melihat anakmu adalah perempuan yang camtik, kuat sama sepertimu Sar. Maaf jika Ata aku lamarkan untuk anakku sebagai istri keduanya Tama, tapi insya Allah aku yang jamin bahwa Tama akan berlaku adil untuk istri-istrinya. Maukan kamu menepati janji kita dulu jika anakku laki² dan anakmu perempuan atau sebaliknya kita akan menikahkannya. Aku tau kita hanya buat janji itu seperti anak² yang baru puber karna belum mengenal cinta tapi setelah kejadian ini aku yakin bahwa ini semua sudah takdi Allah." jelas papa Tama pada bapak Ata pak Ansar.
"Iya Jaya, aku sudah tau semua. Tapi saya tidak ingin keadaan ini seperti memaksa anakku Ata. Aku sangat menyanyanginya bahkan lebih dari diriku sendiri. Siapa pun yang menyakitinya akan aku lawan. Juga perihal kamu ingin melamarkan anakmu untuk anakku, aku tidak menolak tidak juga menerima. Semua keputusan aku kembalikan pada putriku Ata. Jadi bagaimana jawabanmu nak? Bapak dan mamamu tidak akan memaksan semuanya kami hanya mau melihatmu bahagia nak. Apa pun pilihanmu bapak setujui."
"Jawab nak kita menunggu jawabanmu Ta. Mama mendukung apa pun keputusanmu sama seeprti bapak. Kamu cuma berharap niat yang baik tidak kamu tunda-tunda nak?" sambung mama Ata.
"Hemm, maaf bukannya saya tidak ingin menjawab. Tapi kondisi saat ini benar-bener membuat saya bingung, tidak dapat berpikir."
"Pak Tama apa bapak serius melamar saya karna bapak suka sama saya sebagai perempuan? Atau apa bapak mau menikahi saya hanya untuk memberikan bapak keturunan?" sambung Ata.
"Saya melamarmu karena kamu adalah jawaban atas doa-doaku. Aku menikahimu bukan hanya ingin mendapatkan keturunan tapi ibadah. Jika ditanya suka, sekarang aku sudah mulai merasa ada ketertarikan denganmu, rasa suka itu sudah mulai tumbuh. Jika ditanya soal mencintai aku akan belajr seirin berjalannya waktu." jelas Tama.
"Baik, saya sudah mengmbil keputusan kalau saya akan menerima lamaran pak Tama. Tapi ada syaratnya?"
"Apa syaratnya?"
"Aku mau pak Tama berlaku adil. Disini adil bukan hanya dalam hal memberikan nafkah lahir dan batin tapi adil dalam membagi waktu, perasaan, dan cinta. Kedua, saya mau tinggal beda rumah dengan Tari untuk mencegah hal-hal yang mungkin tidak kita inginkan terjadi.ketiga saya harap tidak ada larangan atau batas waktu untuk tetap bekerja. Kemudian jika nanti ada salah satu syarat dari saya yang dilanggar saat itu juga saya yang akan menggugat pak Tama. Saya juga akan belajar membuka hati saya untuk pak Tama dan saya akan belajar memposisikan sebagai seorang istri untuk pak Tama."
"Kenapa kamu mau beda rumah dengan saya Ta?"
"Saya perempuan dan kamu juga perempuan Tar. Kita hanya manusia biasa yang perasa. Mulut kita bisa berucap tegar tapi tidak dengan hati, karna kita tetap rapuh. Perasaan cemburu pasti akan selalu muncul karna kita memiliki rasa. Tapi saya akan belajar menahan ego saya. Saya harap kamu juga begitu Tar."
"Kalo memang seperti itu baiklah aku terima Ta." jawab Tari.
"Iya saya menerima syarat dari kamu. Saya juga sudah memutuskan insya Allah bulan depan kita menikah. Setelah itu kamu dan Tari ikut ke Jakarta bersama saya. Saya juga sudah menyiapkan rumah yang kamu inginkan . Jika kamu mau mengunjungi orang tuamu di sini saya mengizinkannya, kalau saya tidak sibuk saya akan mengantarkanmu ke sini."
"Alhamdulillah kalo begitu nak. Bapak lega dengar jawaban kamu. Dan kamu Tama bapak berharap lebih kepada kamu. Tolong jaga anak kami Ata. Sayangi dan cintai dia sama seperti kamu mencintai istrimu Tari dan dirimu sendiri." pesan bapak Ata.
"Iya pak Insya Allah."
🍓🍓🍓
Jangan lupa Follow dan beri vote yah.
Terima kasih😅🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
LIKA-LIKU AGATA
Romance"Mungkin memang aku ditakdirkan tidak pernah merasakan bahagia, sama seperti kalian!" Aku bertahan untuk diriku yang penuh luka. Aku terlanjur masuk dalam drama kehidupan yang jauh dari impianku. Aku tersenyum meski tidak semua senyuman itu untuk ke...