Pecahan kaca

47 18 16
                                    

Semua murid yang berkumpul di depan kelas shappire dibubarkan, karena pembelajaran pertama sebentar lagi dimulai. Clarissa, Farisya, Natalie dan Elina jadi tidak punya kesempatan untuk menjelaskan tindakan yang sebenarnya dilakukan Asher.

Selama di kelas, Clarissa, Farisya dan Natalie tampak cemas, mereka tidak konsentrasi dalam memperhatikan pembelajaran, berbeda dengan Elina yang menatap kosong ke luar jendela kelas.

Bel pembelajaran pertama telah berakhir berbunyi. Saatnya istirahat. Murid-murid Kelas Amethyst menanggapi pengumuman tersebut dengan perasaan bahagia secara normal. Berbeda dengan Clarissa, Farisya, dan Natalie yang mengajak Elina berjalan ke luar kelas dengan tergesa-gesa.

Tepat saat mereka menuju Kelas Shappire. Terlihat Vania dan Asher yang baru keluar dari Kelas Pearl.

"Jangan kabur, loh!!" Farisya memperingati.

Vania dan Asher yang berniat menghiraukannya terdiam karena perkataan Elina, "Anda tidak bisa lari dari masalah. karena tidak ada tempat yang jauh."

"Jangan lari?! Gue tidak melarikan diri!! Gue hanya pergi!!" sanggah Asher.

"Gue tidak lari dari tantangan karena merasa takut. Tetapi, gue berlari ke arahnya karena satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari rasa ketakutan," ucap Vania yang mengingat perkataan Vania kemarin.

"Terkadang gue merasa ingin melarikan diri adalah satu-satunya jalan," gumam Asher yang hanya bisa didengar Vania.

"Anda tidak bisa lari dari tanggung jawab pada hari esok dengan menghindari pada hari ini," ucap Elina untuk terakhir kalinya.

Clarissa, Farisya dan Natalie mengajak mereka berdua ke kantin. Kecanggungan begitu terlihat.

❀° ┄───────╮
The Next Life
╰───────┄ °❀

Kantin sangat ramai seperti biasa. Natalie melihat seseorang yang tadi pagi ia lihat.

Itu murid yang berdiri di depan Kelas Shappire.

Natalie mengajak yang lainnya menghampiri murid tersebut yang duduk sendirian di meja kantin yang terlihat sedikit luas.

"Permisi, apa kami boleh duduk di sini juga?" tanya Natalie yang berdiri di samping murid tersebut.

Murid tersebut duduk di meja itu beserta kumpulan-kumpulan kertas di atas meja. "Silahkan, maaf berantakan." Murid tersebut mempersilahkan mereka duduk. Murid tersebut tampak sibuk menulis sesuatu di kertasnya.

Natalie, Farisya dan Clarissa duduk berjejer di samping murid tersebut, di seberang meja terlihat Asher, Vania dan Elina yang duduk agak berjauhan dengan mereka. Siku Elina bertumpu di atas meja dan tangannya menopang pipinya.

Farisya melihat beberapa tumpuk kertas di depannya, "Ini daftar kehadiran?" Clarissa yang mendengarnya ikut memerhatikan.

"Ehm ... kamu yang tadi pagi-" Natalie berpikir apa ingin melanjutkan kalimatnya atau tidak.

"Haha, itu aku." Murid tersebut tertawa kecil. "Namaku Diantha." Murid tersebut yang bernama Diantha menjabat tangan Natalie.

"Aku Natalie, di sampingku ada Farisya dan Clarissa, di hadapanmu adalah Elina, di sampingnya Vania dan Asher." Mereka berkenalan.

"Kabur juga, eh?" terdengar nada ejekan dari Asher.

"Aku tidak ingin melarikan diri. Aku hanya ingin menghilang sesaat sampai aku merasa baik-baik saja lagi."

Suasana tampak kembali canggung walau disekitarnya terdengar percakapan murid Shinu School yang akrab.

"Anda tidak bisa lari dari diri Anda sendiri. Melarikan diri tidak akan pernah membuat Anda bebas," ucap Elina memecah kecanggungan.

The Next LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang