Markas mimpi

32 21 4
                                    

"Jadi, siapa namamu?" tanya Farisya mewakili kedua sahabatnya.

"Kalian lupa, ya? aku Vania," jawab murid tersebut yang ternyata bernama Vania.

Mereka kini berada di kantin sekolah, mereka duduk di meja tengah kantin. Suasana kantin sangat ramai seperti biasa.

Farisya, Clarissa dan Natalie duduk di bangku yang sama bersebrangan dengan Vania dan Elina yang duduk agak berjauhan. Makanan yang dipesan oleh Farisya sebelumnya telah terhidang di depan mereka.

"Kita baru saja bertemu." Natalie menyangkal. Vania melihat raut wajah ketiganya yang tidak mengenalnya.

"Yang jadi pertanyaan, kenapa dia tahu nama kita?" Clarissa yang berada di ujung menatap Farisya dan Natalie, mereka bertiga lalu menatap Vania.

Vania mengernyitkan dahi, bingung dengan semua ini. Elina sendiri makan dengan tenang, tidak memedulikan orang di sampingnya yang sedang diinterogasi teman sekelasnya.

"Yang penting kita terkenal." ujar Farisya dengan bangga.

Vania yang sudah tidak tahu harus berbuat apa menghela napas panjang. Vania lalu mencoba mengicip makanan di depannya, mengabaikan ketiga orang di depannya yang menatapnya heran.

"Bahkan dalam mimpi makanan ini terasa nyata," lirih Vania yang didengar 3 orang di depannya.

"Tentu saja, makanan di sini yang paling enak!" seru Farisya.

Vania terkejut.

"Ini hanya mimpi. Aku tidak mengerti kenapa kalian hidup di sini!"

Oke, Vania mulai meracau tidak jelas, seperti orang yang tidak menerima kenyataan. Farisya, Clarissa dan Natalie mendengarkan Vania yang selalu berkata tidak jauh dari, "mimpi", "kenyataan" dan "dunia."

Seperti; "Ini tidak nyata, semua hanyalah mimpi,"

Dan, "Aku tidak tahu kenapa aku berada di dunia ini."

Vania berhenti berbicara, Vania merenung sendiri.

"Mimpi yang Anda mimpikan sendiri hanyalah mimpi. Mimpi yang dimimpikan bersama adalah kenyataan." Elina berucap, lalu segera berdiri, "Terima kasih atas makanannya."

"Elina! kamu mau kemana?" Farisya berteriak sebelum Elina benar-benar beranjak pergi.

"Kita harus mengecek markas!" Natalie memerintah. Dengan sigap Farisya menarik tangan Elina diikuti Clarissa yang menyeret Vania.

"Untuk apa mengajakku?!" teriak Vania dengan nada tinggi.

"Ada sesuatu yang harus kami jelaskan!" Natalie di depan memimpin perjalanan mereka.

Waktu istirahat masih panjang. Semoga saja ada jam kosong.

❀° ┄───────╮
The Next Life
╰───────┄ °❀

Vania menjadi gugup, dirinya dibawa ke lorong yang berada 1 lantai di bawah tanah. Vania tidak melakukan kesalahan di dunia ini. Vania melihat pintu-pintu sebelumnya dibaliknya hanyalah ruangan kosong. Tibalah mereka di depan sebuah pintu yang berada di ujung.

"Kita sampai!" Farisya yang pertama kali masuk lalu menutup pintu.

Vania ingin marah karena, hei! apa maksudnya ini? Farisya meninggalkan mereka semua di luar.

"Passwordnya?"

Sukses membuat Vania melongo, sungguh lucu dan kekanak-kanakan.

"The Next Life," kata Natalie dan Clarissa bersamaan.

The Next LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang