Rapat Titanium

34 16 1
                                    


Farisya berangkat sekolah sendirian kali ini, wajahnya tidak secerah biasanya, Farisya sebelumnya pergi ke kamar Natalie dan Clarissa, tapi orang yang dicari sudah berangkat duluan, kalau tahu mereka sudah tidak ada, Farisya tidak akan repot mengetuk pintu dan mondar mandir di depan kamar mereka!

Jika hari sebelumnya akan terdengar perkataan tidak benar dari teman-temannya, kali ini angkatan titanium tidak segan melempar senyumnya pada Farisya, Farisya yang senang merasa paginya tidak terlalu buruk.

Farisya tidak lupa menendang pintu sebelum masuk, mendapat gelengan kepala dari teman-temannya seperti biasanya.

"Telat banget, baru bangun, ya?" tegur Natalie setelah Farisya mendudukkan dirinya di bangkunya.

Wajah Farisya yang tersenyum kembali cemberut. Daripada awal pagi di kelas Amethyst adalah teriakan, Elina mencoba memperbaikinya, "Nanti pulang sekolah, kita ke markas, 'kan."

"Yup," jawab Clarissa.

❀° ┄───────╮
    The Next Life
╰───────┄ °❀

Pelajaran telah usai, waktunya usai, saat para murid meregangkan tubuhnya karena lelah menampung materi yang amat sulit, bel berbunyi.

"Pengumuman untuk para angkatan, akan ada rapat bersama di aula secara bergantian, di mulai dari angkatan Titanium, Selenium dan terakhir Radium, di mohon hadir tepat waktu, ya!!"

"Hey, kenapa kita yang duluan? tidak adil!" gerutu Natalie karena waktu istirahat pertama mereka terpakai untuk rapat bersama kelas Pearl dan Shappire.

❀° ┄───────╮
    The Next Life
╰───────┄ °❀

Rapat telah selesai, para murid kembali ke kelas masing-masing.

"Sangat melelahkan, aku jadi lapar!" Farisya mengeluh, mereka akan melanjutkan pembelajaran kembali.

"Bagaimana jika kita ke kantin? tidak akan lama, asal kita bergerak dengan cepat." Clarissa menawar mereka semua setuju.

Farisya, Clarissa, Natalie dan Elina pergi dari kelas yang mulai riuh karena guru mereka yang datang terlambat

❀° ┄───────╮
    The Next Life
╰───────┄ °❀

"Syukurlah masih ada makanan." Natalie makan dengan lahapnya.

"Seperti ada yang kurang ...." gumam Elina yang terdengar oleh mereka semua.

"Aku juga merasa seperti itu ... tapi apa, ya?" tanya Clarissa.

"Ah, ya! Asher dan Vania!" seru Farisya keras-keras.

"Mereka tidak hadir di rapat tadi," kata Elina memperjelas ada yang aneh, kemana mereka?

"Mungkin mereka tidak masuk sekolah, ayo kita ke kelas." Natalie mengajak mereka melewati ruang guru agar cepat sampai.

Mereka berjalan dengan menunduk agar tidak terlihat di kaca.

Tapi Elina dengan spontan berdiri begitu saja.

"Apa yang ... eh?" Clarissa yang berniat menarik Elina jadi terdiam.

"Itu Asher dan Vania!!" Farisya berteriak lagi.

"Tidak bisakah kau sehari ini tanpa berteriak?! kami bisa-bisa tuli!!" Natalie menyinggung.

"Itu karena aku masih kesal soal tadi pagi!" Farisya membela diri.

"Kalian ini! diamlah, kita lihat apa yang mereka lakukan," ucap Clarissa tanpa sadar Elina tidak ada sampingnya.

"Elina apa yang kamu lakukan?" mereka jadi panik.

"Tidak ada guru di dalam, tenang saja."

Mereka kembali bernapas lega.

Dengan perlahan namun pasti Elina membuka pintu masuk ruang guru.

Bersama Farisya, Clarissa dan Natalie mereka memasuki ruang guru dan menghampiri meja yang terdapat Vania dan Asher yang sibuk dengan urusannya.

"Berani sekali kalian menggunakan fasilitas guru," ucap Farisya dengan nada tinggi.

"Sssttt ... kami membantu kalian!"

Vania mengajak keempat murid kelas Amethyst untuk melihat apa yang mereka lakukan.

"Kalian lihat, kami berencana membeli barang-barang untuk keperluan lomba nanti, sekalian saja bersama fasilitas klub!" ucap Vania dengan bangga.

Mereka memerhatikan layar komputer yang menampilkan transaksi-transaksi online dengan tujuan ruang klub mereka.

"Hey, kenapa warnanya hitam? putih saja, warna hitam seperti tidak ada kehidupan." Clarissa mengomentari.

"Yasudah ganti saja, warna apa yang kalian mau?" Vania menahan emosi.

"Astaga mereka sudah berbaik hati membelikan ini semua, terima saja apa adanya," ucap Natalie.

"Di mimpi memang banyak maunya," gumam Asher yang hanya didengar satu orang. Orang itu diam saja.

"Soal rapat tadi, apa Revalo dari kelas Pearl?" Elina bertanya pada kedua orang yang masih sibuk di depan komputer.

"Revalo? aku seperti pernah mendengar namanya ...." Vania berkata seperti berbisik.

"Tidak mungkin." Pergerakan tangan Asher di atas keyboard terhenti.

The Next LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang