1. Gara-gara Novel

70 39 64
                                    

"BALIKIN IH! INI PENTING BAGI MASA DEPAN GUE TAU GAK!"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Permisi Mbak, kira-kita novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijcknya masih ada?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Permisi Mbak, kira-kita novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijcknya masih ada?"

"Sebentar saya lihat dulu."

"Ada, sisa satu lagi. Kemudian kami akan restock bulan depan. Ada di rak khusus sastra ya, mbak." jelas sang respsionis.

Gadis tersebut mengangguk kemudian mengucapkan terima kasih lantas menuju jejeran rak buku khusus sastra. Mencari buku yang ia cari untuk tugas akhirnya yang harus ia kumpulkan akhir bulan ini.
Netranya berhasil menangkap buku tersebut yang berada di ujung atas rak.

Raknya terlaku tinggi baginya. Gadis itu sudah berjinjit namun tidak sampai juga, melompat-lompat kecil juga sudah, tapi belum dapat juga. Resiko kurang tinggi nih, begitulah kira-kira dumalnya dalam hati.

"Ini?" seorang pemuda mengambil buku tersebut. Wajahnya menjadi riang, "eh, iya makasih ya ma—s." Tangannya hendak mengambil buku dalam genggaman pemuda tersebut, namun pemuda itu langsung pergi begitu saja.

"ANJIR?"

Seketika ia langsung teringat ucapan sang respsionis kalau buku tersebut adalah stok buku terakhir bulan ini dan akan restock bulan depan. Itu tandanya, dirinya keduluan? Gawat kapten!

"Ehh.. Mas.. Mas..." panggilnya mengejar pemuda tadi. "Iya? Kenapa ya?" tanyanya tak berdosa. Masih ditanya lagi kenapa, padahal dirinya sudah berniat mengambil duluan novel itu.

"Itu.. Novelnya, punya saya." jari telunjuknya menunjuk novel dalam genggaman pemuda di hadapannya. "Ini? Kan saya yang ambil duluan." jawabnya tak berdosa. "Tapi.. Tapi saya yang lihat duluan, mas. Jadi itu punya saya."

"Lah tapi saya yang ambil bukunya, mbak. Jadi ini punya saya dong. Permisi, saya mau ke kasir." pamitnya.

Nata geram, ia langsung berlari dan berhenti di hadapan pemuda itu."GAK! Saya udah liat duluan loh, udah mau saya ambil juga. Cepetan kasihin sini ih!" pintanya memaksa. Gawatnya adalah kalau Nata tidak dapat novel itu, masa iya dirinya harus beli pesan online dan menunggu lama. Pokoknya novel itu harus pulang bersamanya hari ini.

"Awas, mbak. saya mau bayar dih." Dia menyingkirkan tangan Nata yang menghadangnya. "Balikin buku saya, mas!" paksa Nata menatap tajam pemuda jangkung itu.

"Suruh siapa pendek, hm?"

"HEH! GAK USAH NGATAIN GUE JUGA DONG. BALIKIN IH! INI PENTING BAGI MASA DEPAN GUE TAU GAK!" Murka Nata menunjuk wajah pemuda jangkung itu dengan telunjuknya.

"Ini juga penting bagi masa depan saya. Jadi, permisi ya mbak."

"ihh rese banget sih lu!" Nata menarik paksa novel tersebut kemudian memukulnya dengan buku. Dirinya segera berlari menuju kasir dan membayarnya. Oke, kemenangan berada dipihak Nata hari ini.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang