Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Terkadang jatuh cinta memang bisa membuat seseorang lupa akan segala hal. Ia hanya akan fokus memikirkan orang yang disukainya, tanpa menghiraukan apapun yang terjadi di sekelilingnya. Dan semenjak adanya dia, semuanya tak akan lagi berarti kecualinya.
Sama halnya dengan Kang Jiya. Gadis itu sekarang tengah duduk dengan menumpu wajah sambil tersenyum-senyum. Ia bahkan seakan tuli dengan Hwang Yeji yang tengah mengomelinya karena tidak datang menemuinya di kantin tadi. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri.
Jiya masih tersenyum-senyum, membayangkan Doyoung yang tadi mengucapkan terima kasih kepadanya, membuatnya tak bisa berhenti untuk terus memikirkannya.
Itu mungkin bukan sesuatu yang spesial. Tapi bagi Jiya, saat dimana Doyoung menatap matanya, itu adalah saat-saat terindah yang tak akan pernah ia lupakan.
Bayangkan saja, Doyoung tidak satu kelas dengannya. Dan apabila bertemu, apakah mereka akan saling menatap dan bertukar sapa?
Tidak.
Maka dari itu, ia sungguh senang sampai melupakan apapun.
"Jiya, makasih."
"Jiya!"
"Jiya!"
"Kang Jiya─!!"
"Eh─?!"
"Jiya astaga! Lo tadi dengerin gue gak sih?!"
"Eh apa─ enggak." Jiya menoleh pada Yeji seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sedikit merasa menyesal, dan juga tak habis pikir dengan dirinya sendiri.
"Lo tadi bilang apa?" Jiya menatap Yeji, mulai sedikit merasa penasaran. Jujur, ia sungguh tidak mendengar apapun tadi─ ah kecuali suara entah apa tadi, agak mirip seperti bunyi radio rusak. Ia tidak begitu mendengarnya dengan jelas.
"Tauah, gak jadi."
"Yah, jangan gitu dong..." Jiya memegang bahu Yeji untuk memalingkannya kembali, tapi gagal.
"Udah gue mau belajar aja. Bentar lagi ujian bahasa Mandarin." kata Yeji memperingati. "Lo gak lupa lagi kan?"