Happy ReadingAneh, tapi nyata.
Hari ini, pagi-pagi sekali Kang Jiya memasak. Aneh sekali karena biasanya Kang Jiya paling anti dengan yang namanya pekerjaan perempuan— apalagi memasak.
Jiya tak masalah dikatai bucin oleh kakaknya, karena nyatanya memang begitu.
Orang tua Jiya sedang tidak di rumah beberapa hari ini, dan baru akan pulang— mungkin besok. Biasa, urusan pekerjaan.
"Beneran mau dikasi ke Doyoung?"
Kang Yuta memerhatikan sebuah kotak bekal di tangan adik perempuannya. Bekal yang isinya sudah diatur sedemikian rupa secara alay oleh Jiya sejak pagi tadi. Yuta tak habis pikir, memangnya apa bagusnya, sih, Doyoung? Sisi menariknya juga tidak ada menurutnya.
"Beneran lah!" jawab Jiya yakin.
"Idih, kaya yakin aja tuh makanan bisa dimakan," Yuta memandang sirik.
"Pasti enak, kok. Gue, kan, udah belajar dari kemarin-kemarin."
"Hadeh, serahlah! Gua duluan, bye," Yuta berbelok ke dalam kelasnya, membiarkan Jiya berjalan sendirian menuju kelasnya.
"Hm, bye."
***
Bel istirahat sudah berbunyi beberapa saat lalu. Kang Jiya beserta puluhan siswa lain— yang didominasi siswi pergi menonton pertandingan bola basket. Kelasnya melawan kelas Kim Doyoung.
Jelas saja, ia pasti mendukung Doyoung.
Bukan kelasnya, tapi hanya Doyoung-nya.
Hwang Yeji dengan terpaksa ikut, karena ia tak memiliki teman untuk pergi ke kantin. Lagipula, sebagian besar siswa juga berada disini, menonton pertandingan basket. Mau tak mau ia harus ikut menonton juga meskipun tidak tertarik.
Sorak-sorai mulai bersahutan ketika salah satu dari anak kelas Doyoung berhasil mencetak bola. Jiya biasa-biasa saja.
Ia memerhatikan Doyoung sedari tadi. Tentu saja Doyoung terlihat keren, selalu. Ia semakin kagum dengannya.
Kang Jiya ikut memekik setelah beberapa saat kemudian Doyoung berhasil mencetak bola. Kali ini sorak-sorai lebih ramai, tentu saja karena ini Kim Doyoung. Si most wanted sekolah.
Di antara senyum senangnya, diam-diam Jiya menahan sedikit kekesalan. Doyoung disukai semua orang. Rasanya ia ingin sekali berteriak kepada semua orang bahwa Doyoung itu miliknya.
Tapi ia bukan siapa-siapa— atau mungkin belum. Yeah, katai saja Kang Jiya terlalu percaya diri. Pada kenyataannya Jiya hanyalah terlalu ber-positive thinking, atau mungkin sudah buta dengan cinta.
"JAEHYUN AAA!"
Bodoh tidak, sih? Jaehyun, kan, sudah memiliki pacar.
Jiya menggeleng tak habis pikir ketika mendengar sahutan meriah sesaat setelah Jung Jaehyun mencetak bola. Memang, sih, Jaehyun itu sempurna— ah tidak, tidak lebih dari Doyoung.
Jiya menggelengkan kepalanya ketika dirasa ia mulai melantur— memikirkan Jaehyun. Ia kembali melihat ke arah Doyoung— yang rupanya permainan sedang time out.
Kim Doyoung terlihat berjalan ke arah tepi. Kang Jiya segera menghampiri meskipun ia sudah ditatap sirik oleh siswi lain.
"Nih," Jiya menyodorkan air mineral yang memang sedari tadi dibawanya.
Doyoung tampak tidak tertarik. Ia lanjut mengelap wajah dan lehernya yang berkeringat sehabis bermain. Tatapannya datar.
Jiya meletakkan botol minum tadi di atas pangkuan Doyoung— karena merasa tidak direspon.
YOU ARE READING
The Secret
Fanfiction❝Semua yang dikejar pasti akan kembali mengejar pada akhirnya.❞ a story written by ©winterrbell [Slow-update]