Bagian 2

45.3K 3.4K 38
                                    

___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___


Kaki jenjang pria yang baru saja menginjakan kakinya disebuah gedung besar itu tampak terengah-engah setelah berlarian meninggalkan taksi dikemacetan jalan raya.
Ia melirik jam yang melingkar dilengannya lalu kembali berlari secepat yang ia bisa, sesekali mengucap maaf pada orang-orang yang tanpa sengaja ia tabrak.
Jika saja penerbangan kepulangannya dari London tidak diundur, mungkin sudah dari kemarin ia berada dinegara kelahirannya ini. Ia tidak akan terburu-buru menemui sang ayah yang telah menyuruhnya untuk datang setelah ia sampai di Jakarta.

"Satya ceroboh! Begonya gak ilang-ilang! Mana udah jam dua belas lagi, Papa pasti nunggu lama!" Dumelnya seraya terus berlari mencari lift yang kosong.

Satya itu sosok yang perfeksionis dan juga sangat tepat waktu, ia tidak suka terhadap sesuatu yang dibuat lewat dari waktu yang dijanjikan. Menurutnya, sebaik-baiknya manusia ialah yang bisa menggunakan waktu dengan sebaik mungkin. Tidak menyia-nyiakannya dengan hal yang tak berguna. Time is money adalah kata yang sangat cocok bagi dirinya. Ia juga tak suka jika melihat sesuatu yang--tidak pada tempatnya, seperti memiliki sebuah kerisihan dalam dirinya. Ia akui itu cukup berlebihan bagi orang lain, tapi tidak baginya.

Melihat salah satu lift yang terbuka, senyuman manis tersungging diwajahnya. Langkahnya semakin melebar berharap ia bisa masuk kedalam lift sebelum pintu tertutup sempurna.
Tak kehilangan akal, kaki panjangnya ia gunakan sebagai penghalang pintu dan langsung masuk begitu saja seraya tersenyum puas.

"Lain kali jangan nyengkat pintu kayak gitu, Mas, bahaya!" Dahi Satya mengernyit dalam kala mendengar suara seorang wanita yang berasal dari sampingnya. Wanita bertubuh kecil itu terlihat kesal dan menatap lurus kedepan tanpa ekspresi apapun lagi, membuatnya mencebikan bibir bawah.

Sepanjang lift bergerak, tatapan Satya terus melirik wanita yang ia yakini adalah pegawai ditempat ini. Terlihat dari pakaian formal yang ia kenakan, serta sebuah map dalam genggamannya.
Yang membuatnya tertarik ialah, wanita itu masih terus menutup mulut dan menganggap bahwa disini tidak ada siapapun selain dirinya sendiri. Disaat wanita lain selalu mencari cara agar bisa bercakap-cakap dengannya, wanita itu malah terlihat acuh tak acuh, membuatnya menyeringai tipis.

Begitu lift terbuka, Satya langsung melenggang pergi begitu saja, berlari kecil mencari ruangan sang ayah yang menjabat sebagai Direktur disini.

"Papa!!" Serunya dengan begitu antusias kala melihat sang Ayah yang tengah berkutat dengan laptop.

Pria berusia setengah abad itu langsung tersenyum dan berhambur dalam pelukan putera kebangaannya setelah hampir lima tahun tak bertemu. "Akhirnya datang juga, Papa fikir kamu lupa!"

"Impossible! Papa tau aku gimana, 'kan? Anti lupa!"

Ando terkekeh pelan lalu menyuruh puteranya untuk menunggu sampai pekerjaannya selesai.
Sebuah ketukan dipintu terdengar, membuat perhatian Satya langsung mengarah pada sosok wanita yang ia temui dilift tadi. Ia kembali menyunggingkan senyumannya saat wanita itu sama sekali tak menyadari keberadaannya disini.

Scenario With Boss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang