Diya merangsak diantara kerumunan para siswa dan siswi yang berjubel di depan papan pengumuman sekolah, pelan tapi pasti Diya terus menyempil diantara teman-teman nya hingga Diya berhasil berada di paling depan.
Matanya jeli meneliti nama-nama yang tertulis di kertas yang ditempeli di papan itu, "yes!" Pekiknya kegirangan...
Diya menerobos keluar dari sesak nya kerumunan, dia berlari dengan senyum terkembang menuju kumpulan 5orang siswa tampan yang duduk di tepi lapangan.
"Desti, Reno,Didi, Devan, kita lulus!" Jeritnya kepada lima orang itu.
"Serius lu?" Tanya Devan.
"Iya serius, aku lihat nama ku dan juga nama kalian!".
"Arya, gimana?" Tanya Didi penasaran karena tadi Diya tidak menyebut nama Arya.
Diya terdiam, lima pasang mata menatapnya penuh tanya.
Diya menatap Arya sendu, remaja lelaki yang pernah hampir memukulnya itu memilih untuk menunduk.
"Maaf Arya!" Bisik Diya.
"Kamu serius, Di?" Tanya Desti seakan bisa menebak jawaban Diya.
"Maaf ya Ar, selama kita kenal aku sering banget bikin kamu kesal, percayalah bagiku kamu dan yang lain nya tetap teman terbaik ku" ucap Diya pelan.
Mereka semua terdiam, seakan sibuk dengan kecamuk di dada mereka masing-masing.
Arya menarik nafas panjang, dia berdiri dari duduknya "selamat ya, atas kelulusan kalian semua" ucapnya pelan dan kemudian Arya melangkah meninggalkan mereka semua.
Lima pasang mata menatap punggung Arya, Arya melangkah menjauh dengan menundukkan kepalanya.
"Arya.... selamat juga untuk kamu, kamu lulus dengan nilai paling tinggi diantara kami semuaaa" pekik Diya.
Langkah Arya terhenti, Diya berjalan cepat menyusul cowok itu di ikuti keempat teman nya.
"Selamat ya Ar, nama kamu tertulis paling atas, kamu satu diantar 5 besar sekolah kita" ucap Diya dengan mata berbinar ceria.
"Serius kamu?" Arya seakan tak percaya.
"Seri...." Kata-kata Diya menggantung karena disaat bersamaan banyak siswa lain yang berlari mendekati Arya sambil memanggil manggil anak itu.
"Arya,,,,"
"Selamat ya!"
"Selamat Arya!"
"Arya, elu rangking pertama sekolah kita"
Sebentar saja Arya sudah dikelilingi teman-teman nya, anak lelaki itu menatap tak percaya kepada teman-teman nya.
Beberapa anak menyalami dan mengucapkan selamat kepada Arya, termasuk Desti, Didi, Reno,Devan dan Diya.
Arya memeluk ke empat teman satu tim basket nya itu, berulang kali dia ucapkan kata terima kasih dan terakhir Arya merangkul Diya.
"Elu itu cantik Ya, tapi kenapa sich elu itu nyebelin banget?
Coba aja elu bisa sedikit bersikap manis, pasti gue jadiin pacar lu!" Ujar Arya kepada Diya yang di dengar oleh teman-teman nya juga."Ogah gue jadi pacar lu!" Jawab Diya.
"Kenapa?" Tanya Arya.
"Elu bawel sich, gak tipe gue!" Sahut Diya.
"Sombong lu!, Elu juga bukan tipe gue"
Hahahaha.... Mereka semua akhirnya tertawa bersama.
"Ntar malam kita party yok!" Ajak Reno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diya
Teen FictionTerkadang kehadiran seseorang kita anggap biasa saja, namun kita baru sadar betapa kehadiran nya begitu sangat beharga setelah orang itu pergi. Coba lihat di sekitarmu, adakah seseorang yang seama ini selalu ada namun kehadirannya tidak kau anggap p...