Bab 4 : Keluarga yang tersisa

685 131 12
                                    

🌸🌸🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸🌸🌸

"Udah penuh. Gak muat kasurnya kalau buat bertiga." Reva menghalangi Marissa yang akan masuk ke dalam kamarnya. Gadis ini berdiri di depan pintu dengan wajah kesalnya.

"Terus aku tidur dimana?" tanya Marissa.

"Ya terserah kamu. Bukan urusanku itu. Lagian siapa suruh sembarangan datang ke rumah kita. Emangnya kamu siapa?" ucap Reva.

"Aku saudara kalian."

"Nggak. Saudara ku cuma Kak Zi dan Kak Thava. Kamu itu orang asing!"

Marissa diam, wajah putihnya memerah. Ucapan Reva mengenai sampai dalam hatinya. Mereka berdua hanya saling diam dan melempar tatap.

"Ada kamar kosong satu, kamu bisa tidur di sana, Sa." Azhiva tiba-tiba datang di antara kedua gadis yang sedang beradu mulut tadi.

Marissa menggeleng. "Aku gak berani tidur sendiri Kak Zi. Kenapa aku gak bisa tidur di sini aja?" ucap Marissa sembari menunjuk kamar Reva dan Cethava.

"Ini kamar ku!" tegas Reva.

"Ya udah, Reva mau tidur sama Kak Zi? Biar Issa sama Thava," kata Azhiva.

Reva menggeleng. "Aku mau nya di kamar ku."

Azhiva menghela nafasnya. "Issa tidur sama aku aja."

Setelahnya Azhiva berbalik arah, gadis itu masuk ke dalam kamarnya sendiri. Meninggalkan adik-adik nya ini. Sementara Cethava yang baru selesai mencuci piring kini mendekati si bungsu.

"Gak usah bikin ribut, Rev. Kasihan Kak Zi, dia udah pusing gara-gara Issa, masa kamu mau tambah," celetuk Cethava.

"Mending kamu tidur, besok sekolah kan?" Cethava berlalu, memasuki ruangan yang ada di belakang Reva.

Sebelum ikut masuk ke dalam kamar, Reva sempat menatap sinis gadis cantik di hadapannya. Lalu menutup pintu dengan cepat.

Sementara itu, Marissa berdiri di depan pintu kamar Azhiva. Mengetuknya lebih dulu sebelum akhirnya Marissa masuk ke dalam.

Marissa sempat tersenyum kecil pada Azhiva yang kini sedang merapihkan kasurnya.

"Issa tidur sama Kak Zi gak apa-apa?"

Azhiva tidak membalas ucapannya. Marissa melihat kakaknya itu sudah tidak menggunakan alat bantu dengar di telinganya. Mungkin Azhiva tidak mendengar. Dengan ragu-ragu, Marissa berjalan mendekati kasur dengan sebuah boneka panda di pelukannya.

Marissa duduk di atas kasur, menerima bantal serta guling yang baru saja Azhiva berikan padanya.

"Makasih, Kak."

Azhiva terlihat lebih dulu merebahkan tubuhnya diatas kasur, dia ambil arah yang berlawanan dengan keberadaan Marissa. Sedangkan Marissa kini menatap punggung Azhiva dari tempatnya dengan sendu.

Pelangi Tanpa WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang