Bab 2 : Serupa yang seperti tidak

862 134 7
                                    

🌸🌸🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸🌸🌸

"Karin!"

"Hai!"

Cethava berlari menuju seorang gadis bertubuh tinggi dengan rambut panjang nya itu. Wajah Cethava terlihat senang.

"Kamu kok gak bilang udah kuliah lagi?" tanya Cethava.

"Maaf ya, Ta. Sebenarnya mommy aku belum ngizinin buat kuliah. Tapi aku udah kelewat banyak pelajaran. Nitip absen terus lagi sama kamu," ucap Karina.

Karina Aurin namanya. Gadis ini adalah teman Cethava sejak pertama kali masuk kuliah. Ya meskipun belum lama kenal, Cethava dan Karina lumayan dekat dan sering bercerita satu sama lain.

"Gak apa-apa kali, Kar. Kalau kamu masih kurang sehat jangan di paksa."

"Nggak. Aku udah baik-baik aja, Thava. Lagipula kalau aku nunggu-nunggu sehat terus mau sampai kapan? Aku aja belum tentu bisa sembuh," ucapnya memelas.

Cethava mengelus pundak sahabatnya. "Hush, jangan ngomong gitu lah, Kar. Kamu bisa sembuh."

"Semoga ya, Ta."

Selama dua semester ini, Cethava banyak mengenal Karina. Karina banyak juga bercerita pada Cethava. Apalagi mengenai dirinya yang di vonis tidak akan lama lagi untuk hidup. Karina, leukemia, sudah stadium akhir.

"Gimana kalau kita ke kelas sekarang? Nanti selesai kelas aku traktir kamu es krim," kata Karina dengan senangnya.

"Wah, boleh. Ayo!"

Cethava menggandeng tangan Karina untuk segera pergi ke kelas mereka, karena mata kuliah pertama akan di mulai sebentar lagi.

"Karin, duluan ya. Sebentar," ucap Cethava saat mereka sudah ada di pintu kelas. Karina mengangguk dan masuk ke ruangan lebih dulu. Sedangkan Cethava mengecek pesan yang baru saja masuk.

"Kak Zi," lirih Cethava.

Kakak Zi ❤
Thava, uang nya udah kakak transfer ya. Langsung di bayar, jangan lupa.

You
Oke Kak Zi, langsung Thava bayar. Makasih banyak kak. Love you

Cethava tersenyum kecil. Baru dia minta semalam, kakaknya itu sudah mengirimkan uang saja. Memang, kalau untuk urusan adik-adik nya, Azhiva sangat cepat.

Cethava merasa beruntung memiliki kakak seperti Azhiva. Meskipun tanpa ayah dan ibu nya, Azhiva selalu membuat Cethava tidak pernah merasa kurang.

•••

Azhiva berkeliling dari rak ke rak untuk membeli beberapa perlengkapan dapur di cafe yang sudah habis, Greta yang menyuruhnya, kebetulan anak magang yang kemarin itu sudah selesai, dan keadaan cafe sedang sepi, jadi Greta bisa menjaganya sendiri dulu.

Pelangi Tanpa WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang