"Eh, Hazel sama Seren dah balik tuh!" Seru Rayn sembari menunjuk duo sengklek itu.
N : chapter ini, Avellie resmi diganti menjadi Seren dan Nava diganti menjadi Astra.
"Yoi. Hai bro," sapa Seren ketika mereka sudah dekat. Hazel hanya diam saja sambil memasukkan tangannya kedalam kantong roknya.
"Kalian tadi kemana aja?" Tanya Astra sambil mereka berjalan bersama.
Hazel berdecih dan membuang muka. "Ga kemana-mana sih. Tadi kita lihat-lihat di lantai atas. Karena banyak yang menarik, jadinya agak lama disana," ucap Hazel berbohong. Seren hanya mengiyakan untuk menutupi kebohongannya.
"Oalah, oke." -Astra
"..."
"Anjir... Perutku sakit karena habis makan langsung jalan-jalan..." Keluh Astra.
"G0blok. Yaudah kita nongkrong dulu dimana kek. Ada saran?" Rayn hanya sweatdrop melihat kebodohan temannya.
Seren menunjuk sebuah toko minuman. "Disitu aja gimana? Aku pengen beli minum."
"Setuju. Haus njir." -Hazel
Mereka pun menuju kesana. Pada akhirnya, Astra dan Aya yang sebenarnya kenyang, malah membeli minuman lagi. Rayn juga ikut-ikutan.
"Awas cepirit ntar" -Rayn
"B4bi kau ajg" -Astra
"Jadi, dia babi atau ajg?" -Hazel
[ Sementara itu... ]
Seorang bocah undead yang tengah gabut karena teman-temannya pergi sedang jalan-jalan di kota sekaligus untuk berburu jinn.
Siapa lagi kalau bukan Jelixia? Gabutnya melebihi apapun.
"Kok kesannya teman-teman yang lain sengaja ngehindar ya," gumamnya.
Tiba-tiba, dia menabrak seseorang. Akibat jalan sambil melamun.
"Jalan tuh lihat-lihat, bego!" Kata orang itu.
Jelixia melihat orang itu. Bocah undead, dengan baju perang seperti koboi. Senjatanya adalah pistol.
Kok familiar ya, batinnya.
Dia jadi teringat, itu bocah koboi yang diceritakan oleh Chi satu bulan lalu. Namanya Mario.
Tanpa sadar, mereka malah tatap-tatapan. Jelixia menatap Mario dengan sinis, sementara yang ditatap berkeringat dingin.
Natapnya biasa aja bisa ga sih... Lagian ini orang kenapa? Punya masalah kah sama aku? Batin Mario dengan jantung yang berdebar-debar karena takut.
"Kamu undead koboi yang dua bulan lalu menyerang teman-temanku. Ya kan?" Jelixia akhirnya bicara.
Dia datang buat balas dendam? Pikir Mario semakin menjadi-jadi.
"Haha... Kalau iya kenapa?" Tawa Mario, padahal dalem hati udah dag dig dug serrr.
"Gpp si, cuma nanya. Napa? Kok gitu mukanya? Kau kira aku dateng buat nyari kamu di kota ini dan balas dendam apa?" Jejel meletakkan dua tangannya di pinggang.
"Bocah tai..." Perempatan imajiner muncul di dahi Mario.
"Ngaca dong, lu juga bocah. Dan gua bukan bocah, umur asli gua 15 begok."
Mario yang tidak mau kalah pun membalas, dan akhirnya terjadi pertengkaran kecil antara kedua bocah undead.
Gara-gara umur doang.
"Udahlah, lagian ngapain kita ngeributin umur? Ga guna," Jejel nyerah.
"Kau yang mulai duluan bahlul!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴʏᴀᴡᴀ | ᴷᵘᵖᵐⁱˡʸ ᵖʳᵒʲᵉᶜᵗ
FanfictionKami hanya memiliki satu nyawa. Meski begitu, kami adalah orang-orang terpilih yang beruntung. Kami adalah prajurit, kami adalah petarung, kami adalah orang-orang yang mempertahankan nyawa kami. "Kau tidak boleh menyia-nyiakan nyawa yang kau punya...