happy 7

3.1K 240 33
                                    

Setelah kejadian memilukan kemarin, Gun tetap memutuskan untuk pergi bekerja karena ada beberapa kerjaan penting yang harus langsung ia tangani sendiri. Gun sengaja memakai pakaian yang lebih tertutup dari biasanya, untuk menyembunyikan lebam ditubuhnya. Ia juga memakai riasan tipis untuk menutupi wajah dan bibirnya yang terluka. Setelah melihat penampilannya sedikit lebih baik, pria mungil itu kemudian berangkat.

Gun meletakkan berkas-berkas yang sudah ia periksa, kemudian membenamkan wajahnya di tangannya. Ia lelah sekali, kepalanya terasa sakit.

"Gun, kau baik-baik saja ?" Krist baru saja masuk untuk menyerahkan berkas lainnya.

"Aku baik-baik saja Krist. Hanya sedikit lelah" Pria mungil itu berusaha tersenyum

"Tidak tidak. Kau pucat sekali, pulanglah. Biar aku yang mengurus sisanya" Krist langsung mengambil berkas-berkas yang belum selesai dikerjakan Gun.

"Tapi katanya kau hari ini ada acara dengan Singto"

"Iya, tapikan berkas yang ini bisa ku bawa pulang. Aku akan mengerjakannya di rumah"

"Baiklah, trimakasih ya Krist. Aku pulang dulu, maaf sudah merepotkanmu" Gun tersenyum kemudian membereskan barangnya.

"Kau tidak merepotkan ku Gun. Istirahat ya" Krist sangat mengkhwatirkan kesehatan sahabatnya itu. Sudah beberapa bulan ini Gun terlihat tidak biasa. Ia terlihat lebih kurus dan pucat, berbeda dari Gun yang biasanya.

***

Off menyandarkan tubuhnya di kursi kantor, pikirannya sangat kacau. Ia tidak bisa berhenti memikirkan pria mungil yang membuat hidupnya berantakan beberapa tahun ini. Ia memikirkan kejadian kemarin, apakah aku sudah keterlaluan kemarin ? apa dia baik-baik saja ? Off mengutuki dirinya sendiri yang tidak bisa menahan emosi dengan baik, padahal sebelumnya ia selalu bisa mengendalikan emosinya saat bersama Gun.

Arm yang daritadi memperhatikan Off, perlahan menghampirinya.

"Apa yang sedang kau pikirkan ?" Arm menepuk pelan pundak sahabatnya itu.

"Tidak ada"

"Kau memikirkan istrimu ?"

"Dia bukan istriku, Arm. Jangan menyebutnya seperti itu" Off mulai marah

"Tapikan kau sudah menikahinya, tentu saja dia sekarang adalah istrimu"

"Diamlah Arm, kau tau sendiri kenapa aku melakukan semua ini"

"Off, aku memang tidak seharusnya mencampuri urusan pernikahan kalian, tapi coba dengarkan aku sebentar"

"Aku tidak tau kenapa kau bisa setega itu dengan Gun. Tapi yang aku tau dan aku yakini, Gun benar-benar mencintaimu"

"Aku tidak ingin membahas ini Arm"

"Dengarkan aku dulu bodoh" Arm mulai gemas dengan tingkah sahabatnya yang keras kepala itu.

"Apa kau tau pria itu bahkan tidak pernah melewatkan satu hari pun tanpa menghubungiku hanya untuk menanyakan kabarmu ? memastikan kalau kau baik-baik saja" lanjutnya.

"Dia bahkan selalu membawakan bekal makan siang untukmu, karena dia tau kau sangat pilih-pilih makanan. Apa kau sadar dengan semua itu Off ?" Off hanya diam saja. Sebagian dirinya tau kalau apa yang dia lakukan ini adalah kesalahan, tapi sebagian dirinya yang lain tetap menuntut pembalasan atas jantung kekasihnya yang sudah diambil oleh pria mungil itu.

"Tapi dia sudah mengambil jantung Mook"

"Gun bahkan tidak tau kalau itu jantung Mook, Off. Kalau seandainya saat itu dia tau jantung itu milik Mook, kau pikir dia akan menerimanya ? Siapa sih yang mau menderita seperti ini ? Dan kalian bahkan belum saling kenal saat itu"

Happily Ever After (OffGun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang