C1

1.9K 130 2
                                    

Seorang gadis sedang mengotak-atik hpnya. Sedang menunggu balasan dari orang. Rasa bosan juga menghampirinya sedari tadi.

"Ayo lah, balas!" Kesalnya menggocangkan hpnya ke kanan dan kiri.

Lantas dia duduk dan meletakan hpnya, lebih tepatnya membantingnya ke atas kasur "Hitungan ke lima sampai tidak kau balas. Akan ku-"

Ting!

Buru-buru dia menghidupkan layar hpnya yang sempat mati tadi. Dia tidak menerima notif yang seharusnya ia dapatkan sekarang.

"Aish! Dasar Mark menyebalkan!!" Dia membanting kembali hpnya, bersedekap dada

Lama menggerutu kesal karna hal yang sedari tadi dia tunggu tidak ada, dia lantas beranjak dan membuka pintu balkonnya.

Melepas kekesalannya, menghirup udara malam yang segar.

Tapi sebetulnya tidak sehat juga. Apa pedulinya? Yang dia butuhkan saat ini hanya ketenangan.

Melihat bintang yang berserakan di langit. Dengan bulan sabit meneranginya. Tampak sangat indah!

Dia, Seo Haechan merentangkan tangannya menikmati angin yang berhembus kencang seperti memeluknya  "Wahh segarnya"

"Haechan!! Jangan loncat nak!" Suara nyaring serta khawatir itu menyapa indra pendengarannya

"Kamu jangan loncat, mama gak mau jadi korban papa kamu!" Haechan merasa di peluk dari belakang, erat, erat sekali.

"Ya ampun ma, Haechan gak mau loncat. Siapa juga yang mau mati sebelum nikah?"

"Trus ngapain kamu ngerentangin tangan kalau bukan mau loncat? Kan gak mungkin juga kamu olahraga," Ten, mamanya yang cerewet. Tapi sayang banget!

"Mama, stop dulu cerewetnya. Haechan mau merasakan ketenangan sebentar," Haechan masih merentangkan tangannya

"Kamu ada masalah? Gapapa, sini cerita sama mama. Sekalian bantu mama dari papa," Haechan terkekeh kecil mendengar curhatan mamanya

Haechan menghirup udara malam dan menghembuskannya perlahan, menoleh ke arah mamanya.

"Haechan gapapa, cuman kesel aja"

"Tampangmu kurang meyakinkan," Ten terkekeh kecil melihat raut wajah anaknya

"Sebahagia mama deh! Haechan diem dulu"

Ten menurut memilih diam. Merasakan kesegaran angin malam yang dia rasakan begitu juga Haechan.

"Sekarang tanggal berapa Chan?"

"Tanggal 12, kenapa?" Haechan menoleh melihat mamanya

"Nggak keluar sama pacarmu? Nyandang status jomblo ya? Kasihannya anak mama,"

"Mau kemana kamu? Kasihannya yang jomblo," Haechan menghiraukan mamanya. Dia memilih berjalan ke dalam kamarnya.

"Papa, mama ngejekin echan," Johnny, papa Haechan yang digeret Haechan ke balkon kamarnya.

Melihat keduanya dengan tampang lelah. "Why honey? Do you need me?"

Ten yang di hampiri sembari di usap kepalanya pelan, mengangguk dengan bibir dipoutkan.

"I miss you, do you miss me? No? Okay bye," Johnny mengerjapkan matanya

"Siapa yang bilang begitu, hmm?" Johnny menghampiri dan memeluk istrinya dari belakang

"Your work!"

"C'mon honey, kamu bisa menghampiriku," Johnny membalikan tubuh Ten.

"Dan echan gak mau punya adik!" Suara Haechan menginterupsi keduanya

Johnny menghela napas panjang. Di ganggu dengan anaknya, Seo Haechan.

"Kau menggangguku nak," Haechan melotot tak terima

"Salahkan papa sendiri. Ngapain nyium mama di depan echan? Di balkon kamarku juga,"

"Memangnya kenapa kalau di balkonmu?"

"Ya... echan gak suka. Kenapa kalian bermesraan di balkon seorang gadis yang sedang merantau dari kesedihannya yang di alaminya," ucap Haechan penuh drama

"Kenapa dengan pacarmu?"

"Menyandang status jomblo dia, single. Mau di kenalin anaknya temen mama nggak? Ganteng loh," ucap Ten yang kini sudah berada di gendongan sang suami

Hendak berciuman lagi melupakan anaknya yang cantik, lucu dan menggemaskan ini.

"Papa sama mama mending ke kamar kalian deh. Haechan mau mancing bulan!"

"Eh eh, jangan gini chanie. Mamamu jatuh nanti," Johnny menyeimbangkan badannya dan badan Ten dalam gendongannya

"Ya gapapa. Nanti papa yang di marahin, bukan echan"

Johnny berjalan kembali tampa menurunkan Ten dan berjalan keluar dari kamar anaknya.

"Mau echan dibuatin apa?" Tawarnya

"Buatin teh hangat aja ya kak, sama pudingnya satu"

"Baik nyonya. Mohon di tunggu sebentar," Haechan sedikit membungkuk dan berjalan ke arah dapur

Bersenandung ria dengan membuat teh, mengeluarkan puding dari kulkasnya.

"Snap your fingers, do you step. You can do it all by your self,"

"Baby girl, what's your name?"



Bye Bye (Markhyuk)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang