Jangan terpaku WARNA COVER.
"Kakak kaya loh, ganteng, mulus. Besar juga,"
"Aku tak menyangka kau seperti ini chan,"
"Maaf, semua ini hanya.. angan-anganmu saja~"
Valentine's day with you? -21
๑๑๑๑๑๑๑
Start :
12-2-21
Finish :
21-2-21
๑...
"Terima kasih chanie!!" Perempuan berambut tergulung dengan beberapa helai rambut di biarkan jatuh mengenai wajah nampak senang dengan apa yang baru saja di terimanya
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ya ya ya, sama-sama. Berhenti lah cemberut Na, seperti anak bebek kau nanti" kekeh Haechan yang membuat Jaemin semakin mencebik
"Kau lihat lelaki disana?" Tunjuknya. "Dia lah sumber kecemberutanku. Sungguh kesal melihat wajahnya!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di lain meja, Jeno, kekasih Jaemin yang sedang tertawa bersama temannya.
"Kau tau kenapa?"
"Outfitmu? Atau mungkin kau tidak menurutinya?" Tebak asal Haechan
"Benar! Aku ingin memakai baju yang kemarin yang kita beli bersama si kecil chaniee. Tapi dia tidak mengijinkannya," curahnya pada Haechan
"Kurasa benar keputusannya Na. Kalau kau memakainya pasti terlihat, ekhmm.. ya begitu lah,"
"Tuh kan! Kau membelanya! Ihh Nana kesel deh! Dasar si sipit!! I hate you!" Pekiknya kesal
Kakinya di hentakan kesal di luar bawah meja. Bersedekap dada membiarkan kakinya yang menghalangi pengunjung lewat. Bibir yang mengerucut kesal.
Para pengunjung kafe juga termasuk pegawainya melihat ke arahnya. Menatap gemas.
"Hey,"
Cup
Haechan memutar bola matanya malas. Dia merindukan si kanada jadinya. Sungguh menyebalkan!
"Safe your mouth, baby"
Jaemin memeluk erat leher Jeno, menyembunyikan wajahnya yang merah.
"Aku kesal padamu Lee Jeno!!"
"Baiklah, aku akan melamarmu. Tidak sabaran rupanya," Jaemin memukul perut kekasihnya
"Kembali lah! Kau tidak dibutuhkan," ujarnya acuh. Jeno mengusak gemas serta menyubit pipi Jaemin gemas.
"Kurasa aku tidak dibutuhkan sekarang. Keputusanku memang salah bertemu denganmu disini Na,"
"Panggil lah kekasihmu, suruh kemari"
"Pinggil lih kikisihmi, sirih kimiri. Bosen deh! Yang lain gitu,"
"Chan chan," panggil Jaemin disertai tepukan beruntun di lengan Haechan
"Hmm, sakit Na"
"Lihat lah pria di seberang jalan sana," Haechan melihat arah yang di tunjuk Jaemin
"Ya, terus?"
"Ganteng kan?"
"Mungkin, menurutmu?"
"Tentu saja-!"
"I can hear you,"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Memang kau kuat menahan rindu dan membawa ini? Kurasa tidak, secara kau kan kecil dan.. ya kau tau lah lawan kata dari tinggi," ujar Haechan setelahnya meminum minumannya
"Jeno ada tuh," tunjuknya di pojok kafe
Mereka berdua, bertiga maksudnya berada di kafe dekat taman kota. Sebetulnya di rumah Haechan, tapi dia butuh udara segar, dan Jaemin serta pacarnya kebetulan di taman kota.
"Rupanya ada yang membutukan, ya ya ya, aku paham sekarang"
"Aishh sudah lah! Tapi kenapa kau tiba-tiba memberiku boneka?" Jaemin bertanya sembari memeluk boneka barunya bewarna pink
"Tidak tau, anggap aja hadiah ulang tahunmu untuk sebentar lagi,"
"Ah iya chan, kemana kak Mark? Tumben sekali dia tidak ikut denganmu,"
"Pulang," jawabnya enteng
"Pulang? Pulang ke Kanada maksudnya? Ngapain??" Tanya beruntun Jaemin yang ditanggapi gelengan
"Kau bertengkar dengannya?" Haechan menggeleng sekali lagi
"Nana, menurutmu bertanya, menunggu atau membiarkannya?"
"Ahh itu pilihan yang susaahh- hmmphh!!"
"Kita masih di luar sayang, diam lah" Jeno menutup mulut Jaemin dengan tangannya
"Ya udah, ayo pulang!"
"Sahabatku tertular virusmu Jung Jeno!" Kekeh Haechan melihat keduanya
"Ya udah, ayo. Ku harap kau tidak menyesalinya sayang,"
"Dasar! Kelihatan aku jomblo kalau begini, apa aku jomblo?"
Haechan menggidikan bahu, lantas menikmati pesanannya yang belum habis.
"Si kecil ada gak ya dirumah? Suruh ke rumah aja lah, lumayan"
Ditengah kegiatan bermain hp, disebelahnya ada yang menepuk pelan pundaknya.
Haechan biasa saja, sudah biasa dengan tepukan itu.
"Hai Haechanie!"
"Hmm, hai juga"
"Apakah katamu jomblo? Aku tidak salah dengarkan?"
"Tidak, tidak boleh ada yang mengatakannya! Sebagai gantinya kau-"