C7

739 40 0
                                        

Kulit itu terus bergesekan dengan selimut, merasakan betapa lembutnya benang-benangnya yang disusun menjadi selimut.

Sudah pagi untuk hari ini, berawan dan tidak mendung. Tentu saja bukan peramal cuaca aku ini ya •~•

Sudah sepuluh menit berlalu tapi dirinya masih saja ingin bersama kasurnya. Mengiyakan teriakan mamanya untuk menyuruhnya bangun, tapi tidak dia kerjakan.

"Hey buffalo! Bangun kau, dipanggil sama mama dari tadi. Malah gak bangun-bangun, kakak kan yang jadi sasaran!" Hendery membuka pintu kamar adiknya tak santai

Haechan masih setia dengan kasurnya tak mempedulikan perkataan kakaknya. Dirinya hanya menikmati angin pagi dari jendelanya, segar yang dia rasakan.

"Bangun kerbau!"

"Hmm,"

"Dasar kerbau! Awas aja kalau kakak jadi sasaran,"

"Ya gapapa, sekalian olahraga. Kakak kan lemah! Olahraga menyehatkan badan dan meningkatkan kekuatan tubuh," Haechan tak memperdulikan wajah kakaknya yang menatapnya garang

"Betul juga sih. Sepuluh menit harus udah selesai!" Hendery keluar tak lupa menutup pintu kamar adiknya

Haechan masih nyaman dengan selimutnya. Dia hanya ingin menutup matanya sebentar.

Cklek

"Apa sih kak? Apaaa?? Echan masih mau sama kasur, bentar doang! Bilangin ke mama, masih pingin menikmati kenyamanan kasur yang hampir setara dengannya! Udah sana, pergi!" Sembur Haechan tanpa melihat siapa yang membuka pintunya

"Chan-"

"Kakak berisik deh! Diem-" Haechan duduk dari tidurnya

"Xiaojun, Xiao Dejun nama kakak"

"Maaf kak, echan kira tadi kak Dery. Maaf ya kak Jun,"

"Gapapa, kamu disuruh loh sama mama dari tadi, mandi dulu yuk. Habis itu turun, makan" Haechan mengangguk pelan melihat kakak yang asing baginya

"Oh iya, maaf juga ya masuk kamar kamu. Disuruh kakak kamu itu,"

"Gapapa kak, santai aja. Haechan mau mandi dulu, nanti turun ke bawah"

"Okay, jangan lama-lama ya. Udah ditunggu loh sama yang lain,"

Haechan mengangguk membiarkan celah pintu kamarnya yang mulai mengecil. Ditutup oleh kakak asing Jun.

"Pacar kakak?"

.
.

Suara bising mulai memasuki indera pendengaran Haechan yang melangkah ke arah dapur.

"Pagi mama, kak Jun,"

"Pagi echan,"

"Papa mana ma? Sama kakak lemah itu?" Ten yang sedang meletakan sup tertawa mendengar Haechan

"Lagi di ruang keluarga. Junjun, ini tolong ditata ya nak," Ten memberikan setumpuk piring kepada Xiaojun

"Iya ma,"

"Ada yang mau dibantu nggak ma?" Tanya Haechan yang memakan selembar roti tawar

"Hampir selesai, kamu panggil papa sama kakak kamu sana. Jangan berantem!" Haechan mengangguk dan berjalan ke ruang keluarga

Terlihat Johnny yang menonton tv dengan Hendery di sebelahnya memakan snack.

"Hai, hai, hai!! Sarapan udah siap, ayo melaju! Pagi papa,"

"Eh anak cantik papa, pagi juga sayang" sapa balik Johnny

"Melaju-melaju, dikira mobil?" Hendery menunjukan wajah konyolnya kepada Haechan

"Jangan berantem!!"

"Syukur lah nggak perlu mengeluarkan tenaga," Johnny merangkul keduanya berjalan meninggalkan ruang keluarga

"Pagii semuaa!!" Sapanya dengan senyum mengembang

"Siang nakal!" Sahut Hendery yang mendapat sikutan dari Xiaojun

"Masih jam delapan kurang! Bukan jam sebelas lebih! Echan curiga disana kakak gak kuliah kan? Mangkanya gak ngerti jam," ejek Haechan yang sekarang duduk di sebelah kursi mamanya

"Kau yang lemah! Bukan kakak," elak Hendery yang ingin mengambil roti di depannya

"Tuh kan pa, kakak ngejek aku. Gak percaya sih!"

"Mana ada??"

"Ada,"

"Gak ada!"

"Ada!"

"Ekhmm! Pagi-pagi udah bertengkar, papa masukin MMA mau?"

"Mau! Biar kakak yang menunjukan kata kuatnya," Haechan menaik turunkan kedua alisnya

"Gak ada, gak ada! Ngarang aja kamu, timpuk pakek sendok tau rasa!" Ancamnya

"Nih, timpuk-timpuk!"

Tak!

"Aduuhhh!! Sakit kak!"

"Udah-udah, makan sekarang. Gak malu ada kak Xiaojun?" Keduanya berhenti menatap sang kepala keluarga dan juga Xiaojun

"Yang seharusnya malu kan kakak, bukan echan"

Johnny dan Ten saling melirik, kemudian menghela napas.

"Bisa nggak sih gak berantem?"

"Nggak,"

"Bisa nggak jaga aku?"

Bye Bye (Markhyuk)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang