Bab 25 - Masa Lalu itu

84 32 3
                                    

Bel istirahat telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Kelas Jennie sepi, hanya ada beberapa siswa yang masih di kelas.

Jennie tidak ikut Clara dan Bima ke kantin. Karim juga kini tak pernah mengusiknya, apa mungkin cowok itu telah menjadi pacar Netra? Waktu itu Karim pernah minta bantuan darinya untuk mendapatkan hati Netra, tapi Jennie menolak dan semenjak itu Karim tak pernah mengusik hidupnya.

Ya, seharusnya Jennie senang, tidak ada lagi yang mengusik, tapi entah kenapa Jennie merasa tidak senang. Seperti ada yang hilang, tapi apa? Surat-surat itu sudah Jennie singkirkan, dia hanya menyimpan satu di laci meja.

Saat ini Jennie menenggelamkan wajah di balik lipatan tangan untuk meredakan sedikit pusingnya.

Jennie harus mencari tahu, siapa pengirim surat aneh itu. Jennie sudah mulai jengah akan perbuatan manusia kurang kerjaan yang mengusiknya dengan surat.

Sialan, umpatnya dalam hati.

Masa lalu kita, kini akan terputar kembali.

Kalimat di surat itu terngiang-ngiang di otaknya. Masa lalu? Apakah pengirimnya orang di masa lalu Jennie? Siapa? Apakah Rayan?

Pasalnya, hanya Rayan cowok di masa lalu Jennie, selain Rayan? Tidak ada. Akhirnya Jennie memutuskan untuk pergi ke kelas Rayan berada. Dia beranjak dari kelas menuju kelas XI IPA.

"Yang ngasih surat cowok. Anak baru, kelas 12. Dia ganteng."

Perkataan Rani waktu lalu melintas di otak Jennie membuat gadis itu mengernyitkan dahi. Rayan bukan kakak kelasnya, Rayan seangkatan dengan dirinya. Jadi, bukan Rayan tersangkanya.

Lalu siapa? Orang di masa lalu selain Rayan? Apakah dia melupakan seseorang di masa lalu?

Kepala Jennie berdenyut saat dipaksa untuk mengingat-ngingat membuat tangan kanan langsung menekan pelipis supaya sakitnya berkurang. Samar-samar ingatan masa lalu muncul membuat Jennie tak dapat menahan pening.

Tidak! Jennie harus kuat agar dia dapat mengingat masa lalunya. Jennie berjalan dengan sedikit tertatih karena penglihatannya agak buram sampai tak sadar bahwa ada kaki seseorang yang terulur dan akhirnya menyandung kaki Jennie.

Jennie kalah keseimbangan membuatnya langsung jatuh, sigap kedua tangan menapak agar tubuh bagian depan tak menghantam ubin kooridor dan ingatan di masa lalu datang dengan jelas.

Sepuluh tahun yang lalu ... Saat itu Jennie masih berusia enam tahun. Masih anak SD kelas satu.

Jennie kecil sedang asik berjalan ria di kooridor kelas sendirian. Langkahnya lama-lama memelan ketika pandangannya terpaku pada tiga murid SD lain berjenis kelamin laki-laki di depan sana sedang menghalangi akses jalan.

Tiga anak laki-laki itu asik berceloteh ria. Jennie tahu, mereka kakak kelasnya, anak kelas empat.

Jennie ingin berbalik badan dan melewati jalan pintas, tapi urung karena dia ingat bahwa dia tidak boleh takut.

Akhirnya Jennie memilih berjalan terus dengan wajah datar juga tegap.

Saat tiga anak laki-laki itu melihat Jennie, mereka hanya memberikan sedikit jarak untuk akses jalan. Jennie terus berjalan sampai dia mau melewati mereka.

Saat berada di tengah-tengah mereka, Jennie jatuh karena ada yang menyandung kaki kanan. Tiga anak laki-laki itu tertawa karena merasa terhibur ketika ada adik kelas yang jatuh tak berdaya.

Jennie marah, dia bangkit berdiri lalu menantang mata salah satu anak laki-laki yang menyandung kakinya. Anak laki-laki itu bernama Raden Al Surya. Tentu saja Jennie tahu, karena anak itu memang menjadi perbincangan banyak orang. Katanya, Raden adalah raja bully di sekolah. Sering kali dia dinasehati dan bahkan dimarahi agar jera dan tidak mem-bully lagi, tapi ternyata Raden malah semakin brutal mem-bully sampai-sampai ia terus pindah sekolah.

Aplikasi Cinta [ Up Sesuka Hati ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang