Bab 27 - Menyadari Sesuatu

88 30 5
                                    

Hai😂 Ketemu lagi kita :v Jangan lupa vote. Tolong tandai kalau ada typo, ya, awokawok, soalnya langsung aku up tanpa edit ulang😂

***

"Kamu kenapa?" Mata Dadang melirik ke kaca spion yang memantulkan wajah Jennie.

Alis yang hampir menyatu, tatapan curiga, dan sikap was-was ditunjukkan pada Dadang membuat pria itu bertanya. Ada apa dengan raut wajah Jennie? Dia marah atau heran?

"Lo beneran, Om Lee? Kok pake moge?" tanya Jennie penasaran.

Dadang terkekeh. "Aku Lee, bukan, Om Lee. Ini moge aku pinjem dari Mustofa--tetangga sebelah. Motor scoopy-nya lagi di bengkel, makannya aku minjem, demi jemput kamu."

Jennie mengangkat satu alis. "Minjem?" Jadi, motor ini bukan milik Dadang dan dia tidak mengojek karena motornya di bengkel? Lalu apakah pakaian yang dia pakai juga milik orang lain?

"Terus? Baju yang lo pake ini? Bukan punya lo juga?" tanya Jennie.

Dadang meringis kecil, kemudian terkekeh. "Iya, Jen. Ini aku pinjem sama Mustofa, celananya juga aku pinjem."

"Minjeman. Kolor juga minjem? Sepatu juga? Semuanya lo pinjem dari tetangga lo?" Jennie memutar bola mata.

"Emm, sepatu, iya, aku pinjem. Yang enggak minjeman cuma badan, daleman, wajah ganteng, dan otak, Jen."

"Berarti paru-paru, lo pinjem?"

"Ya ... enggaklah. Organ dalam punya aku. Kalau hati cuma setengah."

Jennie mendelik. "Gue yakin lo kena penyakit SW--Setengah Waras. Mana ada hati cuma setengah? Digerogoti rayap?"

"Lah? Kan, setengahnya lagi kamu curi, Jen? Jadi, setengahnya ada di kamu." Dadang tersenyum di balik helm.

Jennie berdecak, dia mengalihkan pandangan ke arah lain. "Basi," gumamnya jengkel.

"Ha? Mbak, ngomong apa?" Dadang tidak terlalu jelas mendengar gumaman Jennie membuatnya bertanya, tapi malah dijawab dengusan oleh Jennie.

"Ohya, ngomong-ngomong, kapan jodoh kamu itu datang lagi ke rumah?"

Jennie langsung tersedak dan menatap horor sang bunda. Fatimah khawatir dan segera memberikan air putih itu pada Jennie.

"Jodoh, Jennie, siapa, Bund?" tanya Jennie setelah meneguk air. Jangan bilang kalau, Bunda, lagi nanyain Ojol Playboy! batin Jennie was-was.

"Yang namanya ... hmmm, di wattshap kamu itu ... Om Ojol, kan? Nah, kapan ke sini lagi?" Fatimah menatap lekat anaknya itu.

Ingatan itu terlintas di otak, membuat Jennie menepuk bahu Dadang agar menghentikan motor, walaupun dia tahu jarak ke rumahnya masih 2 kilo meter lagi.

Dadang mengerem motor kemudian menoleh ke belakang dengan kernyitan di dahi. "Kenapa, Mbak?"

Jennie tidak langsung menjawab, dia mengambil handphone di saku baju kemudian menghidupkan layarnya. Masih jam 14.50, artinya Fatimah pasti belum pulang dan jika dia menyuruh Dadang menunggu di ruang tamu pastilah adik-adiknya akan rese.

Jadi, Jennie memiliki ide lain. Dia harus mengajak Dadang jalan-jalan dahulu sampai waktu ibunya pulang, barulah dia akan pulang.

Jennie tahu Fatimah begitu menginginkan bertemu Dadang, maka dari itu dia akan mengajak Dadang bertamu ke rumah supaya keinginan Fatimah terwujud.

Jennie ingin kedua orang tuanya bahagia, terutama sang bunda, menuruti permintaan Fatimah adalah cara dia membahagiakannya.

Jennie menatap ke Dadang sekilas kemudian memasukkan handphone ke tempat semula. "Jangan pulang dulu. Kita ke taman deket kompleks aja."

Aplikasi Cinta [ Up Sesuka Hati ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang