Chapter 14

112K 13.2K 1.7K
                                    

4 hari berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

4 hari berlalu.

Kemang Raya, pukul 15.30. Leon memarkiran mobilnya di sebuah kafe yang alamatnya dikirimkan oleh Adriel untuk menjadi tempat pertemuan mereka. Sebenarnya Leon sempat menolak permintaan sahabatnya—yang belakangan ini seperti menjadi rivalnya itu—malas, ia zzbaru saja sampai rumah dan merebah. Tapi karena ia penasaran dengan apa yang akan dibicarakan, Leon meralat dan meluncur ke sini.

.........

Jika waktu bisa berbicara, mungkin waktu akan marah karena 5 menitnya dibuang sia-sia oleh dua laki-laki ini. Adriel—si yang mengajak bertemu—masih terdiam sampai sekarang. Sementara Leon, ia menghisap batang rokok sambil sesekali menyeringai pada orang di hadapannya yang tak kunjung berbicara.

Sebenarnya Leon berniat untuk tidak berbicara lebih dulu, tapi ini tidak akan berakhir jika tidak ada yang mengalah. Ia akhirnya mematikan rokoknya. "Lo bakal diem sampe kapan? Sampe gue ngaku kalo gue suka sama Alma?"

Sudut bibir kanan Adriel sontak meninggi. "Sampe lo sadar kalo sebentar lagi Alma bakal nikah sama sahabat lo sendiri," balasnya.

Leon mengernyit, lantas mencondongkan kepalanya, dengan pandangan lurus menantang Adriel. "Maksud lo nikah sama cowok yang nggak dia cinta sama sekali?"

"...."

"Kenapa diem? Omongan gue bener, ya?"

"Gimana perasaan Alma ke gue, itu bukan urusan lo," tegas Adriel yang dibalas anggukan oleh Leon yang kini menghidupkan batang rokok baru lagi. "Alma tunangan gue, calon istri gue."

"Dan gimana perasaan gue ke Alma itu juga bukan urusan lo," balas Leon.

Bukannya menyelesaikan, pertemuan ini justru membuat titik di antara mereka semakin berjarak. Bukan ini yang Adriel mau. Ia mengajak Leon bertemu justru agar semuanya lurus dan jelas, lebih-lebih jika Leon sadar diri dan mau meminta maaf lebih dulu. Ini jauh dari niat awalnya. Leon malah seolah-olah mengibarkan bendera kuning kepadanya.

Adriel melempar tatapan heran kepada Leon. "Lo aneh."

"Iya, gue aneh." Leon mengangguk seolah setuju dengan sebutan itu. "Gue aneh karna gue malah bantuin lo deket sama Alma, dan sekarang gue nyesel pernah ngelakuin itu."

Adriel tersenyum tak percaya. "Gila lo, ya?"

"Seru deh ganggu hubungan orang," cicit Leon.

*****

Selepas makan malam, Alma mendapat pesan dari Adriel yang dadakan mengajaknya keluar malam-malam. Hanya mengajak, tanpa memberitahu tempat tujuan. Karena kebetulan memang tengah bosan, ya sudah, Alma mau saja. Ia ikut Adriel pergi dengan hanya membawa dirinya, tanpa tas ataupun ponsel, hanya memakai outer rajut panjang untuk menutupi stelan piyama lengan pendeknya serta mengenakan bergo instan.

Alma's Fortune [New Version] - Re-publishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang