Chapter 22

148K 15.4K 897
                                    

Lima hari berlalu sejak kejadian yang sangat menganggu ketenangan Alma, kini ia sudah jauh lebih baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lima hari berlalu sejak kejadian yang sangat menganggu ketenangan Alma, kini ia sudah jauh lebih baik. Ia juga sudah tak lagi menerima pesan ancaman karena Adriel memberikannya kartu sim baru. Lima hari itu juga Alma dan Adriel menghabiskan waktu bersama, sebelum esok lusa Adriel sudah mulai sibuk di kantor, dan Alma juga sebentar lagi akan masuk kuliah semester pertama.

Lama tak bertemu sahabat-sahabatnya, Alma cukup rindu dan berencana untuk bertemu siang ini. Plus, Visha baru pulang dari liburan ke Koreanya dan katanya ingin bagi-bagi oleh-oleh. Sebenarnya bukan liburan, Visha hanya ke sana untuk membeli stok skincare dan produk perawatan tubuhnya. Anak papi Rudolf Neilson itu tidak suka membeli barang luar negeri melalui jasa titip, ia maunya beli sendiri sekaligus menjadi jasa titip untuk sahabat-sahabatnya. Itu lebih seru, katanya.

"Lah, mau kemana kamu?" tanya Adriel yang baru selesai mandi. Tapi Alma belum menjawab, masih fokus menggambar alis. Sambil memakai baju, Adriel mencoba menebak-nebak. "Aku ada janji ngajak kamu jalan-jalan?"

"Hehem." Alma berdeham sambil menggeleng.

Selesai memakai baju, Adriel menghampiri Alma, menghirup aroma wangi pada leher istrinya itu seraya bertanya, "Terus mau kemana?"

"Meet up sama temen-temen," jawab Alma.

Adriel mengerutkan keningnya. "Kok nggak bilang dulu sama aku?"

"Lupa."

Itu alasan konyol. Lupa katanya? Tapi Adriel tidak bisa menuntut apapun. Sifat cuek Alma sudah bawaan lahir, tidak bisa dihakimi.

"Mereka jemput kamu?"

Alma menggeleng. "Nyetir sendiri, sekalian test drive new car from daddy." Daddy Adrian kemarin tiba-tiba mengirim mobil untuk putrinya. Kado pernikahan tambahan katanya.

Air muka Adriel langsung berubah serius. "Nggak. Nggak aku izinin kalo nyetir sendiri."

Alma awalnya masa bodo, enggan merespon dan akan tetap pergi. Tapi tiba-tiba Adriel beranjak membuka laci, mengambil kunci mobil. "No self driving and i won't let you go," tegas Adriel, menyimpan kunci mobil itu di dalam saku celananya.

"Ck. Apa-apaan sih!" Alma memprotes dengan wajah kesalnya, menatap geram suaminya melalui pantulan cermin.

Adriel meraih ponsel dan ipadnya lalu ia keluar dari kamar. Lebih baik menghindar daripada nantinya malah berdebat dengan Alma. Ia selalu menurunkan egonya untuk Alma, tapi untuk kali ini, tidak akan. Membiarkan Alma menyetir mobil sendiri setelah sekian lama tidak menyetir, itu terlalu beresiko.

20 menit kemudian, terdengar suara langkah kaki bersepatu hak kaca tengah menuruni tangga. Adriel sedang menerima telepon dari William soal pekerjaan saat itu. Ia hanya menatap Alma sejenak, yang ternyata sudah selesai dandan bahkan sudah berkerudung rapih. Namun Adriel langsung membuang pandangannya saat Alma tersenyum manis padanya seolah membujuknya. Itu memang menggemaskan, tapi Adriel tak boleh gentar.

Alma's Fortune [New Version] - Re-publishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang