Chapter 19

103K 14.7K 1.1K
                                    

Alarm azan Subuh membangunkan tidur singkat Alma yang baru dua jam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alarm azan Subuh membangunkan tidur singkat Alma yang baru dua jam. Ia menggeliat kecil, tak bisa leluasa karena masih tersekap dalam penjara hangat. Begitu nyawanya terkumpul, Alma mulai merasa badannya seperti remuk dan tidak nyaman. Membuat dirinya tak ingi tidur lagi, tapi justru ingin cepat-cepat mandi.

Alma sempat heran kenapa kasur dengan lebar 2x2 meter ini terasa sempit dan pinggangnya juga seperti tertimpa batu besar pegunungan. Ternyata itu ulah Adriel yang mengepungnya dari belakang.

Alma mencubiti kulit tangan pagan yang masih bertumpu pada pinggangnya itu. "Banguuun," bisiknya panjang.

Sudah disikut-sikut, dicubit-cubit, ditepuk-tepuk—Adriel masih belum memberikan tanda-tanda ia akan bangun. Hanya lenguhan-lenguhan kecil yang agaknya malah menandakan jika tidurnya semakin lelap. Alma hanya memiliki satu cara terakhir sebelum pinggangnya cekung sebelah. Ia mempelantingnya tangannya ke belakang, meraba-raba wajah Adriel untuk menemukan lubang hidung hidung suaminya itu, lantas ia sumbat rapat-rapat.

Dan cara itu berhasil setelah 20 detik. Adriel terbangun dengan kondisi seperti orang yang hampir tenggelam di lautan. Alma langsung balik badan dan menuntun suaminya mengontrol napas.

Saat tengah berusaha mengembalikan napas, Adriel tiba-tiba mengucap, "Asyhadu—Alla—Ilaha—Illallah."

Alma refleks menggampar pipi Adriel yang malah melafalkan kalimat syahadat seperti orang yang sedang sakaratul maut. "Aaah jangan gitu!"

Bola mata Adriel kini malah naik hingga hanya tampak bagian yang putih.

Alma awalnya panik, sampai Adriel tiba-tiba tertawa karena ulahnya sendiri.

"AHH AHH! AHAHAHAH!" Adriel semakin terbahak-bahak saat Alma menyundut lubang pusarnya dengan telunjuk dan berlanjut menggelitiki perut.

Merek bergaduh di dalam selimut, hingga selimut itu tak sengaja tertendang ke bawah oleh kaki Adriel. Mereka sama-sama membeku saat itu, memandang penampilan satu sama lain dengan kecanggungan. Begitu tersadar, Alma langsung menarik bantal untuk menutupi tubuhnya yang sedang tanpa apapun. Sementara Adriel dengan santai mengambil bed cover yang jatuh kemudian ia selimutkan lagi seperti semula.

"Sayang, aku masih ngantuk sumpah," sambat Adriel yang kini sudah kembali memeluk Alma.

"El...." Alma berusaha melepas tangan Adriel yang membuatnya sulit bergerak lagi. "Kamu semalem janjinya gimana?"

Adriel semalam bernegosiasi disertai janji, bahwa ia akan tetap mudah dibangunkan meskipun bekerja keras sampai jam 3 subuh. Namun apa sekarang?

"Lima menit lagi," pinta Adriel.

"Tapi tangan kamu jangan di sini." Alma menyingkirkan tangan Adriel dari pinggangnya. "Kegencet ginjal aku."

Alasan Alma membuat Adriel terkekeh dalam pejamnya, dan berujung melek lagi. Ia menyamankan posisinya yang berbaring miring menghadap Alma, tersenyum manis pada pemandangan di hadapannya pagi ini. "Seru, ya, semalem?"

Alma's Fortune [New Version] - Re-publishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang