RAIN : 20

351 15 2
                                    

Happy reading!

***

Jungkook menggulung lengan baju sehabis menyeka sudut bibir. Seringai samar tersungging. Jooheon yang berada di depannya berjalan terhuyung-huyung. Jaket hitam milik lelaki itu kotor keputih-putihan, terkena tumpukan papan tripleks yang jebol usai dihantam tubuhnya. Di sisi kanan-kiri delapan orang bawahannya terkapar. Jungkook menumbangkannya sendirian.

"Aku sempat khawatir tidak bisa pulang hari ini. Ternyata kau tidak ada apa-apanya." Jungkook terkekeh, lelaki itu menggeram marah. Di sebelah kiri agak sudut, Taehyung terlihat baik-baik saja walau sedang menghadapi enam lawan sekaligus. Jempolnya teracung, menandakan bahwa dirinya bisa menyelesaikannya sendiri. Jungkook menganggukkan kepala satu kali, membalas kode Taehyung.

Bayangan samar berdiri di belakangnya, terlihat membawa sesuatu dan bersiap menghantam punggung. Tanpa bicara, Jungkook langsung berbalik, menyerang bagian kaki dengan cepat. Orang itu, Jooheon, tak sempat menduga pergerakan Jungkook yang terlalu tiba-tiba. Balok kayu di genggaman jatuh, terlempar beberapa meter. Keseimbangannya goyah, dan pada akhirnya ikut terjatuh juga. Jungkook memberikan satu tinjuan di perut.

"Kau menantangku, tapi kau benar-benar payah. Mungkin memang tak seharusnya aku menerima tantangan murahan ini. Rombongan sirkusmu tak banyak berguna," oceh Jungkook. Kedua telapak tangannya ditepuk-tepuk singkat, menghilangkan sisa debu yang menempel. Kekehannya kembali terdengar. "Membuang waktuku yang berharga," imbuhnya.

Belum juga kaki Jungkook bergerak, akan berbalik, sekumpulan orang berjumlah lebih dari selusin masuk dari pintu bangunan di sebelah kanan—dia berada di tempat yang telah ditentukan Jooheon. Ukuran tubuh mereka lebih besar, tegap, dan tampak tidak main-main. Seharusnya Jungkook bisa menahan sedikit rasa sombongnya. Bila Taehyung tahu, lelaki itu pasti akan mengomel tiada henti. Dia terlalu lelah menasihati Jungkook yang kadang-kadang terlalu percaya diri akan kemampuannya.

"Kau sepertinya terbiasa sombong dalam segala hal, ya?" Jooheon mulai berkata setelah berhasil bangun dari posisinya. Dagunya terangkat, tertawa angkuh melihat raut Jungkook yang mendadak jengkel. "Kau harusnya tahu caraku bermain, Jung. Kita tak hanya pernah bertanding sekali dua kali."

"Aku lebih dari tahu kalau kau memang pengecut sejati. Kau membawa lebih banyak orang untuk melawanku alih-alih berhadapan satu lawan satu. Apa itu masuk akal? Aku bahkan hanya datang dengan Taehyung. Kau memang berandal paling payah." Jungkook sengaja memancing amarah Jooheon lebih jauh. Lelaki itu mudah meledak-ledak. Dengan kata-kata seperti itu, Jungkook hanya mau melemahkan Jooheon sebelum orang-orang itu menyerang. Dua lawan belasan orang orang, dan kini bertambah lagi lebih banyak. Dia hanya ingin menghirup udara dan menghela napas, lelah sekali.

"Apa?" Jooheon mengepalkan tangan. "Sampah sepertimu tidak berhak mengkritikku seperti itu," tegasnya.

"Sebenarnya siapa yang sedang kaubicarakan, ish. Kau berbicara untuk dirimu sendiri. Dasar sampah." Sudut bibir Jungkook tersungging sekilas. Jooheon mengepalkan tangan lebih kuat, menahan geram. Dia memberikan aba-aba menyerang pada anak buahnya. Jungkook sempat mengumpat pelan sebelum tenaganya keluar lagi lebih banyak.

"Sial, seharusnya sekarang aku sedang tidur dengan tenang." Taehyung yang baru saja mengalahkan enam orang sebelumnya, kini harus kelabakan menangkis serangan dari orang baru. "Aku harus mendapat lebih banyak traktiran daging dari Jungkook," sambungnya. Setidaknya, dia sedikit berharap kalau Jungkook bakal mendengar gerutuannya barusan.

"Kau bisa makan sampai perutmu meledak, Kim Taehyung," balas Jungkook agak memekik. Tiga-empat orang besar sedang melayangkan pukulan, membuatnya hampir tertonjok kalau tidak segera menghindar dan balas menyerang. Jooheon sedang asyik menonton di pojok ruangan. Kadang terkekeh, kadang tertawa. Kedua tangannya dilipat di depan dada, menikmati pertarungan sengit di depannya, apalagi melihat Jungkook dan Taehyung kepayahan begitu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang