RAIN : 11

181 28 0
                                    

Happy reading, teman-teman!
Typo bantu koreksi, ya 😊

***

Sepertinya kalian sedang bersantai. Mau kuberi sedikit kejutan?

"Sial," umpat Jungkook pelan. Belum sempat melarikan diri semenjak Yoongi memberitahukan sebuah pesan di ponselnya dari sebuah nomor pribadi. Bahkan kakinya saja belum bergeser satu senti pun.

Sialan! Sialan! Jungkook terus membatin sambil mengumpat.

Di depannya kini berdiri sekelompok pria dewasa yang masing-masing memiliki wajah sangar. Sebenarnya itu hanya terkaan Jungkook yang masih belum menyiapkan ancang-ancang apa pun. Lagipula dia juga sangsi kalau orang-orang itu masih duduk di bangku sekolah, atau paling tidak seusianya. Mana mungkin murid SMA memiliki tato hampir di sebagian leher, lengan, serta rambut yang terlampau gondrong. Bisa-bisa setiap hari dipanggil ke ruang konseling untuk menjalani pendisiplinan.

Bola mata Jungkook bergerak, mengedar pada setiap inci penampilan sepuluh orang yang lebih cocok disebut sekelompok preman pasar karena penampilannya ketimbang 'sekelompok orang biasa'. Dirinya masih memindai otot dan kekuatan yang kemungkinan dimiliki oleh mereka dari banyak segi. Dan—Oh, gosh! Memikirkannya saja sudah membuat ngilu.

"Aish. Siapa, sih, yang menyuruh orang-orang ini? Menyusahkan saja," gerutu Jungkook akhirnya, setelah menyimpulkan kekuatan setiap orang di depannya itu dalam kepalanya. Beruntung kalau dia bisa kembali ke rumah dengan tulang yang masih tersusun utuh. Juga membuat wajah mulus Yoongi tidak tergores luka sedikit pun.

"Jungkook-ah, terlalu bahaya menghadapi mereka sendiri." Yoongi yang berada di belakang Jungkook mencicit. Tangannya yang berkeringat dingin sudah hampir menekan beberapa nomor di kontaknya yang sekiranya bisa dimintai bantuan.

"Hyung, kita akan baik-baik saja. Tolong berdiri sejauh mungkin dariku atau hyung akan terluka," ujar Jungkook berusaha menenangkan sekaligus memberikan perintah yang dari nadanya saja tidak untuk ditolak, apalagi diabaikan.

"Tapi...."

"Pergi saja. Aku akan berusaha sebisaku," balasnya. Yoongi terdiam lama, kemudian mengangguk patuh meski tersirat keraguan di wajah pucat pasinya.

"Berhati-hatilah. Jangan sampai terluka." Yoongi menepuk pundak Jungkook singkat sebelum kaki-kakinya melangkah mundur dengan gerakan kaku. Berusaha menjaga jarak sejauh mungkin seperti perintah Jungkook.

Belum genap lima langkah Yoongi mundur, empat orang dari yang paling bongsor dan kekar mengeroyok tubuh Jungkook hingga pemuda itu kepayahan. Yoongi yang terkejut dengan serangan tiba-tiba itu berusaha bergerak mundur lagi. Namun sayang, kakinya malah membentur pinggiran jalan yang membatasi jalan setapak dengan lapangan rumput tersebut hingga membuat tubuhnya hilang keseimbangan, dan akhirnya tersungkur.

Tiga orang dari enam orang yang tersisa mendekati Yoongi yang terlihat panik. Seringaian tercetak jelas pada wajah-wajah sangar tersebut. Jungkook memucat. Sesekali ia menoleh ke belakang, ke arah Yoongi yang sudah dikerumuni tiga preman lainnya.

Baik, kita anggap saja pria-pria itu seperti preman.

"Akh!" Jungkook memekik keras kala sebuah tinju lolos mengenai perutnya saat lengah karena memantau keadaan Yoongi.

Sementara itu, Yoongi menyiapkan kepalan tangan di depan dadanya setelah berhasil berdiri dengan tegak. Tawa-tawa penuh ejekan keluar dari ketiga pria tersebut. Salah satu dari mereka maju, menarik kardigan Yoongi yang agak basah dan menghujani rahang lelaki malang itu dua kali. Benar, hanya dua kali. Dan Yoongi sudah terkapar karenanya. Kepalan tangan yang sudah ia persiapkan sama sekali tidak berguna. Ponsel yang seharusnya digunakan untuk menghubungi Taehyung atau teman-teman Jungkook yang lain sudah mati sebab terbentur keras dan terinjak kaki pria-pria di hadapannya.

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang