5. Conversation After Dinner

619 98 8
                                    

Cahaya lembut yang berasal dari beberapa api lilin yang berada di tengah meja itu menjadi pilihan Doyoung untuk memfokuskan pikirannya. Akal dan hati yang beradu dalam dirinya seolah tak mampu untuk menyampaikan segala sesuatunya ke otak untuk di proses lebih lanjut, untuk disuarakan demi memberitahu tentang perasaannya lewat lisan. Namun, apa daya Doyoung? Pemuda Kim itu hanya mampu diam dan sedikit menunduk sementara ayah dari sahabatnya—tuan Jung Yunho tengah membaca salah satu lembar buku biru miliknya.

Berakhirnya buku puisi itu di tangan tuan Yunho memiliki latar belakang yang begitu konyol. Jaehyun mengatakan pada ayahnya itu kalau Doyoung adalah seorang calon penulis yang hebat, dan entah tahu darimana pula si pemuda Jung itu kalau Doyoung membawa buku birunya ikut serta ke dalam rencana misterius sang pujaan hati. Tak sempat merutuki diri dan mencaci Jaehyun, buku puisi itu berpindah tangan ke tangan tuan Yunho setelah para pelayan membersihkan dan merapikan meja makan. Si Jung sialan Jaehyun itu dengan senang hati membantu Doyoung mendekat ke ambang kehancuran mimpinya yang bahkan belum sepenuhnya di mulai.

Jung Yunho itu seorang penulis terkenal. Percayalah, semua karyanya sudah Doyoung baca hingga buku yang baru saja terbit di akhir tahun lalu. Ada rangkaian kata yang berseri, yang bercerita tentang seorang anak berumur 15 tahun yang berhasil menemukan ayah dan ibunya meski dalam keadaan mereka yang telah tenang di dalam tanah selama 3 tahun. Terdengar membosankan, tapi tuan Yunho punya caranya sendiri untuk menarik pembaca seakan mereka ada dan melihat juga mendengar semua yang dilakukan serta dikatakan oleh pemeran dalam buku itu.

Tawa, air mata, emosi yang mampu dikerahkan oleh para pembaca membuat karir tuan Jung Yunho sebagai penulis buku yang saat itu notabenenya pemula, melesat naik ke permukaan seketika setelah seri buku pertamanya yang terdiri dari 4 buku terbit di sepanjang tahun 2014. Hanya berjarak 3 bulan dari setiap serinya, tuan Yunho ternyata sudah menyiapkan dan memikirnya dari jauh-jauh hari.

Ini benar-benar di luar perkiraan Doyoung. Tuan Jung Yunho membaca puisi-puisinya yang pasti takkan pernah sesempurna torehan tinta milik sang panutan. Gila, Doyoung bisa gila kalau setelah tuan Yunho mengalihkan pandangannya ke arah lain lalu tertawa—Doyoung akan segera melupakan mimpinya demi menjadi seorang penulis.

Di sisi lain, Jaehyun sedang memperhatikan gerak-gerik ayahnya dalam diam. Bibir terkatup rapat bahkan tubuhnya tak berani digerakkan sedikit pun di kala ayah tengah membaca sesuatu. Bukannya apa, Jaehyun bersikap seperti ini hanya untuk membuat Doyoung merasa lebih gugup. Jelas dari raut wajah si pemuda Kim itu, dia sering menggigit bibir bawah dan mencuri-curi pandang ke arahnya—meminta bantuan agar terbebas dari kesan tegang ketika bersama ayahnya. Dalam hati, Jaehyun tertawa puas meski ia harus mati-matian menahan senyumnya di depan sang calon kekasih.

"Kau hebat, Doyoung."

Sontak, Doyoung mengangkat kepalanya. Senyum yang merekah dan menghiasi wajah rupawan ayah dari sahabatnya itu otomatis mengundang senyumnya juga, segera ia membungkukkan badan sembari mengucap kata terima kasih.

"Rupanya kau tidak sekadar menulis dan menuangkan idemu, tapi kau juga menambahkan sedikit pemantik emosi di setiap puisinya," ujarnya dengan tenang.

Si pemuda Kim senang bukan main. Tulisan dan idenya mendapat pujian dari sang panutan.

Tuan Yunho menutup buku birunya. Masih setia dengan senyum yang sama, ia meletakkan buku itu kembali di atas meja makan. "Ada banyak kekurangan yang masih bisa dan akan selalu bisa kau perbaiki, Kim Doyoung. Aku senang bisa membaca bait-bait puisimu yang indah ini, diksi yang kau gunakan dan makna yang tersurat di sana membuatku teringat akan masa lalu yang menuntutku untuk menyimpan lebih banyak cerita di dalam buku daripada menceritakannya ke sembarang orang," tuturnya sambil melipat kedua tangan.

"Tapi aku selalu bercerita tentangnya kepadamu, ayah. Apakah aku bercerita ke sembarang orang?" ketus Jaehyun dari sebelah kanannya, dahi sang anak berkerut dalam pertanda ia kesal.

Amorist ; ᴊᴀᴇᴅᴏTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang